Rumah berjalan memelukku begitupun barang setia masa depanku dengan hangat hingga kami tak mersa dingin apalagi bosan.
Lembut rumah beroda itu meninabobokkan kami di subuh semangat jelang raja siang menampakkan rona emas timur.
Terkantuk-kantuk mata merayu tapi kukatakan jangan tertutup dulu aku belum pernah menyapa rumah, rumput, tiang listrik
Susah aku merayu mataku hingga masa depan menyerahkan segelas air hangat kuku kepadaku sambal merayuku ia berkata itu air panas Rimbo Panti ada kisah unik menggelitik di situ.
Akupun terayu menyimak masa depan sambil menghitung asap-asap air panas itu yang bermilyaran menari bebas di angkasa tanpa kaki dan sayap.
Dulu di sini ada dua orang yang berburu kijang cerdik tapi baik hati menyerahkan diri kepada dua peburu tangguh itu.
Takdirku bersemayam di perut manusia sebagai makhluk  pelanjut rantai makanan untuk menjawab gizi dan pemuas bernama selera serah kijang bijaksana.
Singkat kisah dua peburu sama menembak kijang bijaksana satu di kiri satu di kanan menyalami kaki kijang bijaksana.
Masalah kata mengolok diri peburu gagah mengaku aku dulu penakluknya tak mau kalah beradu kata hingga saling menyakiti.
Si Batak merayu mancit (sakit) si Minang merayu apo  kau kecek den mancik (Apa kau bilang, saya kamu bilang tikus) hingga tewaslah  kedua peburu tangguh di ujung panah penakluk kijang bijaksana.
Dua peburu tangguh berumah masa depan di Rimbo Panti dengan bujukan Kuburan Dua melegenda hingga kini.
Masa depanpun memeluk bahuku sambil bersandar menasihatiku berhati-hatilah di rumah baru dan sekolah barumu bahwa diam adalah emas menjawab adalah perunggu mengalah tanda menang.
Jangan kau risau perihal perutmu sudah ada ukur batas mampumu tak makan sehari takkan melukaimu asal air setia menyapa kerongkonganmu sehari makan sehari tidak jadikanlah perias budimu biar kelak paceklik tak mencekikmu .
Jika datang tangan melambaimu jawablah lambaian dengan ujung lima jarimu sesuaikan dengan kesanggupanmu.
Usah khawatir teman berlari ada masa depan menemanimu dalam tangis tawa langkahmu karena sesuatu yang baru menyerangmu.
Terima serangan dengan senyummu lalu himpun jari tanganmu sapalah google jadi senjatamu sambil berdzikir kepada penciptamu.
Kini kita telah sampai di pintu masa depanmu jangan berpaling walau sekedar melirik mata senyumlah senjatamu penakluk sombong dan iri hati takkan pernah bisa mengalahkan tekad, semangat, harapan, dan cita-citamu karena sudah tercatat di takdirmu.
Legenda Kuburan 2 di Rimba Panti tentang 2 pemburu yang mendapatkan hewan buruan sama. Sementara mereka berdua dari dua suku bangsa berbeda. 1 orang batak mandaiing dan 1 orang Minang.
Karena kesalahfahaman bahasa akhirnya mereka saling menyakiti dan sama-sama tewas.
Mancit : sakit
Mancik : tikus
Inilah pemicu mereka berkelahi.
Mereka dikuburkan di rimba itu dengan kuburan sejajar.