Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

5 Faktor Penyebab Anak Kurang Percaya Diri di Sekolah

26 Desember 2022   07:50 Diperbarui: 26 Desember 2022   17:29 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak percaya diri| Dok Freepik via Gramedia

Keempat, Orangtua Masih Menilai Kemampuan Anak Berdasarkan Capaian Akademiknya

Ayah bunda, jangan bangga dulu ketika anak memperoleh status A semua di rapornya. Sebaiknya ayah bunda lakukan penelitian kecil kepadanya. Ya senyumnya, tatapan matanya, cara berbicaranya, temannya, dan perasaannya. Adakah semua refleks dan normal? Adakah mereka bahagia?

Tak jarang saya menemui mereka di kelas di hari pertama sekolah pada saat kenaikan kelas bersikap kaku seperti penghafal rumus. Susah senyum dan tak mau berbicara. 

Mengapa? Karena tak sedikit orangtua yang hanya menilai kemampuan anak mereka berdasar nilai dan prestasi akademik saja. 

Ketika anak mendapatkan nilai kurang baik, semisal B dan C, terkadang orangtua langsung melabeli anak malas, anak kurang pintar, dan bahkan memarahi mereka karena nilainya yang buruk. Atau Ayah Bunda langsung memberi perbandingan. "Ayah dulu... atau Bunda dulu...."

Stop, cukup kita menorehkan luka di hati mereka. Mereka juga ingin A untuk semua mata pelajarannya. Tapi mereka juga manusia yang memiliki batas kemampuan. Bakat mereka tak semua bidang akademik.

Ketika saya pertama di sekolah baru saya SMP, satu pelajaran sama sekali tak bisa saya taklukkan. Keterampilan. Sekarang bernama pPrakarya. Saat itu tugasnya menjahit. Beragam pola jahitan, jahit strimin, membuat gerabah, dan lain sebagainya. Saya anak kost tak punya orangtua.

Bagaimanalah saya mempelajari semua itu. Akhirnya nilai keterampilan saya 5 di rapor dengan tinta merah. Ketika pulang kampung saya pun terbebani. Takut. Tapi apa daya, saya harus pulang. Apakah karena rindu orangtua atau karena semua orang pulang?

Tiba di rumah, ajaib sekali. Ternyata orangtua saya menyambut ramah. Nampak kerinduan di mata mereka. Semua tersenyum dan seolah ingin menangis ketika menyambut saya. Berpelukan saat bertemu belum lagi membudaya saat itu. Ternyata rindu, membuat mereka melupakan nilai 5 bertinta merah di rapor itu.

Kelima, Orangtua Terlalu Mengekang Anak

Orangtua mana yang tak menyayangi anaknya. Semua orangtua sayang kepada anak. Ibu apalagi yang 9 bulan 10 hari mengandung anaknya. Dibawa ke mana saja. Hujan, panas, dan susah senang tetap berkata lembut kepada janin di perutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun