Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suka Duka 17-an di Bus demi Menghindari Harga Tiket Naik

18 Agustus 2022   07:41 Diperbarui: 19 Agustus 2022   08:39 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si sulung jelang Pelabuhan Merak : Sumber foto Yusriana

Suka duka 17-an di atas bus dari Padang Panjang ke Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan memang di luar ekspektasi. Tak disangka saya dan putra sulung saya bisa melewatinya dengan sempurna.

Ketika saya buka WA group angkatan orang tua Feroma Hukum si sulung, perkuliahan sudah ofline. Mulai kuliah tanggal 29 Agustus. Setelah musyawarah bertiga, kami putuskan beli kebutuhan si sulung di Padang Panjang saja. Susah bila beli di Depok atau Srengseng.

Mulai dari berburu baju kemeja, celana panjang, kaos, boxer, alat masak magic com, pemanas air, setrika, hingga kipas angin, hanger baju, indomie, popmie, tak lupa stok sabun mandi, gundar gigi, odol, dan sabun kain juga cuci piring.

Setelah di packs tertotal jumlah barang mau dibawa 14 packs-an. Wow, komen suami. Ini mah tak bisa naik pesawat. Overload. Lagi pula harga tiket pesawat naik sekarang. Tambah barang sebanyak ini.

Betul, selain harga tiket pesawat naik, barang yang over load, dan kami yang belum suntik boster jadi kendala buat naik pesawat. Akhirnya kami pun sepakat pesan tiket bus saja.

Pukul 10.00 bus yang dipesan memasuki terminal Padang Panjang. Deg degan mendera. 35 Jam kami berdua dengan si sulung akan di bus. Lama sekali. Belum pernah saya naik bus selama itu selain ke Jogja pada tahun 1997.

Kami dapat tempat duduk hari itu Selasa, 16 Agustus 2022 di bangku 21 dan 22. Ternyata busnya kondusif. AC bagus, dan duduk di atasnya juga nyaman. Tetangga juga baik-baik. Tetangga di bus maksudnya.

Terminal bus Padang Panjang: sumber foto Yusriana
Terminal bus Padang Panjang: sumber foto Yusriana

Perlahan bus berjalan melewati jembatan layang Padang Panjang menuju Solok. Nampak indah Gunung Merapi. Perlahan tinggal. Perlahan pula mata saya redup dibelai AC. Antara melek dan redup Danau Singkarakpun  mulai terlewati.

Jalanan pun tak ramai. Bus pun melaju kencang hingga saya benar-benar tidur. Sayup saya dengar si sulung komen, " Ma, Danau Singkarak itu sekarang lebih tinggi dari sungai Batang Ombilin permukaannya. Bahaya tidak?" Saya jawab sambil ngantuk, " Bahaya."

Tiba di Sijunjung saya terbangun karena jalan mulai berkelok dan bergelombang. Bus agak mengangguk-angguk. Kurang nyaman buat tidur. Terlihat Bukit Barisan di sini sangat unik. Bak lukisan anak TK. Bukitnya berbaris runcing-runcing. Berbentuk segi tiga. " Aneh bentuk bukitnya, Ma." Komentar si sulung.

Memang inilah keunikan bukit di sini. Antik. Sayangnya tak bisa di foto karena bus melaju kencang. Pukul 13.45 kamipun berhenti di rumah makan Kiliran Jaho. Kami sholat dan makan. Baru dua suap makan, mik pengeras suarapun bergema, " Bangku 21 22 untuk segera ke bus." Kamipun makan buru-buru.

Sampai di bus, sopir pun menyemprot, "Rugi Ibuk tengah malam sampai di Jakarta nanti." katanya. Ketika kaki menaiki bus supir satu lagipun komen, " Uni, makan tu ndak lamo-lamo doh." Semua penumpang menatap kami.

Inilah persepsi waktu. Menurut saya, saya sudah cepat tapi mereka ternyata lebih cepat dari saya. Mungkin karena kita antri di fasilitas kamar kecil. Sejak adanya teguran itu saya lebih memiih sholat duduk di bus hingga kami sampai di Bakauheni Lampung.

Pelabuhan Bakauheni Lampung: sumber foto Yusriana
Pelabuhan Bakauheni Lampung: sumber foto Yusriana

Pagi, 17 Agustus 2022 masih remang. Geliat 17-an di bawah bus terlihat kala kami melewati Palembang. Mahasiswa berpakaian hitam putih dibalut almamater biru. Anak-anak SMA yang berpacu menaiki angkot. Mereka terlihat bersemangat menyambut 17-an ini.

Dalam hati saya berucap, ' Ini kali pertama saya tak mengikuti 17-an di lapangan. Tapi 17-an terikat di atas bus demi menghindari harga tiket yang mahal.' Bukan karena tiket mahal saja tapi karena barang bawaan banyak.

Di kapal, semua galau sirna. Saya dan si sulung beserta penumpang bus menuju lantai terbuka 3 kapal. Bau pesing sepanjang jalan tercium. Heran, inilah fasiitas umum di tanah air. Identik dengan WC tak bersiram, jalanan bau pesing, air tegenang di mana-mana.

Andai boleh memilih naik lewat udara memang lebih nyaman. Terminal atau bandara berikut fasilitas kamar toilet bersih. Di atas pesawat cuma 1 jam 45 menit Padang Jakarta. Tapi demi barang yah kali ini naik bus dan 17-an di bus juga.

Pukul 15.30 kami tiba di Terminal Kampung Rambutan. Beberapa tukang angkat mendekat membantu angkat barang. Saya pun memberi upah 10 ribu. Mereka ramah sekali." Jika mau ke toilet di sana, Bu!" Kata beliau. " Oke Pak, makasi." Jawab saya ramah.

" Kami mau pesan gocar aja, Pak." Jawab saya.

"Gocar nggak  boleh masuk, Bu!" Kata lelaki di sebelahnya. " Terus, kami naik apa dong, Pak?" Tanya saya.

"Taksi, Bu." Jawab beliau. " Bapak sopir taksi?" Tantang saya sambil melihat mata beliau apakah orang baik atau tidak. Ternyata baik dan tulus. "Iya, Bu." Jawab beliau.

Tawar menawar akhirnya kami naik taksi beliau ke Srengseng Sawah, tempat kos si sulung yang kami pesan lewat aplikasi Mami Kos. Awalnya beliau minta bayaran 150 ribu. Nego jadi 130 ribu. Dipandu maps google kami sampai di Srengseng Sawah, cuma cari titik rumah agak muter dan tanya sana-sini.

Tapi semua ramah dan baik kok. Jakarta, 17 Agustus 2022 ini sangat baik dan ramah. Beda banget sama kisah di film-film. Jakarta kejam. Kami pun menemukan tempat kos si sulung. Karena sabarnya si sopir dan jujur, saya pun tetap membayar jasa beliau 150 ribu.

Malam 17-an Agustus pun kami habiskan dengan berkemas barang si sulung. Usai berkemas kami makan popmie, nasi, dan rendang ayam. Nikmat sekali 17-an Agustus di tengah naiknya harga tiket pesawat.

Di Padang Panjang sana si dedek bersiap pawai tanpa si bunda: sumber foto Yusriana
Di Padang Panjang sana si dedek bersiap pawai tanpa si bunda: sumber foto Yusriana

Semga dengan perjuangan si dedek tinggal di Padang Panjang sana, si sulung sukses seperti kakak-kakak seniornya. Aamiin Ya Robbal Alaamiin.

Yusriana, S.Pd

Menulis untuk berbagi Lyfe dengan kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun