Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Anak Puber, Dampingi Penuh Kasih Sayang

4 November 2022   21:54 Diperbarui: 4 November 2022   22:30 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika puber anak pendiam bisa berubah jadi ceria: fimela.com

Gadis kecilku bertanya. " Bun, bajuku wangi tidak?" Akupun mencium bahu kecilnya. Wangi sayang. Bau wangi loundry. Baru bunda keluarin dari plastik loundry. 

" Hmmm mana. Kemarin udah dipakek, Bun." Jawabnya.

" Oh iya, tapi mengapa tetap wangi, Dek?" Tanyaku lagi. 

" Kan pakek parfum, Bunda. " Jawabnya memeragakan botol parfum di depan mataku. Benar parfumnya wangi loundry. Lembut.

Gadisku sudah tahu parfum. Pantesan beberapa bulan ini pertanyaannya seputar wangi, mandi, wajah, dan penampilan.

Wah, gadisku mulai puberkah? Puber atau pubertas merupakan periode ketika tubuh seseorang mulai berkembang secara seksual akibat reaksi perubahan hormonal.

Biasanya berlangsung pada usia 8–14 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan fisik dan menstruasi pada anak perempuan atau suara berat, ngebass, dan munculnya rambut wajah pada anak laki-laki.

Yah, usia si dedek sekarang 12 tahun. Sudah menstruasi pula. Berarti benar gadisku mengalami pubertas. Mulai merawat diri dan memperhatikan penampilan. Beginikah puber? Gelisah? Ada apa dengan puber? Yuk kita bahas Ayah Bunda.

Anak yang beranjak remaja memang akan melewati masa puber. Ia mulai mengalami perubahan pada fisik apalagi emosi. Orang tua tak boleh melewatkan ini. Orang tua punya peran penting membantu anak melewati masa ini.

Pubertas merupakan masa dari anak-anak menjadi remaja. Pada masa inilah, organ seksual dan reproduksi anak berkembang pesat.

Laki-laki puber pertama pada usia sekitar 10-16 tahun (kelas IX SMP), sedangkan puber pada perempuan sekitar usia 8-14 tahun (kelas VIII dan IX SMP). Laki-laki terlambat satu atau dua tahun pubernya.

Anak perempuan, puber dengan menstruasi, tumbuh rambut halus di bagian tertentu, perubahan bentuk fisik, mulai muncul jerawat, dan pertumbuhan fisik cepat.

Nah, ketika perubahan fisik, kadang anak merasa minder. Ia berubah menjadi pendiam dan menutup diri jika teman-temannya memberikan penilaian tak sesuai ekspektasi atau harapannya.

Gadis kecil saya, selalu mengeluh  jika temannya mengatakan kurusan, wajah berganti-ganti bentuk, dan jerawat mulai mengganggu. Ibu sebagai penenang sangat ia butuhkan.

Pendampingan ibu untuk memotivasi sangat penting. Jangan biarkan ia sendirian menghadapi menstruasinya. Jangan biarkan matanya redup. Peluk dan tanyai harinya sepulang sekolah atau pertama bertemu.

Mereka membutuhkan ayah bundanya untuk curhat. Di sekolah ia kadang melalui rintangan berat. Dicemooh atau dicandai teman maupun tekanan ucapan guru yang kadang tak disadari guru menyinggung perasaan mereka.

Pernah di sekolah M, nama samarannya Hariri. Ia senang mencemooh teman perempuannya bernama samaran Titi. Hariri memanggilnya sapi. Ayah Bunda renungkan, kok teman diberi gelar sapi. Anak cowok puber versi cemooh.

Widinipun, sering diganggu Hariri dengan gengnya. Mereka memanggilnya 'abang,' padahal Widini cewek. Hingga Widini emosi, tak tahan lagi ia meninju kaca kelas sampai pecah.

Bully, hujat, dan cela diusia pubertas ini merajai mereka. Anak cewek menjadi sasaran. Bunda selaku ibu tentu bisa melihat penampilan anak di rumah. Jika ia letih, lemah, dan lesu apalagi tak nafsu makan, wajar kita peluk dan introgasi penuh kasih sayang ada apa dengannya.

Perubahan sikap anak laki dan perempuan seperti saya tulis di atas sering kali menimbulkan kebingungan dan kecemasan pada anak. Orang tua hendaknya waspada.

Nah, ada beberapa kiat yang dapat orang tua terapkan saat anak melewati masa puber mereka:

1. Pahami tentang Masa Puber

Pertama, orang tua hendaknya memahami masa puber anak. Mulai dari proses perubahan sikap anak, cara ia berkomunikasi, perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada anak. 

Baik perubahan fisik maupun emosional. Kenali ciri-ciri yang terjadi pada anak saat sedang puber. Bisa jadi masa sulit bagi anak. Emosi berubah secara drastis.

Biasa ceria berubah menjadi pendiam. Bisa juga sebaliknya, dari pendiam berubah menjadi centil, pesolek, dan pedandan. Mohon ayah bunda amati dan perlakukan mereka sesuai perubahan. Dekati mereka bukan dimarahi apalagi dikucilkan.

Mereka hanya punya ayah dan bunda. Jika orang tua mengucilkan mereka pula, ke mana mereka akan berlabuh. Salah-salah mereka malah terbawa arus pergaulan bebas. Tentu kita tak mau bukan? 

2. Berikan Anak Pembelajaran Puber

Kedua, saat anak menunjukkan tanda puber, ajaklah berbicara. Perubahan fisik dan emosional yang dialaminya ini normal.

Perempuan dewasa seperti mama, bunda, umi, mami, atau ibu dan anak lelaki pun normal mengalami perubahan menuju lelaki dewasa seperti ayah, papa, papi, dedi memasuki kehidupan yang lebih dewasa.

Buat anak nyaman agar mereka tidak cemas atau bingung dengan perubahan mereka. Katakan pada anak agar bercerita atau bertanya kepada orang tua tentang apa saja. Jangan malu, kami orang tuamu sudah melewatinya.

Katakan bahwa orang tua akan  mendampingi mereka di masa-masa tersebut. Tak perlu takut dan malu. Ketika menyampaikan ini peganglah tangan atau bahu mereka. Sesekali belai lembut rambut mereka.

3. Menyimak Anak bukan Menggurui

Ketiga, anak bukan generasi ceramah. Mereka generasi daring. Duduklah santai di dekat mereka, berbicara dan bercerita mengenai pengalaman mereka.

Biarkan berinisiatif bercerita. Dengarkan anak. Beri anak masukan tepat sesuai ekspresinya. 

Jika ia tersenyum berarti masukan Ayah Bunda tepat. Tapi jika dahinya berkerut berarti ia tidak faham atau kurang setuju. Minta ia memberi pembelaan. Dengan tidak menggurui lambat laun anak akan terbuka. 

Ajak anak memikirkan solusi melewati masa-masa sulitnya. Kadang solusi mereka ada, hanya kurang pede menerapkan. Berikan penguatan jika ia benar.

4. Beri Sanjungan dan Samakan Ia dengan Ibunya

Keempat, anak pasti mengalami masa puber unik dan berbeda. Mungkin ada yang sama dengan pengalaman ibu ketika puber. Misall ibu menstruasi kelas 5, anak juga menstruasi kelas 5. 

Ketika anak mengalami hal yang sama dengan ibu maka pujilah anak. Begitu juga anak lelaki tentu ada yang sama pengalaman uniknya dengan si Ayah. Maka pujilah anak lelaki oleh Ayah.

Bandingkan pengalaman Ayah Bunda saat puber dulu. Bukan pengalaman yang berlawanan tapi selevel.

Misalnya, "Ketika Ibu puber dulu malu banget sama nenekmu, Nak, ketahuan sudah menstruasi bagi anak perempuan dan mimpi basah bagi anak lelaki. Sama sepertimu sekarang. Tapi malu itu cuma sekali. Setelah nenek jelaskan ini normal, Ibu baru lega."

5. Hadapi Emosi Anak dengan Tenang

Kelima, masa puber, naik turun. Perubahan emosi dan perilaku anak berbeda.  Ceria jadi pemurung. Suka menyendiri. Ditegur marah.

Uring-uringan.  Cium kening mereka. Belai rambutnya. Bila mengalami susah tidur atau tidur berlebihan, cemas, depresi, tidak berteman, hingga perubahan nilai di sekolah, bantu anak menghadapi masalahnya. Minta bantuan profesional, psikolog di rumah sakit untuk mengatasi masalah  anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun