Ketika ia kesal, saya tanya, "kenapa Dek? Kok tak mau nyanyi. Kesal sama siapa Adek?" Tanpa sadar ia akan mencurahkan isi hatinya.
"Anak laki, Bun. Suka ngetawain adek sama temannya. Adek masih kecil, Â dijodoh-jodohkan dengan temannya." Nah, kebuka kran masalahnya. Trus bikin ia kesal dengan interogasi lucu-lucuan.
"Haaa... masak sih dek anak kecil bisa jodoh-jodohan. Semua teman adek di kelas? Wow spektakuler dong. Dijodohin semua, Dek?"Â
"Indak, Bun. Si Akmal aja dengan Rafif." Nah, dapat namanyakan. Tinggal cari dua temannya itu di sekolahan.
Ketika bertemu dua temannya, senyum dulu, lalu pedekate. "Akmal, Rafif, ante mau tanya, apakah Ara ada nakal atau jahat sama kamu berdua di sekolah ini, Nak?"Â
Mereka berdua menggeleng. Mungkin karena faham, mereka langsung merespon.Â
Saya pun lanjut ngomong, "Boleh tidak ante minta bantuan? Ara jangan diledek ya. Ia masih kecil. Belum boleh pacaran. Ara jadi malas ke sekolah. Malu diledek mulu."
Mereka berdua mengangguk dan bertatapan. Lanjut ngomong, "Atau, ante pindahin aja Ara sekolah, ya? Tapi, pas ante minta surat pindah pasti kepala sekolah nanya, kenapa pindah? Boleh tidak ante bilang alasan pindahnya karena suka diledek sama...?"
"Eh, jangan, Ante. Jangan. Kita tak ganggu Ara lagi." Legakan. Masalah selesai tanpa harus memarahi mereka.
Itu baru sekelumit persoalan yang dialami anak ketika berangkat sekolah. Semakin tinggi sekolahnya, makin tinggi pula sebab anak malas ke sekolah.