Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8 Miliar Penduduk Bumi, Apakah Risikonya?

18 November 2022   15:22 Diperbarui: 18 November 2022   15:28 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun saat ini kita menghasilkan pasokan makanan yang cukup untuk delapan miliar orang, tapi masih ada 800 juta lainnya yang "kekurangan gizi secara kronis."

Konsep tentang 'berlebihan' ini menghindari masalah yang jauh lebih sulit, bisakah kita menggunakan ilmu kita untuk membuat populasi manusia ke depan menjadi lebih sehatkah, produktifkah, bahagiakah, damaikah, dan sejahterakah.

Produktif di atas jangan lagi mengacu pada banyak anak banyak rezeki. Tapi produktif dalam berkarya sehingga bisa melahirkan lapangan kerja. Satu kepala menyediakan lapangan kerja tentu lambat laun bisa berdistrubusi dan penyetaraan.

Keenam, keterbatasan air bersih

Air bersih bagi warga dunia semakin sulit seiring dengan pesatnya peningkatan jumlah penduduk. Air yang terbatas harus diperebutkan oleh miliaran penduduk bumi setiap saat. Dikhawatirkan krisis air bersih semakin parah jika tidak ada langkah tegas mengatasi populasi.

Berdasarkan laporan World Population Prospects 2022, jumlah penduduk dunia yang terus bertambah meskipun laju pertumbuhannya perlahan namun, angka kematian rendah perlahan pula menumpuk populasi.

Ketujuh, dampak lingkungan buruk

Pertumbuhan penduduk itu satu sisi memperbesar dampak lingkungan dari sisi pembangunan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, namun pendorong utama pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.

Konsumsi akan sumber daya material maupun emisi gas pada rumah kaca per kapita tertinggi cenderung ke negara-negara yang pendapatan per kapitanya selalu lebih tinggi, bukan negara-negara yang populasinya berkembang pesat seperti Indonesia. 

Kedelapan, permasalahan multi kompleks

Perjanjian Paris bahwa untuk membatasi kenaikan suhu global, hingga mencapai SDG, sangat bergantung pada pembatasan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun