Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyesalkah Aku Meninggalkannya atau Beruntungkah Aku Meninggalkanya dengan Air Mata di Mata Coklatnya?

4 Januari 2023   23:15 Diperbarui: 6 Januari 2023   21:32 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sana banyak buku dan pena bagus-bagus. Ayah akan membelikanmu berkotak-kotak. Rayu ayah membujukku. Beliaupun mengantarkanku ke sana. Sungguh kala itu negeri asing rasanya.

Kelima, aku bukanlah anak patuh. Aku sesekali menemui Pram. Ia menawarkan jalan-jalan sore ke tempat yang asing bagiku. Makan bakso berdua, ke telkom berdua, dan keliling naik bendi sambil ia menggenggam jemari tanganku yang gemetar.

Akupun merasa malu dan aneh. Ternyata berdua dengan Pram membuat tubuhku tak nyaman. Keringat dingin mengucur di leherku yang tertutup jilbab menyusup dingin di bawah ketekku.

Kok berdua dengannya seperti aku kena sentrum. Dada berdebar dan jantung tak karu-karuan. Kata om Fredi S, penulis romantis novel kegemaranku, berdua itu menimbulkan senyum. Aku malah ketakutan.

Maaf ya Pram, ternyata aku tak bisa mengikutimu. Aku takut padamu. Aku belum siap membalas genggaman tanganmu yang terasa aneh olehku. Kita putus saja begitu pintaku saat itu.

Pram tegang. Mata coklatnya menajam, tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya menonjol. Perlahan air mata menetes dari mata coklat itu. Mengalir di pipinya yang putih.

Aku ingin menghapusnya tapi aku takut jika ia merasa aku menyesal atas putusanku. Kubiarkan ia sendiri. Aku melangkah pergi meninggalkannya.

Ada yang sakit terasa di sudut hatiku. Perih. Apakah aku terluka karena sudah meninggalkannya? Entahlah. Tapi aku lebih baik sakit daripada memberinya harapan.

Aku takut. Takut kepada siapa? Takut kepada Pram atau ajakannya menikah dini? Atau aku takut kepada ayah dengan mata hitamnya setajam elang? Atau mungkin aku takut karena belum faham apakah aku membutuhkan Pram atau tidak.

Kakiku melangkah ke sebuah kios kecil. Di sana berjejer novel-novel karya om dan tante Fredi S dan Mira W penuh cerita indah yang menjanjikan romantisme dua insan berbeda.

Novel itu akan menyuguhkan cerita indah dibanding ceritaku bersama Pram yang kaku dan mengucurkan keringat. Akupun membayar tagihan sewa novel-novelku dan aku  segera menapaki jalan menuju kediaman Mak Puak, rumah masa depanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun