Kebetulan ketika saya mendapat perlakuan quiet firing dari wakil kurikulum di Madrasah Aliyah itu, saya masih punya cadangan tempat mengajar. Sayapun introspdksi diri. Bisa jadi loyalitas saya di sana tak ada selama ini. Makanya saya tak diperhitungkan.
Ketiga, Ciri Berikut bahwa Anda sedang diquiet firing, Tak Pernah Mendapatkan Nilai
Pihak menajemen dan atasan melakukan pembiaran saja. Anda dicuekin saja. Tak dianggap ada. Atasan atau manajer tak akan memberikan instruksi. Atau bila memberikan instruksi tak jelas.
Bahkan mereka mengabaikan informasi penting untuk kita. Mereka juga tak menanggapi pesan dan menolak memberikan kritik yang membangun kepada kita. Ya, seperti saya saat itu hanya berpesan kepada bendahara sekolah bahwa saya mundur dengan alasan melahirkan.
Keempat, Mendapat Perlakuan Tak Adil
Adil tak adilnya atasan kita sebenarnya relatif. Perlakuan adil dan setara sebetulnya tak bisa diukur. Cuma dari segi peningkatan karier, kita bisa merasakan salah satu tanda quiet firing. Kita tak pernah diberi job.
Saya pernah dibisiki seorang teman. "Yus, saya amati, pihak sekolah hanya memberi job untuk Kak Arin. Kamu tak pernah."
Sebetulnya, saya pun merasakan bisikan itu. Namun, saya kembali introspeksi diri, bisa jadi saya dinilai tak mampu. Biarlah. Yang penting, saya masih diberi jam mengajar. Itu yang saya garisbawahi kala itu.
Perilaku itu memang seringkali terjadi dalam kasus quiet firing di sekolah. Apalagi perusahaan. Atasan dan teman kerja membeda-bedakan rekan kerja secara mencolok.
Kelima, Mendapat Pengecualian dari Tim
Rekan kerja merupakan bagian terpenting dalam mencapai kepuasan bekerja. Bila tim dikacau manajer atau atasan dengan mendorong rekan kerja untuk menjauhkan diri dari karyawan sasaran quiet firing tentu rencana kerja berantakan.