Ketika disuguhi topik Resesi Seks membuat saya merinding. Sebab membicarakan seks secara terbuka masih tabu. Ketika mendengar dan membaca kata seks, imej sudah melayang ke mana-mana.
Ternyata resesi seks bukanlah persolan pornografi, bukan pula tentang seks bebas, alalagi penyimpangan seks seperti lesbian, homo, dan seks bebas lainnya.
Korea Selatan sudah lama disinyalir mengalami kondisi resesi seks. Hal ini memicu negara tersebut akan mengalami krisis demografis pada tahun emas 2045 kelak lantaran banyak wanita yang berhenti melahirkan di sana.
Resesi seks apa sih? Kok segitu santer pengaruhnya di Korsel? Apa hubungannya dengan demografis? Yuk, kita pelajari sau-satu.
Resesi seks merupakan keengganan seseorang atau pasangan untuk memiliki anak atau keturunan. Misalnya, dua sejoli menikah tetapi komit tak memiliki anak. Hidup berdua saja.
Di Indonesia pun trend pola hidup ini mulai tercipta sendiri. Penyebabnya banyak. Seperti sejumlah kota atau kabupaten yang ada mulai mencatat adanya "zero growth atau nol kelahiran baru.”
Resesi seks dapat juga ditandai sebagai fenomena keengganan pasangan muda untuk memiliki anak. Bisa jadi malas memomong, mengasuh, dan membesadkan. Mereka beranggapan bayi menggangu aktivitas.
'Resesi seks' ini bahkan mulai menghantui negara-negara besar di dunia, mulai dari China hingga Amerika Serikat. Begitu juga Indonesia untuk daerah perkotaan mulai berpotensi mengalami resesi seks.
Secara alami meniru resesi seks seperti yang terjadi di China, Jepang, dan Korea Selatan. Dalam beberapa tahun belakangan ini.
Indonesia dikatakan memiliki potensi resesi seks apabila kita melihat sejumlah tanda-tandanya. Gejala resesi seks di negara kita, terlihat dari usia pernikahan penduduk semakin tinggi saja.