Hajar masih remaja dan lugu ketika dirampas Tutis. Iapun di suruh belajar di istana hingga cukup umur untuk melayani Tutis. Seorang wanita selir Tutis bermimpi melihat cahaya di wajah Hajar. Ia diperintahkan menjaga Hajar sehingga ia menyembunyikan Hajar dan menerpa Hajar dengan ilmu bela diri.
Ketika Ibrahim dan Sarah ditangkap, Hajar pun diutus untuk menemani Sarah menemui raja Tutis. Hajar menunggui Sarah. Ia selalu menemani Sarah seperti seorang dayang. Konon hijab di matanya juga dicabut Allah sehingga bisa melihat perbuatan Tutis.
Inilah kisah hidup Hajar sudah hidup dalam kepahitan bersama Ibrahim dan penguasa kejam. Namun mereka sabar, dan tawakkal. Kesabaran dan ketangguhan mereka inilah cikal bakal berkurban penuh hikmah.
Maka datanglah ujian untuk Ibrahim, Hajar, dan Ismail sampai kepada mimpi Ibrahm bahwa Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk meyembilih anaknya.
Sudahlah anak istri ditinggal digurun pasir, tanpa biaya hidup. Nah, ketika anaknya jelang remaja, anaknyapun diperintah Allah untuk disembelih. Jika ini menimpa kita, sanggupkah kita?
Anaknya Ismail pun tak membantah. Ia menerima keputusan Allah dan ayahnya. Ketika Ibrahim menancapkan pisau di leher Ismail terjadilah keajaiban oleh Allah. Leher yang disayat Ibrahim dengan menyebut basmalah ternyata bukan leher Ismail. Tapi leher seekor kibas atau khimar (kambing).
Begitu Allah menguji Ibrahim dari remaja hingga menua dengan kedua istrinya. Tak ada yang membenci Ibrahim. Kedua istrinya menyayanginya. Begitu juga dua putranya dari Hajar dan Sarah. Menghormati dan menyayanginya. Karena semua sesuai skenario Allah buat kita teladani.
Tiga teladan itu yang akan kita jadikan teladan, pedoman, dan pengingat. Bahwa anak tak boleh melawan kepada ayahnya. Kita tak boleh menyerah jika mendapati diri sulit. Lebih sulit derita mereka, keluarga Ibrahim. Kita harus sabar menunggu kemakbulan doa apalagi yang belum berkesempatan memiliki anak. Tradisi inipun menjadi tradisi umat Islam sedunia.
Sabar#
Tawaqqal#
Percaya Allah Maha Pengasih#