Didapati karyawan yang bersikap dingin. Atasan atau manajer pun dingin. Bahkan perlakuan tak adil dan setara tampak jelas. Atasan yang memberikan suatu pekerjaan secara berkelompok kepada rekan lain, tetapi justru memberikan pekerjaan solo kepada kita, karyawan yang menjadi target quiet firing.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja dan manajemen salah satu tanda peringatan quiet firinh. Ini tanda paling signifikan tentang pemecatan diam-diam. Manajer tidak berusaha memotivasi atau mengarahkan kita menuju tantangan dan peluang baru.
Keenam, Terjadi Peningkatan Birokrasi
Quiet firing dilakukan dengan terjadinya peningkatan birokrasi. Atasan akan memberikan tambahan pekerjaan sangat berat, bahkan pekerjaan itu serasa tak memungkinkan untuk kita kerjakan.Â
Semuanya menjadi lebih sulit dari yang seharusnya, target pencapaian selangit, dan pekerja bekerja solo tanpa tim. Bila terjadi risiko tanggung sendiri. Suami teman saya pernah mengalami ini.Â
Beliau bekerja sebagai rekrutmen nasabah di sebuah bank swasta. Target yang diberikan direktur di luar nalar beliau. Sepertinya beliau sudah ditargetkan direktur sebagai quiet firing. Beliau dengan cepat menjadi frustrasi.
Ia sampaikan keluhan itu kepada istri dan keluarga besarnya. Istri dan keluarga faham sekaligus greget. Yah, dengan ia keluar dari bank tersebut, tentu pola hidup mereka akan berubah. Lebih sederhana. Sebab, ia memilih membuka usaha P dan D di pasar.
Lalu apa yang perlu kita lakukan jika kita jadi sasaran quiet firing oleh atasan?Â
Quiet Firing bisa Disiasati dengan Perbaikan Kualitas Kerja dan Pendekatan Agama Berikut:
Pertama, Introspeksi Diri atau Refleksi Diri
Introspeksi atau refleksi diri merupakan proses pengamatan atau observasi terhadap diri sendiri. Bila kita guru dengan meminta pendapat dari siswa. Bagaimana tingkat kepuasan siswa belajar dengan kita.