Bisakah aku berbagi topik dan lawakan ringan lagi bersama mereka di hamparan tikar pandan rajutan tangan lembut ibu-ibu mereka? Hanya untuk bisa tertawa bersama seperti dulu. Aku rindu mata  sipit dan berair mereka ketika kami tertawa bersama.
Mendengarkan keluh-kesah mereka juga seru. Sangat seru ketika kamu merasa berharga. Kamu dibutuhkan mereka. Mereka mengaku tak punya beras di rumah  lalu kami makan bersama di rumahku. Ketika pulang kuberi mereka beras jualan ayahku.
Esoknya mereka akan berlomba memanggilku makan di rumah sederhana mereka. Bersambalkan langkitang, pensi, dan gulai paku. Nikmat sekali masakan ibu mereka. Senikmat kasih tulus pelukan dan belaian tangan ibu mereka di rambut panjangku.
Bertanya kabar untuk mengetahui kondisi mereka terkini cukuplah  tapi aku tak punya nomor HP  mereka.  Ketika kutelusuri pencarian di facebook juga tak ada akun mereka. Apalagi  di IG dan twitter.
Berbagi kesedihan dan kebahagiaan dengan mereka kurindukan. Mereka tidak pernah menceritakan keburukan teman dengan orang lain apalagi  sesama kami. Mereka tak membiarkanku mengenal persahabatan palsu. Musuh dalam selimut apalagi santan balado dalam istilah kami di Sumatera Barat.Â
Elegi sekolah bersama sahabat impianku selalu seru menyentak rindu untuk dibaca. Kenangan itu nyata tak terlupakan. Terima kasih sahabat atas tawaran bahagia itu. Semoga para sahabatku juga bahagia di mana saja berada.
Yusriana menulis untuk kompasiana
Padang Panjang, 31 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H