*_Ketua Kelas yang Menyesatkan_*
Pada hari itu, Dika, selaku ketua kelas 4A berencana untuk merayakan ulang tahun teman kami Kesya. Kami mengerjai dengan membawa tepung ke sekolah. Setelah menceritakan rencananya secara rinci kepada teman sekelasnya, mereka menyepakati hal tersebut. Tentunya rencana ini dibuat tanpa sepengetahuan Kesya.
Sebenarnya, Reyhan juga menyarankan untuk membawa telur. Tetapi, banyak yang tidak setuju karena akan  susah untuk membersihkannya. Telur pun menimbulkan bau busuk. Setelah itu, Dika membagi tugas kepada teman-temannya. Salah satu dari mereka bertugas untuk membawa tepung.
Hari yang dinanti pun tiba. Kebetulan Bu Ema yang  wali kelas 4A tidak hadir karena sakit. Sebelum kami mulai melancarkan aksi, Dika meminta izin untuk pulang terlebih dahulu karena ada kepentingan keluarga.
Ketika masuk jam pelajaran dengan wali kelas, tentu saja tidak ada guru yang mengajar. Kami pun langsung menjalankan rencana tersebut. Tanpa sepengetahuan Kesya, Reyhan langsung menuangkan seluruh tepung ke atas kepala Kesya.
Seisi kelas tertawa riang sambil bermain tepung. Â Kesya kaget. Rok sekolahnya pun memutih. Adapun teman-temannya, mereka berlarian ke sana kemari sambil melempar tepung satu sama lain. Sialnya di saat yang bersamaan, Pak Al memasuki kelas.
Mereka semua terkejut melihat kedatangan Pak Al yang tidak terduga. Pak Al menyuruh seisi kelas untuk berbaris di luar. Tentu saja mereka merasa kesal kepada Dika karena ini merupakan idenya. Sementara Dika sudah pulang.
Saat berbaris di luar, Pak Al menanyakan kenapa mereka membawa tepung. Satu persatu dari mereka menjelaskan apa yang terjadi. Mereka juga mengatakan bahwa Dika-lah yang menyampaikan ide ini. Dika yang menyarankan untuk membawa tepung tadi.
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, Pak Al menanyakan keberadaan Dika. Semuanya berkata bahwa dia pulang lebih dulu karena ada kepentingan keluarga. "Dia tadi dijemput sama ibunya, Pak, " kata salah seorang dari mereka
Pak Al berkata , " Lah, kok kesannya kayak dia cabut?"Â
Mereka menjawab, " Tidak tau Pak, "Katanya tadi dia ada urusan."Â
Setelah dinasehati panjang lebar oleh Pak Al, mereka semua disuruh untuk kembali ke kelas dan membereskan kekacauan tadi.
Seluruh siswa bergumam kesal sembari menyapu tepung yang berserakan. Mereka diprank oleh Dika.Â
"Liciknya ketua kelasku....!!!" Teriak Alisia.
Kesya pun berkata, " Ihh, kan ini idenya dia, kok cuma kita aja yang kena marah? "
" Iya, besok kalau dia sekolah nggak usah ngomong sama dia, diamin aja biar dia tahu rasa, " Kata Sari, dan mereka pun menyetujuinya.*
Hari esok pun tiba. Anak-anak kelas 4A pun mulai berdatangan. Mereka benar-benar tidak berbicara kepada Dika. Kecuali Sabil, yang merupakan teman dekat Dika. Kebetulan kemarin Sabil juga tak hadir kemarin. Dia tak ikut di prank dan menyepakati tak menyapa Dika.
Saat belajar dengan Bu Ema, beliau berkata," Hari ini Ibu masih sakit-sakitan, tapi Ibu paksakan untuk pergi ke sekolah karena mendengar kejadian kemarin," Bu Ema meminta penjelasan kepada murid-muridnya tentang apa yang terjadi kemarin. Mereka pun menjelaskannya.
Setelah mendengar kejelasan dari muridnya, Bu Ema pun menatap Dika. Bu Ema menasehati Dika. Dika diminta untuk meminta maaf kepada teman-temannya. Dika pun meminta maaf atas perbuatannya. Untunglah semuanya berbaikan lagi dengan Dika.
Bel pulang pun berbunyi. Mereka menunggu Dika di dekat lapangan. Ketika Dika sampai di tengah lapangan, Sabil menghampiri Dika. " Dika, sini tasmu aku bawakan." Katanya.
Tanpa curiga Dika pun menyerahkan tasnya. Lalu Nando mendekati Dika. Sabil pun menjauh. Ketika sabil menjauh, Nando pun mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Kemudian ia tumpahkan bungkusan itu kepada Dika.
Tiba-tiba temannya yang lainpun ikut membawa bugkusan tepung dan melempar Dika. Mereka bersorak. Dika cuma bisa pasrah diprank temannya. "Ok. 1-1. Ampun. Saya salah. Udah nge prank teman-teman kemarin." Dika pun mengejar teman-temannya untuk membalas mengoles tepung. Mereka pun jadi tontonan murid lain.*
Senin pagi kami semua kelas 4A kecuali Kesya dibawa ke ruang kepala sekolah. Kamipun dinasihati kepala sekolah bahwa mem-prank teman dengan tepung itu pekerjaan sia-sia dan mubazir. Lebih baik bila ada teman ulang tahun dia diberi kue atau makanan lalu didoakan agar sukses dan kelak berhasil menggapai cita-cita.
Kami pun diberi sanksi tidak boleh mengikuti semua kegiatan sekolah selama 2 bulan. Kami hanya boleh belajar dari pagi sampai pulang sekolah. Kegiatan kami hanya boleh di kelas. Istirahatpun di kelas. Kami bawa nasi dari rumah dan kue jajan pun dari rumah. Semua karena kelicikan sang ketua kelasku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H