Penerimaan rapor sudah selesai. Guru masih ada PR di awal pembelajaran semester 2 nanti. Sebab masih ada siswa yang belum menuntaskan pelajarannya. Biasanya siswa ini belum tuntas karena terlalu sering bolos di sekolah. Anak bolos dengan alasan sakit.Â
Memang dalam satu semester ini ada 2 jenis virus yang membuat anak izin dan harus bolos di sekolah. Pertama merebaknya virus cacar air dan kedua, virus sakit mata. Kedua virus ini ada yang mengontak satu anak jelang akhir pembelajaran semester satu.
Akhirnya satu anak bolos di sekolah lebih kurang 20 hari. Tentu kondisi ini membuat mereka tak bisa mengikuti pembelajaran. Tambahan lagi, anak ini sudah pula terkategori malas dan kurang percaya diri pada pembelajaran sebelumnya.
Ada lo, Ayah Bunda, ditemukan teman wali kelas, anak yang tak tuntas semua mata pelajaran. Ke mana ya orangtuanya sehingga anak mengalami kondisi ini. Setelah dibawa ke ruang rapat, barulah guru-guru mafhum. Ternyata mama sibuk di UMKM sebagai narasumber dan Papa sibuk di kantor.
Anak diserahkan kepada tetangga dan tempat les. Ada beberapa hal yang tak bisa digantikan guru les dan tetangga terhadap tumbuh kembang anak.
Pertama, perhatian dan kasih sayang. Kedua, motivasi dan assesment (penilaian). Ketiga, percaya diri dan optimisme anak. Keempat, membaca peluang dan tantangan. Sementara keempat poin ini mereka butuhkan agar percaya diri.
Orangtua manapun tentu berharap anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, optimis, dan kreatif. Mampu melihat peluang dan tahan atas tantangan. Pribadi itu bisa membuat anak lebih luwes bersosialisasi di tengah masyarakat, di sekolah, dan dengan orang-orang baru di sekitarnya.
Akibat perilaku orangtua yang kurang tepat, menyebabkan tidak semua anak memiliki kepercayaan diri yang baik. Ketahuilah Ayah Bunda ada 5 faktor penyebab anak tidak percaya diri menurut ahli parenting anak.
Pertama, Kurangnya Perhatian dan Rangsangan dari Orangtua
Para peneliti di McGill University di Montreal, Kanada, setelah melakukan studi menemukan bahwa sifat, kepribadian, dan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perilaku orangtuanya ketimbang pengaruh genetika bawaan.