Pertumbuhan populasi yang lebih lambat selama beberapa dekade akan dapat membantu mengurangi akumulasi kerusakan lingkungan lebih buruk pada paruh kedua abad ini.
Populasi akan 61 negara atau wilayah diproyeksikan menurun sebesar 1 persen atau lebih, antara tahun 2022 hingga 2050, karena tingkat kesuburan yang rendah dan dalam beberapa kasus, karena peningkatan emigrasi oleh warga (perpindahan penduduk antarnegara).
Sebagian besar negara menurun penduduknya, setidaknya masih ada 8 negara yang diprediksi mengalami ledakan penduduk. Masing-masing meliputi Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan dan Filipina, serta Tanzania.
Wasekjen PBB untuk Urusan Ekonomi dan Sosial, Â Liu Zhenmin menyatakan, "hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan berkelanjutan sangat kompleks dan multidimensi."
Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat pemberantasan kemiskinan, memerangi kelaparan dan kekurangan gizi, dan meningkatkan cakupan sistem kesehatan dan pendidikan, menjadi lebih sulit."
Tujuan pembangunan yang berkelanjutan, yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender, akan berkontribusi pada pengurangan tingkat kesuburan dan memperlambat laju pertumbuhan populasi global.
Dapat dibaca persentase laju pertumbuhan penduduk tertinggi berikut terjadi pada tahun 1968-1969, tercatat 2,09 persen. Sedangkan pada tahun 2022, laju pertumbuhan penduduk di angka 0,84 persen. Turun sebesar 0,21 persen dibandingkan tahun 2020.
Adapun pada tahun 2037 mendatang, populasi bumi akan mencapai 9 miliar orang. Membutuhkan waktu sekitar 15 tahun lebih lama dari periode sebelumnya.
Proyeksi itu disebutkan jumlah penduduk bumi akan terus tumbuh dan mencapai puncaknya tahun 21oo dengan angka 10,8 miliar penduduk bumi.
Indonesia sendiri sampai saat ini tampil sebagai negara penyumbang populasi tertinggi ke-4. He he he.
Indonesia penyumbang jumlah penduduk tertinggi ke 4 dari total penduduk di dunia saat ini dari catatan 280 juta lebih penduduk di Indonesia.