Hari pertama mereka menulis menghasilkan tulisan opini yang tidak beraturan kalimat utamanya. Bahkan ada yang tulisan mereka tak berparagraf. Otomatis tak berkalimat utama apalagi gagasan pokok. Jadilah guru-gufu itu mengoreksi opini temannya dengan menandai pakai pena merah pada bagian kurang tepat.
Hiruk pikuk pun terjadi. Kaget ternyata hanya segini kemampuan guru menulis. Merekapun mengoreksi pada hari kedua. Hari ketiga semua guru mengetik naskah opini mereka. Ditetapkan paragraf sesuai kalimat utama. Sesuai ide pokok. Jika dibimbing ternyata guru-guru itu bisa. Sudah terlihat pengelompokan paragraf.
Hari keempat tentu memperbanyak jumlah kata lagi. Menuju 500 kata lebih. Kertas opini itu dikoreksi lagi oleh teman sebayanya. Jumlah kata, frase, klauda perlu perluasan dikomentari. Ternyata lagi guru bisa.Â
Maka lanjut pengoreksian EYD atau istilah sekarang menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 50 Tahun 2015 disebut PUEBI. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Hari kelima guru sebagian sudah sukses bikin opini dalam bentuk paragraf-paragraf. Guru lain pun pada hari keenam menyusul selesai.Â
Pembelajaran guru berprofil pancasila melalui literasi pun selesai. Berikut mereka diberi tugas menulis opini satu opini per satu minggu. One week one opinion.
Berikut agar budaya menulis makin giat. Group WA dimodivikasi cara bertanya dan berkomentarnya. Pertanyaan dibuat dalam bentuk pantun dan jawaban atau komentar guru dalam bentuk puisi. Setiap hari operator sekolah menyave pantun dan puisi tersebut.Â
Jika sudah mencapai ratusan halaman, sudah bisa dibukukan. Dengan ini literasi sekolah melalui editor teman sebaya  dan bikin group pantun-puisi di group WA sudah selesai.
Sungguh literasi digital yang unik dalam era transformasi digital ini. Strategi dan kiat memang mendesak untuk saat ini. Pun guru bisa menerapkan metode dan alur tujuan pembelajaran di atas pada group siswa. Group siswa kita pun dimodivikasi dengan diterapkan aturan bertanya dengan atau dalam bentuk pantun dan menjawab dengan puisi.Â
Benar-benar terjadi pergesera alur pembelajaran di era transformasi digital ini.
Inilah perubahan-perubahan zaman yang harus kita sikapi jika ingin loyal  terhadap kerja dan atasan kita. Kita perlu belajar agar bisa mengikuti perkembangan. Hingga siswa kita tak jenuh. J