Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Kau Dekati Dia

25 Juni 2022   11:01 Diperbarui: 25 Juni 2022   11:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Guntara.com

Pada suatu hari Lana pulang

Melihat nenek di depan rumah usang

Bersama anak bungsu yang nenek sayang

Pulang merantau meresahkan sekampung.

Nenek itu belumlah setua nenekku

Masih muda seumuran mamaku

Anak bungsunya seumur adikku

Tak mau sekolah lagi karena candu.

Mengapaka kau merantau kalau mencandu 

Kini akal sehatmu tak memandang

Rambut kusutmu dan rupamu

Taanpa bentuk mengikis tampang asing

Kami tak lagi mengenalmu

Pulang merantau kupikir gemilang

Membawa kampung harapan baru

Nyatanya kau tampar muka nenek lansung

Sayangnya bungsu nenekku

Dulu emas kau tukang

Besi kuning kau buat kalung

Bersama teman mengadu mampu

Apa gerangan membuatmu candu

Barang jadah siapa menjumpaimu

Dimana kau dapat semua candu

Kemana akalmu mau menghisap candu.

Kini tanganmu tak bisa memacu

Cangkul menunggu tenang datangmu

Menunggu tanganmu membanting

Menggali tanah kubur yang malang.

Candu sekarang meraspas warasmu

Memeluk gemetar semua sendimu

Melayang akal waras dan sapamu

Hanya sibuk di halusinasimu.

Siapa mau bisa menolongmu

Semua mata takut melihatmu

Semua kini menutup pintu

Memsang pagar  dab pintu menjahuimu.

Nenek menangis mendengar ratapmu

Tangan rentanya berkata padamu

Agar jangan mendekati diromu

Sekarang halusinasi itu bujukmu.

Mengapa kau dekati dia

Tanpa izin dari ibumu

Tanpa bertanya kepada kakakmu

Tanpa bertanya kepada abangmu

Mengapa kau putuskan sendiri  dekati dia.

Kini apakah aku bisa berpesan padamu

Atau bisakah kau berpesan kepadaku

Bagaimana rasanya candu itu

Agar kutahu pesanmu untuk generasimu

Mengikutimu atau memblokirmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun