Peningkatkan kompetensi terhadap semua unsur sekolah, baik guru, staf, maupun kepala sekolah. Tujuannya agar bisa mengimbangi tuntutan orangtua dalam hal pendidikan anak dan menyesuaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Kedua, membangun social capital
Cara memberdayakan orangtua dan masyarakat yang berada di lingkungan sekolah. Pemberdayaan masyarakat dan orangtua sebagai social capital, mulai dari yang memiliki peran terbatas pada perencanaan program dan peran yang sangat besar.
Di Indonesia sendiri peran masyarakat dan orangtua digolongkan sebagai moderat karena lebih banyak berfungsi sebagai badan penasehat melalui wakil mereka di Komite Sekolah.
Dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional agar berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Â
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut tentunya sekolah harus menyiapkan beberapa faktor penunjang antara lain, faktor guru, baik guru mata pelajaran, wali kelas, dan BK, juga kepemimpinan sekolah dan kurikulum.
Di antara faktor guru ada pula kualitas guru dan kemampuan guru membangun hubungan dengan siswa. Ekspektasi guru terhadap siswa dan pendidikan professional guru juga memberikan efek besar kepada ketuntasan siswa.
Selain faktor guru, peran keluarga sangat berarti dalam pendidikan anak. Orangtua paling besar pengaruhnya, seperti: bagaimana orangtua memberikan semangat, motivasi, dorongan, dan harapan kepada anak, akan berada diurutan paling atas.
Orangtua yang mampu memotivasi anak akan cenderung melahirkan anak yang berprestasi. Nah, anak yang tinggal di asrama tentu berorangtua kepada guru di asramanya.
Terkait tugas-tugas sekolah seperti pengerjaan pekerjaan rumah dan diskusi terkait pelajaran di sekolah yang tak selesai tentu ada batas tolerir guru. Jika batas tolerir telah sampai tentu guru mapel melapor kepada wali kelas. Wali kelas kepada guru BK, guru BK kepada wakil kurikulum dan kepala.
Biasanya sekolah hebat hingga batas BK atau guru Bimbingan Konseling, orangtua sudah dipanggil atau dilaporkan kepada pembimbing asrama. Meski mereka SMA, tentu ada kendala tak membuat tugas. Bisa karena tak mengerti atau soal yang mau dikerjakan tak ada.