*Kegagalan Saat Olimpiade*
Tanggal 20 Mei 2007 lahirlah seorang bayi perempuan bernama Laksana Aklea Elden. Ia merupakan anak dari ibu Eloka Rinjani dan bapak Harsa Aditama. Ia biasa dipanggil dengan sebutan Klea.
Klea kini telah menduduki bangku kelas 5 di SD 24 Surabaya. Ia mempunyai banyak teman. Yang diantaranya yaitu Olive, Karin, dan Zea. Olive dan Karin sangat mendukung Klea dalam hal apapun, sedangkan Zea selalu saja mengomentari hal yang dilakukan oleh Klea padahal Zea saja tidak bisa melakukan hal yang sama seperti Klea.
Klea seorang siswi yang suka dengan pembelajaran matematika. Saat  pembelajaran matematika, ia sangat senang dan semangat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Ia sangat aktif ketika guru bertanya atau ia yang bertanya, mulai dari cara penyelesaian, rumus-rumus,  dan lainnya.
Suatu saat, bel pulang sekolah berdering. Siswa siswi SD 24 Surabaya segera bergegas untuk pulang kerumahnya masing-masing begitupun dengan Klea dan teman-temannya. Namun, saat mereka jalan di koridor sekolah, ada sosok guru berteriak ke arah merekaÂ
"KLEAA!! KLEAAA!!" Klea dan temannya yang mendengar teriakan itu langsung menghentikan langkah kaki mereka dan bergegas melihat ke belakang, dan ternyata terdapat Bu Ani yang sedang berdiri tepat di belakang mereka.
Bu Ani merupakan wali kelas mereka. Dengan ekspresi heran, Klea dengan sopan bertanya kepada Bu Ani "mohon maaf bu Ani, ibu memanggil saya? Ada apa ya bu?". Bu Ani pun menjawab "gini Klea, kamu tadi diusulkan oleh kepala sekolah untuk ikut olimpiade matematika, sekarang bu Ani tanya kepada Klea, kamu bisa atau tidak?"
Klea bingung harus menjawab apa karena dia belum izin sama orang tuanya, apakah boleh ia ikut olimpiade tersebut apa tidak. Setelah berpikir panjang Klea berkata kepada bu AniÂ
"Ohh gitu ya bu, kalau gitu Klea mau minta persetujuan dari orang tua dulu bu, besok Klea sampaikan kepada bu Ani", bu Ani pun mengizinkan Klea untuk meminta persetujuan dari orangtuanya Klea dan Klea beserta temannya pamit kepada Bu Ani untuk pulang kerumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, Klea tak lupa memberi salam kepada keluarganya. Mama Klea kini yang sedang duduk di ruang tamu, tersenyum saat sosok anak perempuannya itu telah pulang sekolah. Klea berberes dengan cepat dan langsung membicarakan hal yang disampaikan oleh Bu Ani sepulang sekolah tadi. Setelah lama berbincang, akhirnya ia mendapatkan izin dari mamanya.*
Paginya di sekolah, Klea segera mencari wali kelasnya tersebut. Akhirnya, Klea berjumpa dengan Bu Ani. Ia segera memberitahu kepada Bu Ani bahwa ia diizinkan untuk mengikuti olimpiade matematika tersebut.
Bu Ani yang mendengar perkataan Klea pun tentu tersenyum bahagia karena Klea mendapatkan izin dari orangtuanya.
Tak lama, Klea bertanya kepada Bu Ani, "Bu, kalau boleh tau, latihannya kapan, ya?"
Bu Ani pun menjawab," Kalau bisa setiap pulang sekolah nanti. Kamu ga sendirian kok, ada temanmu dari kelas sebelah namanya Jorgas dan kamu nanti juga dibimbing oleh Pak Herry, ya." Klea yang mendengar itupun hanya mengangguk dan tersenyum.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa dan siswi bergegas untuk pulang. Klea memberitahu kepada temannya untuk pulang duluan saja karena ia harus latihan untuk persiapan olimpiade ini.Â
Olive dan Karin memberikan dukungan serta doa kepada Klea, berbeda dengan Zea. Zea tak memberikan dukungan sedikitpun, malahan dia ngeledek Klea karena tidak yakin Klea akan bisa menjadi juara di olimpiade matematika itu dengan berkata, "Hah? Kamu ikut olimpiade? Emang kamu bisa mendapatkan juara? Kenapa ga yang lain aja dipilih, ntar kalah malu-maluin sekolah lagi," kata Zea membuat Klea terdiam.
Mendengar ocehan Zea tersebut, Karin tidak dapat lagi menahan amarahnya. Karin melawan perkataan Zea yang disampaikan ke Klea, "Zea!! kamu jangan gitu dong, kamu emangnya bisa? Â Biarkan Klea berusaha dulu semampunya dia, urusan juara belakangan aja, dia ikut olimpiade udah keren banget loh, lah kamu? Bisa ngomentari hidup orang aja."
Olive yang melihat pertengkaran tersebut sesegera mungkin untuk mendamaikannya. Zea bergegas pergi dari hadapan temannya sedangkan Olive dan Karin memberi tahu kepada Klea untuk melupakan apa yang dikatakan oleh Zea tadi.
Hari pelaksanaan olimpiade pun tiba. Perwakilan siswa SD di kota Surabaya berkumpul di lapangan salah satu SD di Surabaya. Begitupun dengan Klea dan Jorgas.Â
Mereka sangat khawatir karena tidak yakin masuk 20 besar nantinya. Namun, Pak Herry selaku pembimbing memberi semangat kepada mereka,"Kalian berdua tidak usah cemas, Bapak yakin in sya Allah kalian masuk 20 besar. Fokus untuk mengerjakan soal jangan terpengaruh sama yang membuat kalian ga nyaman, Bapak doakan kalian supaya masuk 20 besar."
Pelaksanaan olimpiade selesai. Seluruh peserta olimpiade menunggu pengumuman siapa saja yang masuk 20 besar. Tidak lama kemudian, peringkat 20 besar sudah diumumkan melalui link panitia kepada semua peserta dan pembimbing.
Klea dan Jorgas berteriak keras karena mereka masuk ke 20 besar, "HAH!!! Kita masuk 20 besar? Alhamdulillah, yesss akhirnyaaa!!!" Sambil melompat kegirangan.
Pak Herry yang melihat itu pun tersenyum bahagia dan mengucapkan selamat kepada mereka berdua, "Selamat ya, kalian berdua telah berhasil masuk ke 20 besar, kalian hebat karena bisa mengalahkan ribuan peserta yang udah bersaing dengan kalian, setelah ini akan ada seleksi untuk masuk 3 besar, kalian harus belajar lebih giat lagi ya."Â
Klea dan Jorgas berterima kasih dan memberikan senyum hangat kepada Pak Herry.
Hari pelatihan olimpiade telah tiba. Siswa yang berhasil masuk 20 besar, diwajibkan untuk mengikuti pelatihan olimpiade selama 4 hari di hotel bintang 2 di Surabaya. Di hari terakhir pelatihanannya, diadakan seleksi untuk masuk 3 besar yang akan dikirimkan ke tingkat provinsi.
Klea dan Jorgas tidak berharap banyak untuk masuk 3 besar. Mereka menyaksikan sendiri 18 teman mereka latihan sangat cepat dan cekatan menjawab soal-soal tantangan yang diberi selama di hotel.
Pak Herry masih saja memberikan semangat kepada mereka,"Klea, Jorgas...hari ini hari kalian terakhir pelatihan olimpiade sekaligus hari seleksi untuk masuk 3 besar, kalau semisalnya kalian tidak mendapatkan 3 besar itu tidak apa-apa karena Bapak tahu itu akan berat bagi kalian, kalian masuk 20 besar aja Bapak sudah sangat bangga sama kalian, jangan patah semangat, ya.".Mereka sedikit lega mendengar perkataan pembimbing mereka.
Pengumuman 3 besar sudah diumumkan dan ya, Klea dan Jorgas tidak dapat meraih 3 besar. Namun, Klea mendapat peringkat 4. Panitia dan pelatih kabupaten memberi peringatan agar Klea tetap siaga. Berjaga-jaga jika suatu saat dipanggil. Mereka kecewa berat, namun, apa boleh buat takdir sudah ditentukan oleh Allah.
Mereka takut nanti banyak yang kecewa terhadap mereka apalagi pihak sekolah dan bahkan temannya. Namun, di luar ekspektasi teman-teman Klea dan Jorgas memberi semangat kepada mereka.
Bahkan, pihak sekolah beserta Pak Herry memberi dukungan dan ucapan selamat juga kepada Klea dan Jorgas karena bisa masuk 20 besar walaupun tidak masuk 3 besar. Pak Herry tetap melatih Klea dan Jorgas.
Adapun Zea masih saja sibuk memberikan kritik,"Kan apa aku bilang, ga bakalan bisa masuk 3 besar ya walaupun bisa masuk 20 besar, tapi masa gitu doang?" Klea dan Jorgas tak menghiraukan ucapan tersebut.
Mereka hanya tersenyum kepada Zea dan sama sekali tidak peduli kepada ucapan Zea tersebut. Tak lupa juga, mereka memberi ucapan terimakasih kepada yang telah mendukung mereka.
Kegagalan Saat Olimpiade Bukan Akhir Laga, toh masih ada harapan untuk laga tahun depan. Semoga masih ada waktu dan kesempatan, bisik hati Klea.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H