Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suka Duka 17-an di Bus demi Menghindari Harga Tiket Naik

18 Agustus 2022   07:41 Diperbarui: 19 Agustus 2022   08:39 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si sulung jelang Pelabuhan Merak : Sumber foto Yusriana

Tiba di Sijunjung saya terbangun karena jalan mulai berkelok dan bergelombang. Bus agak mengangguk-angguk. Kurang nyaman buat tidur. Terlihat Bukit Barisan di sini sangat unik. Bak lukisan anak TK. Bukitnya berbaris runcing-runcing. Berbentuk segi tiga. " Aneh bentuk bukitnya, Ma." Komentar si sulung.

Memang inilah keunikan bukit di sini. Antik. Sayangnya tak bisa di foto karena bus melaju kencang. Pukul 13.45 kamipun berhenti di rumah makan Kiliran Jaho. Kami sholat dan makan. Baru dua suap makan, mik pengeras suarapun bergema, " Bangku 21 22 untuk segera ke bus." Kamipun makan buru-buru.

Sampai di bus, sopir pun menyemprot, "Rugi Ibuk tengah malam sampai di Jakarta nanti." katanya. Ketika kaki menaiki bus supir satu lagipun komen, " Uni, makan tu ndak lamo-lamo doh." Semua penumpang menatap kami.

Inilah persepsi waktu. Menurut saya, saya sudah cepat tapi mereka ternyata lebih cepat dari saya. Mungkin karena kita antri di fasilitas kamar kecil. Sejak adanya teguran itu saya lebih memiih sholat duduk di bus hingga kami sampai di Bakauheni Lampung.

Pelabuhan Bakauheni Lampung: sumber foto Yusriana
Pelabuhan Bakauheni Lampung: sumber foto Yusriana

Pagi, 17 Agustus 2022 masih remang. Geliat 17-an di bawah bus terlihat kala kami melewati Palembang. Mahasiswa berpakaian hitam putih dibalut almamater biru. Anak-anak SMA yang berpacu menaiki angkot. Mereka terlihat bersemangat menyambut 17-an ini.

Dalam hati saya berucap, ' Ini kali pertama saya tak mengikuti 17-an di lapangan. Tapi 17-an terikat di atas bus demi menghindari harga tiket yang mahal.' Bukan karena tiket mahal saja tapi karena barang bawaan banyak.

Di kapal, semua galau sirna. Saya dan si sulung beserta penumpang bus menuju lantai terbuka 3 kapal. Bau pesing sepanjang jalan tercium. Heran, inilah fasiitas umum di tanah air. Identik dengan WC tak bersiram, jalanan bau pesing, air tegenang di mana-mana.

Andai boleh memilih naik lewat udara memang lebih nyaman. Terminal atau bandara berikut fasilitas kamar toilet bersih. Di atas pesawat cuma 1 jam 45 menit Padang Jakarta. Tapi demi barang yah kali ini naik bus dan 17-an di bus juga.

Pukul 15.30 kami tiba di Terminal Kampung Rambutan. Beberapa tukang angkat mendekat membantu angkat barang. Saya pun memberi upah 10 ribu. Mereka ramah sekali." Jika mau ke toilet di sana, Bu!" Kata beliau. " Oke Pak, makasi." Jawab saya ramah.

" Kami mau pesan gocar aja, Pak." Jawab saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun