Dengan kita bisa menutup mulut anak tak mengadukan kekurangan kita kepada orang tua mereka, kita berarti sudah meringankan beban atasan kita. Tapi jika sebaliknya kita termasuk guru banyak masalah, berarti kita menambah beban atasan kita dan rekan kerja kita.
Mulailah dari diri sendiri kata para pakar. Selesaikan tugas kita selaku guru. Bantulah apa yang bisa kita bantu dengan ikhlas. Misalnya pagi hari membantu anak berbaris di lapangan. Menunggui anak memasuki gerbang sekolah.Â
Membantu rekan wali kelas mengkoordinir gotong royong. Membantu rekan wakil dalam menyiapkan penilaian sekolah. Membantu ketika ada momen sholat berjamaah, ada acara Maulidan, Israk Mi'raj, klas meting, dan sebagainya. Jangan merasa hina jika kita sering disuruh-suruh. Inilah bagian bukti bahwa kita loyal kepada atasan, rekan kerja, dan sekolah.
Jadi ingat waktu kita SD. Kadang guru menyuruh kita membawa alas meja guru pulang untuk dicuci. Alangkah senangnya hati kita disuruh guru. Istimewa rasanya. Munculkan pulalah rasa seperti itu di tempat kerja kita. Jika kita loyal begini rasanya mutasi dan pemberhentian bagi honorer tak akan terjadi.
Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (2017: 14) kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat kenerhasilan guru dalam melaksanakan tugas dan pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan.
Pendapat itu baru sebatas kinerja guru di kelas. Sebagai guru loyal di sekolah hebat dan murid hebat kita harus loyal kepada atasan dalam artian loyal membantu semua kegiatan ekstra dan intra.Â
Dengan kita mampu menyelesaikan setiap kesulitan anak didik kita di kelas, berarti kita sudah loyal kepada atasan dan orang tua murid kita. Apalagi jika kita loyal dengan semua menajemen dan kegiatana sekolah.Â
Memang berat. Tapi inilah potret beratnya hidup yang akan dihadang murid kita ke depan. Dengan demikian sekolah hebat dengan murid hebat membutuhkan guru hebat.Â
Setiap anak unik dan memiliki cara tersendiri dalam belajar, mengenali gaya belajar anak bisa membantu anak untuk mengerti bahwa mencatat itu perlu dan sampaikan alasan kita. Pun ini tanggung jawab guru dan loyalitas guru untuk menyiasati anak mau melakukan apa yang kita harapkan muncul di kelas. Hilangkan kebiasaan dikit-dikit mengadu ke wali kelas anak apalagi ke orang tua mereka.
Ketitka itu kita lakukan, kepala atau atasan kita, wakil kepala atau atasan kita, rekan kerja kita, bahkan cleaning servis di tempat kerja kita, satpam, tukang parkir, dan stakeholder, civitas akademika akan mendukungmu. Kita dihargai karena memberi. Take and give jangan hanya fokus dengan profesi kita. Tapi lakukanlah plus-plusnya sedikit.Â
Terbayang ketika kita beli gorengan? Si penjual kasih bonus satu biji plus kerak renyah. Ini dalam rangka membunuk kita untuk besok datang lagi beli gorengan. Kita harus menyiasati atasan dan rekan kerja secara elegan bukan vulgar. Contoh sederhana si penjual gorengan tadi. Dia merayu bukan lewat mulut tapi lewat tindakan alias action.