Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biaya Kuliah akan Disesuaikan dengan Kemampuan Orang Tua oleh Siapa?

31 Juli 2022   11:09 Diperbarui: 31 Juli 2022   11:13 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rezki, maut, dan jodoh di tangan Allah. Biaya Kuliah pun akan Disesuaikan dengan Kemampuan Orang Tua oleh Siapa? Oleh Allah Yang Maha Mengetahui kebutuhan hambanya. Perguruan Tinggipun akan memberikan piihan Uang Kuliah Tunggal mulai 500.000 per semester hingga beratus juta. Tergantung kuasa Allah dan kemampuan finansial orang tua.

Mari kita simak cerita berikut, semoga bisa menginspirasi dan memotivasi kita tetap semangat. Semangat.

Ketika saya pulang kampung hari Raya Idul Fitri pertama, tanpa kedua orang tua lagi yang mau dikunjungi di kampung, saya kaget. Adik tetangga depan rumah tempat saya menitipkan kunci rumah dan orang yang menolong membersihkan rumah mengatakan, "Kak, kata Pak Tuo ayah si ...waktu kak kuliah, udak (paman) meminjam uang 250 rb padanya."

Saya sempat bermenung. Tahun 1994 saya kuiah hingga lulus 1998. Saya menikah tahun 2000. Ayah saya yang berhutang katanya, meninggal tahun 2005. Mama saya meninggal 17 Januari 2021. Alangkah bersabarnya Pak Tuo itu membiarkan keluarga saya berhutang.

Padahal setiap ada kematian pasti ada prosesi 'manariak' (teriak himbauan agar hutang piutang) si mayyit segera dilaporkan kepada ahli waris agar segera dilunasi.

Itu hal pertama yang membuat saya bermenung. Kedua, uang 250 rb pada zaman saya kuliah diemaskan sudah mencapai 2,5 gram emas mungkin. 2,5 gram sekarang harganya 2 jutaan lebih. Berapa saya harus melunasi hutang itu? 250 rb atau setara 2,5 gram emas?

Ketiga, beliau tak punya saksi, tak ada bukti tertulis, dan tak ada catatan begitulah kira-kira. Namun, saya tetap membayar awal 50 rb. Saya sengaja mengangsur 50 rb dulu. Saya khawatir nanti akan ada lagi Pak Tuo-Pak Tuo lain yang datang dan membuat pengakuan yang sama. Dalam Al Quran jelas disampaikan bahwa utang piutang harus ditulis. 

Al Baqarah ayat 282, "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." Sebetulnya saya selaku ahli waris gugur atas kewajiban itu sesuai ayat ini, bukan?  Demi silaturahim, pada lebaran haji pertama mama saya meninggal saya kasih lagi 100 rb. 

Saya memberi di dekat adik-adik saya. Mereka bertanya, "Uang apa, Kak?" Saya dan adik pembersih rumah bercerita. Beragamlah emosi keluar.  " Bukannya Pak Tuo punya catatan hutang beras dan keperluan harian?" (Adik 1). " Eh, Kak,  hutang Pak Tuo sama aku berjuta. Udah 5 kali minjam 500 rb." (Adik 2). " Bayar ajalah Kak." (Adik 3).

Sayapun menenangkan mereka. "Pak Tuo mungkin ingin uang Kak 250 rb. Biar sajalah. Tak apa. Bisa jadi Pak Tuo belum pernah Kak kasih uang jajan beli pecal seperti nenek dan Mak Tuo sebelah rumahya." Bujuk saya. Mereka pun menerima dan tenang.

Orang tua  buka warung di rumah. Menjual beras hingga keperluan harian. Bertani, beternak ikan, dan usaha gilingan padi, kepala desa dilakoni. Orang tua menguliahkan kami dengan usaha itu. Adik 2 adi SMA dan 1 di SMP. Kata orang ini fase mendaki, uang keluar banyak.

Kebiasaan berhutang, dibayar saat panen kopi atau padi biasa. Banyak yang mangkir. Pernah ayah hampir ditusuk menagih hutang. Untung bisa melarikan diri. Warung mulai diabaikan. Beliau fokus berheler dan beternak ikan.

Begitu di zaman saya dan adik kuliah. Masalah meminta uang 250 rb membuat saya cuma bermenung. Bisa jadi ayah memang ada meminjam uang pada beliau. Baru beliau ingat di tahun ini.

Memang, masa kuliah sulit. Usaha orang tua yang banyakpun sering tak memadai karena pendapatan yang pas-pasan. Apalagi dengan jumlah anak 5 orang. Hutang berutang dengan tetangga, saudara, dan toke lain tentu tak bisa dielakkan.

Namun, kita orang tua tak perlu cemas sebab Allah SWT yang mengatur semuanya. Biaya Kuliah akan Disesuaikan dengan Kemampuan Kita, Orang Tua oleh Allah SWT. Ya, terlepas dari berkualitas atau tak berkualitas. Itupun urusan Allah. Karena Allahlah yang paling tahu yang terbaik untuk kita.

Ketika si sulung lulus SMA 2020/2021, ia ingin kuliah di Australia atau Jawa. Saya agak ragu untuk kuliah di luar negeri. Selain dana awal tak punya, kamipun tak ada saudara atau kenalan dekat di sana. Sayapun megusulkan di Jawa dulu S1-nya dan S2 nanti di luar negeri. Memang, teman dekatnya mengambil kuliah di Jerman 1 dan Rusia 1. 

Iapun setuju dengan usul saya. Iapun ikut sekolahnya studi banding ke 3 perguruan tinggi ternama di tanah air. Jakarta, Bandung, dan DIY. Ia saya suruh shalat dhuha tiap hari, tahajjud,witir, dan ishtikharah terus malam hari hingga keluar pengumuman Ujian Tulis.

Tempatnya lespun saya hubungi. Kami berdialog agar pihak les bisa memberi masukan di mana dan jurusan apa terbaik ia pilih. Kemudian jelang pendaftaran, ia sudah mantap pilih Jakarta. Iapun lulus sesuai jurusan pilihannya. Namun takdir berkata lain. Tahun itu berlakulah Lockdown karena COVID-19.

Covid-19 memang musibah. Tapi bagi orang tua seperti saya ASN gagal berbisnis anak kost dan terlanjur berhutang di bank konvensional, moment ini menguntugkanlah. Kami bisa berhemat biaya selama 2 tahun ini dan tetap kuliah di Perguruan Tinggi hebat pilihannya. Sedikit menyesal tak mengizinkan anak kuliah di luar negeri dalam lockdown ini.

Sudah 4 semester berlalu anak saya online kuliah di Jakarta. Belum pernah menempuh kampusnya sekalipun. Semua proses dilakukan online sejak adanya pandemi. Entah untuk semester 5 ini mulai ofline.

Kegamangan mulai muncul. Uang kuliah menurut saya tidak mahal. Karena ia anak reguler dan jurusan IPS. Namun, uang koslah yang mahal. Terakhir update dengan temannya berjurusan IPA dan sudah ofline, uang kos di Depok paling murah 1 jt 300 rb per kepala. Naik 400 rb dari kakak seniornya.

Artinya untuk uang kos saya harus menyediakan Rp.1.300.000 x 12 bulan dalam setahun.

Begitu juga uang makannya. Jika Rp.30.000 perhari berarti Rp.30.000 x 31 hari per bulan = Rp.1.530.000 per bulan.

Setahun Rp.1.530.000 x 12 bulan.

Belum lagi uang saku, fotokopi, beli buku, dan keperluan kecil-kecil lainnya atau biaya tak terduga. Makanya, saya lebih condong anak bekerja sambil kuliah. Tetapi si sulung tak memahami ini. Sekarang semua putusan kita serahkan kepada Allah dengan ucapan La hawla wala quwwata illa billah....

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang lambat datang rezekinya hendaklah banyak mengucapkan La hawla Wala Quwwata Illa billah." (HR. At-Thabrani).

Dengan kalimah tayyibah di atas, biaya kuliah akan disesuaikan Allah dengan kemampuan orang tua. Begitupun dengan biaya-biaya lainnya.  Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.

Yusriana, S.Pd

Menulis dan berbagi dengan pembaca Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun