Pertama kata beliau dari keprihatinan hidup di usia anak-anak dan remaja, Ibrahim sudah menderita. Ia anak kritis. Tak mudah percaya. Meskipun itu ayahnya bahkan raja. Ia terpaksa melawan ayahnya yang menyembah patung. Ia pun harus berlawanan dengan raja Namruj yang berteman dengan ayahnya.
Kedua, sudah bertahun-tahun beliau menikah tapi belum juga dikaruniai anak. Tiap hari beliau berdoa agar diberi anak shaleh.
Padahal beliau seorang nabi. Tapi doa beliau belum dikabulkan Allah. Hingga istri beliau mengusulkan agar Ibrahim menikah dengan pembantu Siti Sarah, bernama Hajar.
Ketiga, dengan berat hati Ibrahimpun menikahi Hajar. Ternyata tak lama sesudah itu Hajarpun hamil. Alangkah bahagianya mereka bertiga. Apalagi Ibrahim. Begitu pula Sarah, ia pun hamil. Ibrahimpun bertambah bahagia.
Hajar tak pernah iri kepada madunya Sarah. Ia senantiasa ingat dirinya dan kedudukannya. Dia menerima jika suaminya lebih lama bersama Sarah istri tuanya. Pekerjaan sebagai pelayan pun tetap ia lakoni meski suaminya melarang.
Setelah anak Ibrahim bersama Hajar lahir kepahitan hidup Ibrahim diuji lagi. Beliau diperintah Allah untuk memulai hidup baru Hajar dan anaknya yang diberi nama Ismail ke sebuah gurun pasir. Tak ada sumber kehidupan di sana.
Berhari-hari mereka di jalan. Setiap saat Ibrahim berpesan kepada istrinya Hajar agar selalu berwudhu. Tiap batal wudhu berwudhu lagi. Karena Ibrahim diperintahkan Allah demikian. Selalu menjaga kesucian dan kebersihan diri dengan wudhu. Hanya sebatas itu pembicaraan antara Hajar dan suaminya.
Meskipun mereka sepasang suami istri dan sudah memiliki anak, hubungan mereka tetap kaku seperti pelayan dan tuannya.
Siti Hajar, Siti Sarah, dan Ibrahim dalam beberapa kisah dikisahkan bahwa ada seorang raja begitu tergila-gila kepada Sarah istri Ibrahim. Sarah terkenal cantik jelita tiada tandingan. Ia pun suci dan terpelihara. Sehingga kecantikannya tersohor ke mana-mana.
Dikisahkan pula, suatu hari Ibrahim dan istrinya diundang ke istana ada yang menyebut Raja Namruj. Ada pula menyebut raja Tutis. Ada pula menyebut Nabi Ibrahim berdagang, ada pula menyebut Nabi Ibrahim diundang untuk berdakwah. Ibrahim dan istrinya pun memenuhi undangan itu. Inilah kisah awal datangnya perintah kurban.
Kisah ini dimulai pascapembakaran Nabi Ibrahim oleh Raja Namrudz yang gagal. Ketika itu, Nabi Ibrahim AS meninggalkan daerah kelahirannya bersama beberapa orang, termasuk Siti Sarah dan anak saudaranya, yaitu Nabi Luth AS. Rombongan kecil ini menuju tanah Hauran.Â