Namun, di sudut dunia lain hal yang menimpa sejoli itu pernah tersaji di hadapan orang lain, makanya berasumsi, berkesimpulan, dan berharap LK bisa bersabar dan memberi kesempatan berubah kepada RB.
Manusia bersifat khilaf dan salah. Meskipun, di satu sisi RB salah, apakah ada yang membelanya kenapa RB sampai mencekik dan menghempaskan LK? Selama ini mereka romantis hingga beranak satu. Mengapa tiba-tiba ada KDRT.
'Mulutmu harimaumu' kata pepatah. Kadang kala tak disadari wanita ketika berbicara dengan suami harus hati-hati. Keluarga saya, selalu berpesan ketika kami pulang ke kampung, jangan sampai tangan suamimu jatuh ke tubuhmu karena ucapanmu yang menyinggung perasaan suamimu. Lelaki jika marah sering khilap mata.
Lebih baik ia merusak barang daripada merusak istri dan anaknya. Naif memang nasihat itu dan pasti membuat pro dan kontra. Tapi, inilah fakta lelaki di sudut dunia lain jika sedang tersinggung dan marah.
Kesalahfahaman di tempat kerja di atas menimpa saya hingga saya pun lebih memilih lari. Hehehe. Sayangnya, entah mengapa kadang kala kesalahfahaman orang lain itu sangat sulit untuk dilupakan. Apalagi kejadian itu akan berulang tiap hari karena rekan penyela di atas tak menyadari bahwa kita tak menyukai sifatnya.Â
Meskipun lari, dihindari, Â dan sudah dilupakan, seringkali muncul kembali sebagai sebuah ingatan yang cukup mengganggu perasaan. Berikut tiga penyebab yang membuat kita tidak mudah memaafkan kesalahan orang lain dan kiat agar kita tetap bisa menolerir kesalahannya.
1. Itikad Baik dan Menghindarinya
Itikad baik tidak juga diperlihatkan  dari seseorang yang berbuat salah kepada kita. Jangankan meminta maaf, malah ia masih mengulang menyela dan menyela kita setiap ada kesempatan. Memaafkannya tentu lebih baik daripada menanggapi ucapannya.
Bagaimana lagi ia seseorang yang tidak merasa dirinya punya kesalahan atau tidak bersedia untuk mengakui kesalahannya.Â
Malah, justru ia merasa benar telah menyela kita karena ia bermaksud menasihati, katanya. Maklum generasi milenial vs generasi milenial. Kedua pihak merasa benar. Memang, tanpa ia sadari bahwa ia telah mempermalukan kita di hadapan teman kerja lain.
Sebetulnya kejadian yang berulang ini kadang bisa dihindari. Kadang tidak. Berpura-pura ke luar ruangan mungkin pilihan kita jika bertemu situasi tak bisa menghindari pertemuan dengannya.