Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Manajemen Kerumunan

3 November 2022   18:00 Diperbarui: 3 November 2022   18:08 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari 100.000 orang berkumpul di Itaewon untuk mengikuti perayaan Halloween itu. Tentu tidak seimbang dengan jumlah polisi sebanyak 137 petugas polisi yang telah dikerahkan untuk acara Halloween pada Sabtu itu.

Dulu ketika masih sekolah saya pernah diajak kakak-kakak di kos menghadiri konser Iwan Fals. Kami mendapat tiket gratis karena panitia masih keluarga ibu kost. Tetapi posisi menonton cuma berdiri, bukan di tribun apalagi di VIV. Cukup ramai kami pergi. 

Memasuki stadion, saya berjalan di tengah sambil bergelayut di tangan satu kakak dan satu kakak lagi bergelayut di tangan saya. Begitu formasi kami berjalan, tiga-tiga. 

Sedang asyik mengobrol sambil menuju pentas pertunjukan belum mulai, suasana pengunjung konserpun belum ramai, saya malah sial mendapatkan pelecehan dari seorang pemuda di stadion itu. 

Tiba-tiba ada serombongan cowok berpapasan dengan kami. Salah satu dari mereka berlari menghampiri kami, saya tak curiga dan terus berjalan. Secepat kilat ia menuju ke arah saya dan spontan menyentuh saya. Secepat kilat pula lari. Tentu saya kaget dan menangis.

Andaikan saya bisa karate, begitulah khayal saya saat itu. Mungkin mematahkan tangan laki-laki itu agenda pertama. Sedih. Sakit hati. Pokoknya sebal. Malam itu kami tak bisa menikmati pertunjukan. Satu lagu saja kami segera pulang.

Ketika Nike Ardilla dan artis lain konser, meskipun gratis, saya trauma mengikuti. Hingga sekarang. Pelecehan kilat itu sungguh mengesalkan hingga detik ini. Saya hanya mau mengikuti keramaian jika jelas itu kerumunan guru. Artinya satu jenis.

Ketika kuliah, pernah kakak kos mengajak lagi ke stadion  karena ada penarikan undian berhadiah sebuah bank. Semua anak kost pergi. Tinggal saya sendiri di kosan. Biarlah sendiri di kosan daripada mendapat pelecehan lagi. Rumah tempat teraman dan terindah saat itu.

Namun ketika demo tahun 1998, tak terjadi apa-apa. Kerumunan demontrasi mahasiswa termenajemen dengan baik. Sehingga di Kota Padang Panjang Kerumunan mahasiswa terarah dan damai. Namun, di Pulau Jawa menelan korban.

Itulah nasib, meskipun kita telah memakai pakaian sesuai sar'i, menutup aurat, berjalan pun di tengah, namun masih juga kena sial. Nasib memang tak bisa diprediksi. Semua ketetapanNya. Teraman memang di rumah barangkali.

Pada tahun 1883 bencana kurangnya menajemen kerumunan juga terjadi di Inggris. Dikenal sebagai bencana Victoria Hall di Sunderland, Inggris dan menewaskan 183 anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun