Para kreator yang memanfaatkan fitur gift atau fitur hadiah yang ada di TikTok, mereka berharap bisa mendapatkan gift. Gift dengan jumlah banyak dari penonton. Inilah kemudian yang ditukarkan dengan uang.
Adapun aksi yang sedang viral disoroti netizen saat ini, siaran live di TikTok dengan berendam di air hingga mandi dengan air lumpur. Mirisnya beberapa kreator menampilkan manula sebagai talent  video yang  disiarkan.
Itulah wujud eksploitasi kemiskinan dalam media yang dipermasalahkan hingga menjadi fenomena publik. Nah, bagaimana cara membedakan antara mencari nafkah dengan aksi mengemis? Menulis online dan kreator konten apakah layak disebut pengemis online?
Jawabnya tentu tidak. Penulis online sudah menulis sesuai aturan dan kebijakan berlaku. Kteator konten TikTok pun sudah bekerja. Hanya saja eksploitasi kemiskinan dengan menjadikan model konten orang tua renta, inilah yang tak bisa ditolerir. Inilah pasal penipuan dan kejahatan kontennya.
Penulis online bukanlah pengemis meskipun kita dibayar melalui prosedur pembayaran dengan sistem viewers, poin, atau intinya digitalÃsasi karena konten kita tak melanggar peraturan, Undang-Undang, hukum, dan norma.
Sedangkan mengeksploitasi kemiskinan membuat konten dinilai ngemis online. Bolehkah mengemis online? Tentu tak boleh. Mengemis dilarang agama. Mengemis sama dengan menipu. Pengemis menempatkan orang lain yang rajin bekerja harus memberi.
Pengemis akan menambah daftar pembentukan budaya malas di tengah masyarakat. Ini akan merusak tatanan kerja dan kehidupan bermasyarakat. Menyebarkan sikap dan budaya malas dan budaya menipu.Â
Lebih jelas ada tiga sebab keadaan yang dibolehkan mengemis bagi Anda.
Pertama, mereka yang memiliki beban hidup yang tak mampu ditanggungnya lagi. Sehingga dengan kesungguhan dan kerja keras, ia tak juga dapat berusaha dengan cara lain yang halal untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Misalnya memiliki, kekurangan atau cacat fisik.
Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan hartanya, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekedar kebutuhan hidupnya. Misalnya korban gempa dan kebakaran.
Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar miskin. Ada surat keterangan dari RT, lurah, atau PIP maka dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekedar kebutuhan hidupnya.Â