Jiwa Sehat
Siapakah individu yang berjiwa sehat? Individu berjiwa sehat ketika seseorang  dapat berkembang, baik fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu menyadari kemampuannya sendiri, mengatasi tekanan yang dihadapinya, bekerja sama secara proaktif, dan memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Misalnya tubuh tumbuh normal sesuai usia, mental merasakan bahagia, sedih, empati, dan simpati, spritualnya mengakui adanya agama, Tuhan, dan cerdas beragama dan menjalankannya, segi sosial, mampu berteman, berorganisasi sehingga bakat mapun ide tersalur dalam komunitas.
Jiwa dan Mental
Apakah sama jiwa dan mental? Tidak sama. Kedua kondisi ini kerap dianggap sama dan sering digunakan dalam makna yang sama. Padahal jiwa dan mental merupakan dua hal yang berbeda.
Kesehatan jiwa itu setidaknya harus memenuhi 4 dimensi yaitu sehat fisik, mental, spiritual, dan sosial dan kesehatan mental kondisi ketika individu merasakan ketenangan batin, tentram, dan nyaman sehingga memungkinkan individu tersebut menikmati kehidupan sehari-hari, menghargai orang di sekitarnya, dan mereka dapat menggunakan potensi diri secara maksimal dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Mungkin bisa kita tarik sebuah kesimpulan bahwa kesehatan mental implementasi dari kesehatan jiwa seseorang. Atau sebaliknya kesehatan jiwa implementasi dari kesehatan mental.
Gangguan Jiwa dan Mental
Gangguan jiwa dan mental pun tidaklah sama. Tapi bisa dikatakan kait mengait. Gangguan jiwa sering disebut dengan sakit jiwa merupakan salah satu dari gangguan mental, yang biasanya sangat mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, hingga suasana hati seseorang.
Penderita gangguan jiwa, umumnya merupakan orang-orang yang memiliki kehidupan tertekan, yang membuatnya kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, misalnya perubahan mood yang cukup drastis. Baru saja moodnya baik tiba-tiba berubah karena suatu hal.
Biasanya seseorang yang mengalami gangguan mental cendrung pasif dan memiliki gangguan kejiwaan cendrung agresif, menjerit-jerit, bahkan melakukan perusakan sehingga harus dipasung.
Penderita gangguan jiwa pada fase awal ditandai menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sehingga, kondisi psikologi sosialnya pun menjadi terganggu. Hal ini bisa dipicu berbagai peristiwa atau keturunan (genetik).
Adapun beberapa gejala gangguan jiwa, di antaranya melakukan kekerasan, tidak bisa mengendalikan diri sendiri, jika sudah parah sering merasa tidak aman, dan tidak memahami diri sendiri apalagi orang lain.
Seorang teman saya sebut saja bernama Alam. Ceo, motivator, dan kaya raya. Melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya. Saat itu, Cica istrinya tak sengaja menumpahkan kopi ke atas berkas proposal milik Alam yang baru selesai diprint.
Tanpa diduga Alam meninju perut Cica tiga kali seperti samsak dan mendorong Cica ke dinding dengan keras hingga tulang bahunya patah. Setelah Cica kabur dari rumah mereka, Alam menangis. Ia pun diam-diam bercerita kepada saya. Ia mengaku mengalami traumatik pernah diculik dan disekap.
Tiba-tiba mantan pacarnya juga baru saja melakukan tindakan yang sama. Mengajak ke rumahnya dan menyekapnya di rumah itu. Kenangannya dengan Cica, kenangannya dengan mantannnya dan kenangannya diculik muncul silih berganti. Iapun sudah lama tak mengonsumsi obat depresannya.
Ternyata tekanan rasa bersalah kepada istrinya besar. Tekanan dari ibunya untuk menerima mantannya kembali juga besar, dan mantannya pun melakukan pelecehan kepadanya saat disekap. Pekerjaan sedang ada masalah. Alam tak siap dengan ini.
Akhirnya kami sepakat ke psikiater untuk konsultasi  dan 6 kali konsul terlihat perubahan signifikan pada Alam. Ia pun sudah kembali kepada istrinya meski dengan susah payah membujuk Cica. Sekarang mereka bahagia. Alam tak pernah melakukan kekerasan lagi. Namun, mereka membuat surat perjanjian jika terjadi lagi kekerasan maka Cica dan Alam akan berpisah selamanya.
Cara Mengatasi Gangguan Jiwa
Seperti kasus Alam di atas, gangguan mental dan jiwa datang bersamaan terjadi akibat pernah mengalami kekerasan fisik di masa kecil. Untuk mengobati gangguan jiwanya diperlukan pengobatan khusus yang cepat, tepat, dan sesuai, psikiater dan mengonsumsi obat depresan.
Namun, gangguan kejiwaan jika sudah parah tak bisa dengan terapi lagi. Hanya dengan obat-obatan. Obat antipsikotik berupa generasi 1 (haloperidol, chlorpromazine, trifluoperazine) dan generasi 2 (risperidone, olanzapine, quetiapine, clozapine).Â
Semua tentu harus sesuai dengan anjuran dan resep dokter, serta memerlukan pengawasan yang baik.
Gangguan Mental
Gangguan mental merupakan suatu penyakit mental, berhubungan dengan kondisi emosional, psikologis, serta kesejahteraan sosial seseorang. Baik gangguan mental maupun kejiwaan sama-sama penyakit batin, hati, dan pikiran.
Gangguan mental mengubah cara seseorang berhubungan sosial dengan orang lain, mengatasi suatu permasalahan, menyakiti diri sendiri, maupun kesulitan membuat suatu keputusan atau menentukan pilihan.
Pada kondisi terburuknya, gangguan mental pun bisa menyerang dan mempengaruhi bagian saraf otak hingga mengalami gangguan jiwa. Dampak lain pada keseimbangan kimiawi tubuh dan kualitas hidup penderitanya hingga bisa lumpuh dan stroke tak bisa mengendalikan gerak motoriknya.
Gangguan mental sendiri, tidak asing di telinga, yaitu stres, depresi, bipolar, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan psikosis.
Penyebab Gangguan Mental
Gangguan mental tidak hanya berasal dari keturunan, tetapi juga bisa dipicu oleh faktor pendukung lainnya, seperti riwayat keluarga menderita gangguan mental, trauma terhadap suatu hal atau kejadian, seperti kekerasan rumah tangga atau jenis pelecehan lainnya, terlalu lama kesepian, dan kemiskinan.
Gejala Gangguan Mental
Gangguan mental sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gangguan jiwa. Hanya saja, gejala dari gangguan mental benar-benar mengganggu kehidupan pribadi dan aktivitas penderitanya, seperti halusinasi, menyakiti diri sendiri misalnya menyayat tangan, dan menyakiti orang lain (memutilasi), tidak konsentrasi, marah secara berlebihan, stres, sedih yang panjang, dan putus asa.
Cara Mengatasi Gangguan Mental
Cara mengatasi gangguan mental penting diketahui. Adapun gangguan mental dapat diatasi dengan terapi sedang gangguan jiwa dengan mengonsumsi obat.Â
Psikoterapi misalnya seperti Alam teman saya berupa terapi bicara dilakukan dengan media aman, curahkan perasaan, emosi, minta saran tepat kepada psikiater  mengatasi permasalahan.
Konsumsi beberapa golongan obat, seperti obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs) dan antidepresan trisiklik, sesuai resep dokter.
Cegah risiko gangguan jiwa ataupun mental sejak dini. Ketahui kapasitas diri dan cintai diri sendiri. Amalkan ajaran agama, rajin membaca dan diskusi, menyanyi, jalan-jalan, baca puisi, bermain peran, dan menulis surat curhatan kepada Allah. Jangan lupa merobeknya agar tak terbaca orang lain.
Lingkungan kurang baik, tertekan, cari tempat cerita, utarakan keluh kesah, pada orang tua, pasangan, maupun teman. Tak mampu menahan beban sendiri, langkah terbaik  keluar dari lingkungan tersebut, sebelum gangguan jiwa atau mental menyerang.
Periksakan diri, lakukan konsultasi ke dokter, jangan khawatir, rahasia dijamin, untuk biaya gunakan asuransi kesehatan.Yusriana menulis untuk kompasiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI