Seorang teman, kita sebut saja namanya Ibu Ghina. Ia biasa menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi. Suaminya juga dosen di tempat yang sama. Bu Ghina masih honor dan suami beliau PNS.
Mereka dikaruniai 3 anak. Dua lelaki dan satu perempuan. Mereka memiliki satu sahabat wanita. Wanita ini sudah menikah juga. Punya anak juga 3. Tapi kurang jelas bagi saya jenis kelamin anaknya.
Singkat cerita wanita itu mendadak suka menempel pada suami Bu Ghina. Adapun suami Bu Ghina jika tiba di rumah, berubah tampang. Wajah biasa teduh ketika menatap istri dan ketiga anaknya, sekarang berubah berwajah merah padam.
Bu Ghina menatap suaminya. Ingin menyapa. Tapi suaminya lewat saja seolah tak melihatnya dan ketiga buah hati mereka. Nyeri dan ngilu menyesak di hati Bu Ghina. Perlahan matanya berkaca-kaca. Ia biarkan bola-bola kristal bening itu menggelinding.
Dua hari, tiga hari, seminggu, sebulan, dua bulan, tiga bulan hingga berbilang tahun suaminya berpenampilan seperti robot marah itu. Suaminya tak menyapa, tak memberi belanja, dan diam seribu bahasa.
Tahun kedua, jelang tahun ke tiga, Bu Ghina berbicara kepada suaminya. Meski takut dan sakit. "Abi--- bagaimana biduk rumah sakinah, mawaddah, wa rahmah kita ini?"
Tanpa diduga suaminya memberi kode melambai terbalik. Mengusirnya sambil berpaling. Dengan berderai air mata Bu Ghina berkemas bersama anak-anaknya. Mereka meninggalkan rumah itu dan pindah ke kota lain. Di kota saya mengenalnya sekarang.
Akhir kisah, si suami dan wanita sahabat mereka telah menikah. Bu Ghina hanya bisa gigit jari. Sekejap rasanya kebahagiannya dan anak-anaknya direnggut wanita bergelar pelakor itu. Terampas bahagia putra putrinya. Terampas jalan menuju surganya. Tentu sangat menyakitkan melebihi tersayat sembilu.
Bu Ghina terlihat tenang mendidik muridnya. Namun, di malam hari tentu rindu dan sembilu rindu menusuk-nusuk hati dan jantungnya. Tiada tempat mengadu selain ishtigfar dan menyebut asma penciptanya.
Imam Abu Ath-Thayyib menjelaskan hadits ini: "Maknanya, seseorang menipu atau menggoda istri orang dan merusaknya, atau merayunya sampai wanita itu meminta cerai dari suaminya agar dapat ia nikahi atau ia nikahkan dengan orang lain, atau selain itu."
Dalam Syarh Sunan Abu Dawud, Syaikh Abdul Muhsin menjelaskan, sering kali rusaknya rumah tangga dikarenakan adanya pihak ketiga yang merusak hubungan istri dengan suaminya.