Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan di Malam Ini

18 Juni 2022   17:59 Diperbarui: 4 Juli 2022   13:30 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan Malam Ini : Foto metro.sindonews

Hari ini hari Sabtu. Seperti biasa pagi ini Rini bertugas menyiapkan anak-anak pada apel pagi di sekolah. Pukul 06.30 ia sudah sampai di sekolah. Ia masuk ke dalam kantor majelis guru dengan keadaan pintu depan masih tertutup. Penuh semangat ia meraih hendel pintu itu.

Prangggg...

Begitu keras bunyi benda jatuh ia dengar dari dalam. Ia melanjutkan memutar hendel pintu itu. Terpampanglah ruangan yang gelap. Ia pun meraih kontak lampu. Tara. 

Semua menjadi terang benderang. Tanpa ada rekannya satu pun di dalam. Meskipun tadi ada bunyi jatuh barang dengan keras ia tetap maju menuju meja kerjanya.

Bunyi barang jatuh seperti itu sudah biasa bagi orang pertama masuk ke ruang majelis guru itu. Mereka sudah maklum dan membiarkan saja.

Rini membuka tasnya lalu mengeluarkan kunci laci mejanya. Dibuka laci lalu memasukkan tasnya ke dalam laci itu. Sejak ada warga yang menyusup masuk ke kantor majelis guru, mereka mulai waspada.

Tas dan laptop guru hilang waktu itu. Dari pantauan cctv terlihat bahwa ada yang mencuri. Sayangnya orang itu pakai helm sehingga tak terlihat wajahnya.

Usai menyimpan tas Rini melangkah menuju ruang piket. Anak-anak sudah ramai datang begitupun rekan gurunya dan para pegawai Tu. Cleaning Service pun sudah mulai membersihkan lapangan yang sebenarnya sudah bersih dari sore kemarin. 

CS di sini biasanya memang mengerjakan tugasnya sampai sore. Saat semua siswa sudah pulang maka CS di waktu itulah paling sibuk.

Hari sudah pukul 06.55. Rini pun membunyikan bel masuk. Semua siswa berbaris di lapangan sesuai kelas mereka masing-masing.

"Siap gerak. Lencang kanan gerak. Siap gerak. Lencang depan gerak. Siap gerak." Ia mengatur barisan agar rapi.

"Oke. Anak-anak ibu semua sehat bukan?" Tanyanya. Serempak siswa menjawa sehat. " Oke biar semangat sekarang kita tepuk pramuka."

Semua siswa pun bertepuk. " Sambil senyum tepuknya, Nak. " Rayunya. Anak-anak pun senyum semua.

"Oke. Kita dengar sambutan dari salah seorang wakil kepala sekolah kita. Beliau yang akan mendampingi Ananda beserta ketua OSIS kita  yang akan memandu acara penampilan bakat Ananda pada hari ini. Kepada Bapak Drs. Yusuf Yubhar, M.Pd di silahkan dan kepada Ananda Rahmat Dwi Rahmatullah untuk mendampingi." Katanya. Lalu menyerahkan mic kepada wakil kepala tersebut.

Kemudian Rini meninggalkan lapangan menuju ke kantor majelis guru. Tugasnya yang lainpun sudah menunggu. Ia membuka laci mejanya, mengeluarkan laptop, lalu mengunci lagi laci itu. 

Iapergi menuju ruang akreditasi. Bahan akreditasi harus selesai dalam satu atau dua hari ini karena tim akreditasi dari kanwil akan segera turun. Ia menghidupkan printer. Hari ini ia berencana memprin laporan ekstra kurikuler basket, futsal, voli, dan pencak silat.

Huhh tiba-tiba ia mendengus. Jika membaca nama basket kembali memorinya ke 4 tahun lalu. Ketika guru ekstra basket membuat heboh kota berjuluk kota pendidikan itu. 

Guru basket itu tampan, macho, gaul, dengan tubuh atletis. Tapi tidak percaya diri menatap lawan bicaranya.

Tiap tahun guru basket itu mampu membawa sekolah memenangkan pertandingan basket. Keanehan sering jadi tanda tanya di hati guru. Anak-anak basket binaannya sangat fanatik kepada guru ini. Hingga suatu hari sekolah heboh Jumput (panggilan gaulnya guru basket) itu ternyata gay. Pecinta sesama jenis. 

Ketahuan karena salah satu sekolah di kota ini yang dibinanya juga bidang band dan musik baru saja melaporkannya ke polisi bahwa Jumput menyodomi anak di sekolah tersebut.

Sebelum disodomi, anak itu diberi minuman yang sudah dicampur dengan bubuk yang bisa membuat hilang kesadaran si korban. Ketika korban fly barulah disodominya. Usut punya usut, ternyata Jumput juga korban sodomi saat sekolah dalam kegiatan pramuka. 

Semua anak basket di data selama 4 tahun itu. Orang tua mereka dipanggil untuk diberi arahan agar melakukan pemeriksaan ke psikiater.

Ternyata satu di antara mereka sudah menjadi korban. Syukurlah cepat terdeteksi sehingga tidak bertambah korban lagi.. 

Akhirnya Jumput mendekam di hotel prodeo itu. Entah berapa bulan hukumannya. Karena tidak ada media yang memberitakan. Mungkin sidang tertutup kali.

"Buk Rini! Gimana udah siap bahan kita? "  Tiba-tiba Bu Hani datang mengagetkannya. Lamunannya tentang Jumput buyar. Kemudian ia melanjutkan print laporan-laporan itu.

Pukul 12.05 semua laporan selesai diprint. Agenda berikutnya pergi ke kondangan siap dzuhur. Anak salah satu rekan kerja mereka menikah. Cukup jauh lokasi pesta itu.

Mana hari ini hari Sabtu pula. Sebetulnya ke lokasi cuma membutuhkan waktu 30-35 menit jika tak macet. Tapi hari ini Sabtu. Biasanya Sabtu ini betul-betul macet menuju ke sana.

"Rin, ayo berangkat!" Panggil kepala Sekolah.

" Iya, Bu. " Jawabnya memelas.

"Jangan cemas, mudahan tak macet. Paling pukul 16.30 paling lambat kita udah balik ke rumah masing-masing." Rayu kepala sekolahnya prihatin. 

Bayangan cerita Rini tentang suami posesifnya membuat kepala sekolah itu geleng-geleng kepala. Entah setan apa yang bercokol di kepala suami Rini.

Selalu curiga istrinya selingkuh. Padahal tipe Rini guru di sekolah yang dipimpinnya tak pernah genit. Malah rajin membantu urusan sekolah. Rini loyal terhadap sekolah itulah apresiasi kepala sekolah kepada Rini.

Pukul 14.30 Rini dan rombangan sampai di pesta. Mereka pun segera menemui rekan kerja mereka yang menggelar pesta. Bersalaman, saling tegur sapa, dan berbagi kabar akhirnya mereka menuju meja tamu.

Isi buku tamu lalu memasukkan amplop ke dalam peti amplop. Sekerang tamu undangan ke pesta cuma bawa amplop. Budaya kado telah bergeser. Kado sudah digantikan oleh uang. 

LKata pemilik pesta, kado yang dibawa sering mubazir ngak kepake. Sementara usai pesta malah mendatangkan utang. Jika amplop yang dibawa bisa mengurangi utang usai pesta pernikahan.

Usai memasukkan amplop merekapun segera makan. Ternyata waktu sudah pukul 16.00 ketika rombongan mereka yang berjumlah 15 orang dengan sopir sekolah selesai makan.

" Kita usahakan sholat di sekolah saja Deri ." Kata kepala sekolah. Deri mengangguk patuh.

Perlahan bus sekolah itu meninggalkan lokasi pesta. Perlahan bus memasuki jalan raya utama. Kendaraan mulai ramai. Semakin ke depan semakin susah untuk memotong kendaraan di depan. Namun laju mobil masih bisa kencang. Ternyata dari arah lawan banyak motor. Didominasi baju dinas kuning. 

Sekitar satu kilo meter dari lokasi pesta terdapatlah kemacetan. Sepuluh menit lepas dari kemacetan tiba-tiba di bengkolan selayang bus harus memotong satu pengendara sepeda motor dan satu avanza.

 Sial usai memotong avanza bus hampir beradu dengan truk pasir yang mendadak keluar dari salah satu simpang. Deri supir bus sekolah banting stir sedikit ke kiri. 

Ternyata di kiri ada lubang. Ban belakang pun pecah ketika dipaksa melewati lubang itu.

Hahhh. Semua menahan napas. Mereka buru-buru turun dari atas mobil. Butuh waktu 30 menit untuk mengganti ban yang pecah. Hah sudah pukul 17.00 sekarang batin Rini. Perjalanan masih butuh waktu 30 menit lagi. 

"Keburu ashar habis Buk, gimana kalau kita shalat dulu." Kata Bu Hani memberikan usul. 

"Oke deh kita shalat dulu." Jawab kepala sekolah.

Butuh waktu 30 puluh menit pula  mereka untuk shalat. Rini sedikit lega karena sudah shalat. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Ternyata di depan macet sudah menghadang. Pasar tumpah sedang ramai-ramainya truk sayur memuat barang. Jadilah perjalanan mereka tertunda hampir satu jam dari pasar tumpah ke sekolah. Adzan Maghrib berkumandang ketika mereka tiba di gerbang sekolah. Apalah daya nasi sudah jadi bubur bisik hati Rini. Shalatlah dulu baru pulang.

Handpone Rini tiba-tiba bergetar. Ketika mau mengangkat ternyata handponenya meredup. " Ah iya. Aku belum cas handpone dari pagi. " Katanya sambil mengedarkan pandangan kepada rekan-rekannya. 

"Aduh gimana tuh Rin. Entar suami kamu meradang loh." Kata Nana teman satu jurusannya.

"Pasrah aja, Na. " Gimana lagi.

" Udah deh kita pulang aja, Na. Pulang semua ya... !" Teriaknya sambil melambai tangan. Entah apa yang bakal terjadi di rumah ini. Rutuknya dalam hati. Ia pun segera mengeluarkan motor varionya. Menaikinya dan menstaternya. Sial motor itu tak mau kompak dengannya. Motor itu tak mau hidup.

" Yah, Rini. Sial banget dah kamu hari ini. Bisik Tel salah satu teman kerjanya sinis. Guru senior itu memang rada sinis kepadanya selama honor di sekolah ini. Kini meskipun ia sudah PNS lewat jalur pengangkatan honorer tahun 2005, tapi Buk Tel masih tetap sinis padanya. Mungkin ada salahnya yang tak termaafkan oleh senior itu.

Pernah ia masuk ke ruang majelis guru sambil berkeluh, ' Ah lelahnya hari ini.' Lalu Bu Tel menanggapinya dengan kasar, ' Lelah ya pensiun.' Kata Bu Tel. Terpaksa ia urut dada saja sambil berucap aku sudah memaafkan Bu Tel ya Allah.

" Kenapa Rin? Ngak bisa hidup? Belum jadi kamu ganti aki motormu?" Tanya salah satu guru pria di sekolahnya. Ia cuma bisa senyum. Pengen sih ganti aki tapi uangnya keburu dipake terus buat nambah cicilan rumah dan mobil suaminya.

Roun...roun...roun. Motor Rini meraung-raung setelah diengkol teman kerjanya. Rini pun berterima kasih lalu pamit dan cabut. Sampai di dekat terminal sekitar satu kilo dari sekolahnya, hujan lebat turun Kota ia tinggal memang dijuluki juga kota hujan dan kota dingin. Ia terpaksa menantang hujan itu. Sudah terlalu molor jam pulangnya. Ia menghadang hujan itu dengan derai air  mata. Pupus sudah harapannya sampai di rumah dengan selamat. Sambil berurai airmata ia melajukan motornya hingga tiba di depan rumahnya.

Air matanya semakin deras manakala melihat pintu pagar terkunci. Rumah gelap. Tangisnya makin terisak ketika melihat dua koper besar berdiri di depan pagar itu. Koper itu miliknya. Dibeli ketika mereka menikah 7 tahun lalu.  Selesai sudah rumah tangganya. Suami posesifnya telah mengusirnya dari rumah mereka. Ternyata ancamannya tidak main-main. Sekali lagi kamu pulang telat dari jam kamu harus pulang, lihat konsekuensinya. Itulah peringatan suami posesifnya hari itu. Biasanya, jika ia telat paling suaminya lempar handpone kemudian memaafkannya kembali. 

Akhirnya, Ia hanya bisa meraung menantang derasnya hujan malam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun