Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Sejati Selalu Siap Memberi Maaf

10 September 2022   22:52 Diperbarui: 10 September 2022   23:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam Berujung Masuk Rumah Sakit

Angin pagi yang sejuk berdesir pelan dibalik pepohonan. Seorang gadis belia membuka jendela kamarnya, membiarkan udara pagi memenuhi ruangan yang sederhana. Sinar mentari menyingsing dibalik bukit. Laila Syawal, seorang anak jolong gadang yang ceria, siap menjalani hari di sekolahnya seperti biasa.

Beo ayahnya pun seperti biasa menyambut. "Bangun... bangun...bangun!"

Cuma itu hafalanmu beo gagah, bisik Laila.
Setelah membereskan beberapa hal di tasnya, Laila sudah siap untuk berangkat. Tak lupa pula Ia menyalami kedua orangtua yang disayanginya. Tetapi jujur saja, hari ini Laila merasa tak enak badan, badannya agak memanas, tapi tak Ia hiraukan.

Setelah berpamitan, Laila lalu berjalan menyusuri trotoar yang landai. Sekolah Laila sendiri berdekatan dengan rumahnya. Tak genap 10 menit, Ia sudah sampai di kelasnya yang luas. Ruangan berwarna tosca dengan hiasan gambar pahlawan kemerdekaan di dinding-dindingnya.

Laila selalu senang bermain dengan teman-temannya, terlebih dengan sahabat karibnya, Bezza dan Yana. Hari ini mereka sudah berjanji untuk belajar bersama sebelum bel masuk berbunyi. Hari ini ada ulangan agama, mereka akan kembali mengulang pelajaran sebelum ulangannya diadakan.

"Pagi Yana! Pagi Bezza!" sapa Laila sambil melambaikan tangannya, sedang tangan yang lain mengenggam buku catatan. Yana dan Bezza membalas sapaan Laila dengan tak kalah riang. Setelah bercerita sedikit mengenai kegiatan mereka di hari Minggu, mereka pun mulai belajar.

Alih-alih fokus menggaris kata kunci di buku catatan, Laila malah merasa pusing. Dengan diam Ia mencoba menempelkan telapak tangannya ke dahi, panas.  Tapi tak Ia hiraukan rasa panas itu. Cuma ga enak badan sedikit kok, masih bisa belajar, pikirnya.

Bel berbunyi dengan nyaring. Semua anak yang bermain di lapangan, bergegas memasuki kelas masing-masing. Tak lama kemudian pelajaran pertama dimulai. Selama pelajaran berlangsung, Laila merasa betul-betul tak enak badan. Bisa saja dia melapor pada guru dan beristirahat di pojokan kelas yang dialasi tikar dan bantal, tapi Laila sendiri mencoba untuk menahannya.

Waktu terus berlalu, beberapa jam pelajaran juga sudah selesai. Dan sekarang adalah waktunya istirahat. Seperti biasa, tiga sahabat itu mulai menuruni tangga untuk menuju ke kantin. Yana dan Bezza sudah mengambil beberapa camilan, sedangkan Laila masih berdiam di pintu masuk kantin.

"Ga jajan?" tanya Yana sambil membayar makanannya. Laila menggeleng pelan sambil menatap kedua temannya yang sudah selesai. "Tumben ga jajan? Omong-omong kamu juga keliahatan lebih pucat, ya?" tanya Bezza sambil menyeruput es. "hah, pucat?" tanya Laila sambil memandangi pantulan wajahnya di kaca kelas yang mereka lalui.

Wajahnya memang pucat. Disini Ia mulai khawatir dan menggeleng sambil berkata, "ah, gapapa kok. Cuma kelelahan aja." Yana dan Bezza saling pandang lalu lanjut berjalan sambil memakan camilannya.

Dikarenakan hari ini pulang sore, jam pulang tentunya juga akan lebih lama. Jam sudah menunjukkan pukul  11 siang. Sekarang Laila merasa pandangannya mulai berkunang-kunang dan pusing di tempat duduk.

Tanpa menunggu lama, Ia segera melaporkannya pada guru tanpa pikir panjang lagi. Setelah memberi penjelasan pada Bu Lia, guru kelasnya, beliau pun mengusulkan untuk menelepon orang tua Laila karena melihat wajah Laila yang pucat sekali. Teman-teman yang lain memperhatikan mereka dengan penasaran, begitu pula dengan Bezza dan Yana.

Tak sampai 5 menit, Ibu Laila datang menghampiri kelas, meminta izin agar anaknya bisa pulang lebih cepat. Tentu Bu Lia mengizinkan. Laila yang sudah membereskan tasnya segera keluar kelas dan berpamitan pada gurunya dan yang lain.

Di perjalanan  pulang Ibu bertanya, "Laila kenapa ga bilang daritadi pagi kalo sakit, nak?" Laila menyahut sambil menunduk, "Laila kira cuma sakit sedikit dan ga bakal kenapa-kenapa." Mobil keluarga Laila terus melaju menembus kepadatan jalan raya di siang hari.

Sesampainya di rumah, Laila diberi teh hangat oleh ayahnya dan beristirahat. Menjelang sore keadaan Laila tak membaik, malah kian memburuk, panasnya menjadi tinggi sekali. Kedua orangtua Laila makin khawatir dan memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.

Di rumah sakit, dokter menyarankan agar Laila dirawat di rumah sakit terlebih dulu karena demamnya yang sangat tinggi. Radang Laila juga timbul kembali, membuat keadannya makin memburuk. Laila yang awalnya ragu, memutuskan untuk beristirahat dan dirawat di rumah sakit saja.

Tentu ini pengalaman yang mengejutkan bagi Laila sendiri. Demamnya yang tidak membaik membuat Laila ingin di rumah sakit saja, daripada harus resah dirawat di rumah. Setelah melakukan beberapa pendaftaran dan beberapa hal lainnya, akhirnya Laila mendapat kamar. Kubikal berukuran sedang dengan warna hijau dan putih dengan satu pintu di dalam ruangan untuk menuju ke toilet.

  Laila dirawat selama beberapa hari disana. Diberi obat, dipantau perkembangan kesehatannya, dan lain sebagainya. Tentu hal ini membuat Laila suntuk setengah mati. Ia merasa kesepian walau kedua orang tuanya terus-menerus menjaganya di rumah sakit.

Ternyata ada kejutan dari teman sekelasnya. Satu-persatu teman sekelas Laila datang menjenguknya. mengucapkan doa dan memberi beberapa buah tangan untuk Laila yang sakit. Hal ini membuat Laila senang sekaligus terharu dengan kepedulian orang-orang yang mau menjenguknya.

Selain teman-temannya, beberapa anggota keluarga juga ikut menjenguk Laila. Tapi kenapa ada yang terasa berbeda, ya? ah, Laila tersadar! Rupanya Bezza dan Yana tidak ada untuk menjenguknya.

Mungkin saja mereka sibuk? Ya, aku tidak bermaksud untuk meminta balas budi, sih. Tapi sepi sekali kalau tidak ada mereka, pikir Laila dalam hati. Hari demi hari berlalu, dan ini sudah hari ketujuh. Keadaan Laila sudah membaik dan kembali sehat, sehingga dokter mengizinkan Laila untuk kembali ke rumah.

Sungguh kabar yang menggembirakan untuk Laila dan kedua orangtuanya. Setelah membereskan barang-barang, Laila dan orangtuanya kembali ke rumah. Minggu besok Laila sudah bisa kembali bersekolah.

>><<

Di sekolah pada hari Senin, Laila disambut baik oleh  teman-temannya. Berbagai ucapan selamat diterima dengan senang oleh Laila. Dilihatnya Bezza dan Yana duduk berdua tanpa menyapa Laila sama sekali.

Laila sendiri bingung kenapa mereka bersikap seperti itu. Rasa ingin menyapa dan penasaran  menggelayuti Laila. Sayangnya, bel tanda masuk sudah berbunyi, sehingga Laila memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya saja.  

Jam istirahat akhirnya tiba, Laila segera menghampiri Bezza dan Yana yang sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantin. "Haii Yana, Hai Bezza! Apa kabar?" sapa Laila dengan riang. Tapi mereka malah tidak mengacuhkan Laila dan segera pergi keluar kelas.

Laila merasa tersinggung. Kenapa mereka bersikap tak sopan seperti itu? Apakah aku ada salah ke mereka? pikir Laila kesal. Dia berjalan kembali ke tempat duduknya. Sambil menunggu jam masuk, Ia memakan camilan sendiri di kursinya.

Hari ini sekolah Laila pulang cepat dikarenakan para guru akan mengadakan rapat. Laila senang karena akan mendapat banyak waktu untuk beristirahat lebih awal. Dengan sigap ia mulai membereskan buku dan tasnya.

Sesampainya di rumah, Laila masuk ke kamar dan beristirahat. 2 jam kemudian, Ibu Laila mengetuk pintu kamar Laila dan mengabarkan bahwa ada teman yang datang mencarinya. Tentunya Laila bingung karena tidak merasa membuat janji pertemuan sebelumnya.

Ternyata yang datang adalah Yana. Laila bingung dan mempersilahkan Yana untuk masuk terlebih dahulu. Di kamar, Yana meminta maaf karena bersikap tidak sopan pada Laila di sekolah tadi.

Tentu saja Laila memaafkannya, tapi ia masih  bingung kenapa mereka  bersikap seperti itu. Akhirnya Yana menjelaskan alasan kenapa dia seperti itu sebelumnya, "Bezza suruh aku buat jauhin kamu, karena menurut dia kamu mulai sombong" "eh serius? Aku rasa aku biasa-biasa aja. Mungkin aku ada buat salah ke dia kali, tapi aku ga sadar." Jawab Laila, Yana mengangkat bahu.

"Besok aja kita bahas di sekolah. Ga baik kayak gini. Biar kita sama-sama diskusi juga," usul Yana dengan bijak. Laila mengangguk setuju. Akhirnya Yana berpamitan untuk pulang. Laila sendiri sudah tak sabar menunggu hari esok.

>><<

Saat jam istirahat keesokan harinya, mereka bertiga berkumpul di kursi panjang lapangan. Disanalah mereka mulai bercerita akan rasa yang dipendam masing-masing terhadap satu sama lain. Mengeluarkan semua curahan hati agar lebih lega.

Bezza menjelaskan bahwa dia kesal dengan sikap Laila yang mulai sombong karena sering tak acuh pada topik pembicaraan Bezza. itulah sebabnya kenapa Bezza menghasut Yana agar tidak menjenguk dan menjauhi Laila. Ia mengucapkan semuanya dengan nada kesal sekaligus sesal.

 Laila mulai berpikir, mungkin dia memang salah dan tak sadar akan hal itu. Yana sendiri tak punya keluhan apapun terhadap kedua temannya. Rupanya kedatangan dirinya kemarin siang adalah pilihan yang tepat, membuahkan hasil akan keeratan hubungan pertemanan mereka bertiga. Sungguh senang hatinya karena tak akan ada lagi jauh-menjauhi.

Akhirnya mereka bertiga saling memaafkan akan kesalahan masing-masing. Sahabat sejatSenang rasanya mereka kembali akur tanpa rasa kesal antara satu sama lain. Laila dan kedua sahabatnya akhirnya bermain bersama kembali.

TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun