Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mirisnya Penggunaan Huruf Kapital pada Karya Siswa dan Mahasiswa Akibat Learning Los

30 Agustus 2022   21:14 Diperbarui: 30 Agustus 2022   21:27 2966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Uni mau ke rumah. Ada di rumah siap Jumat?" begitu isi pesan salah satu kakak kelas pas kuliah dulu. Beliau mengeluhkan putrinya yang mengalami kesulitan dalam pembuatan skripsi. Sudah berulang-ulang gonta-ganti judul. Sekarang entah apa lagi tuntan dosennya. Begitu urai kakak tingkat itu.

Lalu saya jawab, "Oke uni ditunggu." Tepat pukul 14.00 beliu datang diantar suaminya. Kamipun berbincang-bincang tentang masalah putrinya. 15 menit kemudian, putrinya pun sampai diantar suami beliau. Putrinya cantik, tinggi, dan putih. 

Saya cukup pangling karena sudah lama sekali tak bertemu. Ada 15 tahunan mungkin tak bertemu dengan putrinya. Ya waktu itu putrinya masih kecil. Jika saya berkunjung kebetulan putrinya di sekolah.

Kamipun mulai berdiskusi tentang skripsi itu setelah beramah tamah. Judulnya cukup familiar tentang  tinjauan antropologi sastra. Nama pengarang karya sastranya pun familiar Tere Liye.

Saya pun mulai membuka lembaran-lembaran skripsi penuh coretan itu. Wallahu Aklam Bissawaf. Pertama hal yang cukup mengganggu saya adalah semua nama tokoh cerita huruf kecil. " bang togar, borno, mei, pak tua, koh acong, jauhari, begitu juga dengan judul cerita.

Ditulis dalam 2 versi. Kau, Aku, Dan Sepucuk Angpau Merah versi 1. Di sini dan seharusnya huruf kecil karena dan kata hubung dan terdapat di tengah  judul. KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH, versi 2. Semua huruf kapital dan berada dalam tubuh skripsi bukan di cover atau halaman depan.

Hal ini sudah baku diatur dalam EYD dan kini disebut PUEBI. Lihat kutipan berikut.

"Penulisan Judul Buku Yang Benar sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


1.Setiap kata pada judul diawali dengan huruf kapital atau huruf besar. ...
2. Gunakan huruf kecil semua pada kata yang sifatnya partikel, yaitu kata penghubung (konjungsi), kata depan (preposisi), dan kata seruan perasaan (interjeksi)." (https://penerbitdeepublish.com/cara-penulisan-judul-buku/)

Kemudian judul novel kutipan harus ditulis miring. Ini pun sudah baku dan sesuai standard. Namun, semua itu tak saya temukan dalam skripsi ini. Berarti cukup berat juga masalah di skripsi putri teman saya ini. 

Demikian pula kasus menulis teks tanggapan kritis siswa dan siswi saya di kelas. Huruf awal kalimat semua kecil. Nama orang kecil, dan nama geografi juga kecil. Wah, serasa mau pingsan ketika melihat ini. Miris sekali penguasaan kebahasaan siswa dan mahasiswa di atas.

Mirisnya Penggunaan Huruf Kapital pada Karya Siswa dan Mahasiswa ini akibat dan warisan dari mana? 

Apakah ini akibat learning loss dari mereka SD, SMP, dan SMA?

Sungguh kemirisan ini membuat saya rasa pengen menangis. Wow... generasiku mengapa begini? Kesalahan penggunaan huruf  kapital pada skripsi mahasiswa sungguh menodai gelar elit mahasiswa. Masak seorang mahasiswa belum menguasai huruf kapital paling sederhana.

Nama orang dan geografi. Bahasa menunjukkan bangsa. Lagi kejadian ini menampar kita guru. Mengapa hal ini ada? Kualitas bahasa Indonesia diuji di SMA, SMP, dan SD kelas 6.

Saya masih ingat saat di SD kelas 4 sudah dituntut menulis kalimat dengan syarat, huruf pertama kalimat, kapital. Huruf pertama setiap huruf awal kata nama orang kapital, begitupun nama geografi.

Tuntutan ini pun saya temukan kepada ponakan teman saya yang sekolah dasar di Amerika karena ayah ibunya bekerja di kedutaan Indonesia untuk negara itu.

Begitu tebal dan cantik ia mengukir setiap huruf kapital di awal kalimat, nama orang, dan nama geografi. Kami begitu senang dan antusias menunggu datangnya surat-surat itu dahulu. Makanya hari ini saya miris akan learning loss di sekolah dan perguruan tinggi ini.

Dua tahun pandemi COVID-19 mewabah menimbulkan learning loss sebagai salah satu dampak sosial negatif yang muncul. Pandemi menyebabkan proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Penyelenggaraan daring ini  memegang prinsip mengutamakan kesehatan dan keselamatan guru dan siswa.

Pembelajaran kebahasaan mungkin tak maksimal karena guru dituntut memberi bahan ajar secara darurat, materi esensial saja. Pada proses inilah terjadi kesalahan fatal. Guru lupa bahwa pengetahuan akan penggunaan huruf kapital sangatlah esensial.

Learning loss ini nampaknya terpaksa dituai saat ini. Guru cuma bisa meminta anak memperbaiki lagi tulisannya. Saya pun memilih 2 opsi. Pertama tulis di kertas teks Ananda dengan pensil. Opsi kedua, tulis di WA tugas Ananda. Dengan dua opsi ini mampu mengurangi rasa kesal siswa karena harus mengulang-ulang menulis tugas karena salah.

yoshiko briella seharusnya Yoshiko Briella | Dok: Yusriana
yoshiko briella seharusnya Yoshiko Briella | Dok: Yusriana

Demikianlah Miris Penggunaan Huruf Kapital pada Karya Tulis Siswa dan Mahasiswa ini. Semoga kita bisa menyelesaikan learning loss ini. Guna mewujudkan generasi mahir dan njelimet menulis. Kaidah kebahasaan harus dipatuhi agar karya tulis rancak.

Salero condong ke nan lamak, mata condong ka nan rancak. Selera guru tulisan lugas dan kalimat ditulis sesuai peraturan PEUBI. Semoga bisa. Pasti bisa.

Salam literasi.

Yusriana menulis untuk kompasianas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun