Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Siasat Pram Menggagalkan Pernikahan Santi

12 Februari 2023   07:21 Diperbarui: 12 Februari 2023   12:02 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by the asian parent

Pram kesal. Hari ini ia rasa hari terburuk dalam hidupnya. Mengapa tidak. Ia sudah mengikat janji dengan Tinuk anak juragan bengkel di kampungnya. Ia ingin Tinuk yang menjadi istrinya. Tinuk mirip Ayunda mantan masa kecilnya. Meskipun tidak sedetil Ayunda kemiripannya.

Ya, Pram belum bisa melupakan mantannnya Ayunda, meski gadis itu sudah terbang jauh bersama cita-citanya untuk menjadi sarjana. Ayunda sudah melangkah ke puncak perjalanan masa depannya. Satu tangga lagi, tepatnya tahun ini, ia akan wisuda. Praktik lapangan sudah dan tinggal skripsi.

Semua mata kuliahnya sudah bernilai A. Sebetulnya ia bisa tamat, 3 tahun. Hanya saja, peraturan kampus tak mengizinkan mahasiswa wisuda 6 semester, harus 8 semester. Ia memang pintar. Meskipun dari desa, ia tak kalah dari teman-temannya.

Ia giat ke perpustakakaan dan rajin meringkas buku. Cita-citanya ingin mengambil S2 ke UGM karena ia ingin menjadi dosen, seperti dosennya yang rata-rata lulusan S2 dari sana. Oleh karena itulah, jarak yang terbentang antara Pram dan Ayunda makin lebar.

Ibarat dipisah samudera yang luas. Pram tak punya kapal untuk mengarungi samudera itu. Ia hanya memiliki perahu kecil. Tak mungkin perahu itu dibawa mengarungi lautan luas itu. Ia akan dihempas badai. Perahunya akan pecah dihantam karang cadas.

Pram hanya pengusaha kecil lulusan SD sedang Ayunda anak kuliahan. Mami kos Ayunda saja menentangnya datang berkunjung sejak tahu ia tak kuliah, hanya lulusan SD. Apalagi kedua orang tua Ayunda. 

Bisa lenyap ia dari muka bumi ini bila terus berani berjuang meraih cinta Ayunnda. Mamaknya (saudara laki-laki ibunya) sangatlah tegas. Ayah Ayunda bukanlah lawan Pram dan keluarganya.

Beliau sangat disegani di kampung mereka. Mamaknya itu, pernah diam-diam memanggil Pram di sawah. Mamaknya kala itu berpesan, tepatnya melarang secara halus, "Pram, Mamak tak melarang kamu mendekati Ayunda. Bahkan kamu boleh menikah dengannya asal kamu kembali sekolah." Tantangnya beliau.

"Kemana kamu ingin sekolah? Mamak antar." Itu kata beliau kala itu.

Pram hanya bisa diam. Pram tak ingin sekolah. Pram sudah terinspirasi kepada bosnya yang di Sidempuan. Taher. Koh Taher cuma tamat SD tapi bisa menjadi pengusaha besar. Itulah yang ditiru Pram.

Hingga ia berjanji kepada Ayah Ayunda bahwa ia akan meninggalkan Ayunda. Namun, dalam hati kecilnya, ia menggerutu, berjanji jika sukses, pasti Ayunda mau dengannya. Mamaknya pun pasti luluh ketika ia mampu mengeluarkan sejumlah uang untuk mahar dan biaya pesta Ayunda dengannya.

Namun takdir berkata lain. Pram dijebak Novella. Pram harus menikah dengan Novella. Gagal dengan Ayunda, Pram gagal pula dengan Novella. Novella menipu dan meninggalkannya.

Pram merelakan saja uang dan hartanya yang dibawa kabur Novella. Toh, Koh Taher tak mempermasalahkan uang itu. Malah Koh Taher menyuruhnya bersyukur ditinggal wanitan berakhlak buruk seperti Novella. 

Berkat ikhlas, ia pun bertemu dengan anak juragan tempat ia berbengkel colt diselnya. Tinuk. Gadis manis mirip Ayunda putri mamaknya. Beda umur satu tahun dengannya. Ia berharap bisa membangun rumah tangga kembali dengan Tinuk.

Tinuk seorang perawat di rumah sakit. Tamat SD, ia sekolah keperawatan di Bukitiggi. Sudah 2 tahun ia menjadi perawat. Juragan dan Tinuk tak keberatan bermenantu Pram meski ia sudah duda dan hanya tamat SD. 

Juragan memandang usaha Pram yang sukses. Tokonya sudah empat. Meskipun semua toko itu dimodali Koh Taher. Keutungan toko-toko itu sudah dipelajari Juragan dari anak buah Pram. Termasuk besar keuntungan Pram. Ia takkan menyesal menikahkan putrinya.

Namun, perjalanan cinta Pram dan Tinuk, taklah mulus. Sabar, Ayah Pram terjerat hutang di masalalu kepada Tuan Andi, ayah Santi. Biasanya Tuan Andi tinggal di Medan. Tapi sejak usaha istri pertama Tuan Andi meninggal, usaha mereka di Medan merosot. Mereka pindah kembali ke Desa.

Semua orang yang berutang kepadanya ia tagih. Salah satunya ayah Pram, Pak Sabar. Jalan keluar untuk melunasi hutang hanya satu. Pram menikah dengan Santi. Sebetulnya, Pram sudah menawarkan diri membayar hutang ayahnya.

Tapi, Tuan Andi tak bersedia. Ia ingin Pram menikahi putrinya, Santi. Ayah Prampun tak bisa menolak, karena ia punya rahasia besar di tangan Tuan Andi ketika mereka remaja dulu. Ia pun terpaksa memaksa Pram menikah dengan Santi. 

Pram pusing tujuh keliling. Ia sudah berusaha menasihati ayahnya. Tak mempan. Ia harus bermain halus. Ia mencari akal. Ia selidiki siapa pacar Santi. Ternyata Erwin sahabat Pram.

Disusunlah strategi oleh Pram suatu sore. Erwin diberinya kesempatan untuk bertemu dengan Santi di sebuah pondok di tepi sawah, dekat air terjun. Masih di desa itu juga. Cuma agak ke ujung kampung. Pondok itu milik keluarga Erwin karena sawah itu milik mereka.

Di sana berbincanglah Erwin dengan Santi. Di lain pihak, Pram pun menyiapkan warga yang akan mengepung pondok itu. Ia mendatangi sebuah kedai kopi cukup ramai di dekat rumah Santi. Ia pun menceritakan tentang pertemuan Erwin dan Santi. Mereka bertemu di sawah itu, sementara hari sudah jelang Maghrib. 

Warga pun gaduh. Mereka terhasut. Mereka tahu bahwa Pram dan Santi 3 hari lagi akan menikah. Mereka menuju pondok yang disebut Pram. Sebelum mendekati pondok itu, salah seorang warga datang membawa Tuan Andi, ayah Santi. Matanya berkilat menatap Pram.

Ketika mendekati pondok, terdengarlah percakapan Santi yang ingin dinikahi Erwin, bukan Pram. "Bang Iwin mari kita kawin lari. Aku tak mau menikah dengan duda." Bertangis-tangisanlah Erwin dan Santi di pondok itu dalam keadaan berpelukan.

Tangan Erwin nampak membelai-belai punggung Santi. Saking asyiknya bertangis-tangisan, mereka tak menyadari akan kedatangan warga.

Geram, Ayah Santi melihat itu. Namun apa daya. Sudah semua orang melihat dan mendengar kelakuan putrinya. Beliaupun kalah. Terbayang olehnya kejadian berpuluh tahun dulu, ia pun melakukan hal yang sama kepada Sabar, Ayah Pram.

Kini, perbuatannya itu berbalas. Tuan Andi terpaksa menikahkan putrinya sore itu dengan Erwin. Kali ini Pram bebas dari Santi. Ia bisa menggagalkan pernikahannya dengan Santi.

Ia bisa menikah dengan Tinuk pilihannnya. Besar harapannya tak ada aral melintangi lagi niat mereka.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun