Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Q.S. Al-Hadid : 8
"Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin".
Janji setia kita kepada Allah inilah yang musti kita perankan. Aku gak ingat tuh ada janji kelakar kita. Di sinilah fungsi Al Quran mengingatkan kita bahwa kita melakukan perjanjian dengan Allah. Legowo mungkin tepat kita pakai untuk perjanjian ini. Karena pada dasarnya jika kita legowo dengan takdir kita, syaraf kita jadi anteng. Tensi kita normal, tidak diabetes, apalagi stres.
Hidup akan terasa lapang dan nikmat apalagi jika kita senantiasa berdzikir. Darah kita normal perjalanannya dengan tubuh tetap sehat. Mata terang dan nafsu makan tetap mengantar kita kepada kenikmatan makan tanpa pilih-pilih sambal. Tidak ada frustasi senantiasa senyum dan inovatif.
Sakit-sakit sedikit itu wajar. Nikmat Allah kepada kita agar tetap mengingat Allah dengan dzikir. Ibarat dua kakak adik yang mesra saling menggelitik. Begitupun sakit-sakit sedikit yang kita rasakan merupakan sinyal agar kita menyebut nama Allah. Takdir kita untuk meninggal dalam husnul khotimah. Meninggal dalam husnul khotimah tentu tidak mudah. Lisan kita harus terlatih dzikir dan bersahadat.
Takdir itu sebenarya sebuah sebutan. Sebutan Allah  atas pengetahuan Allah Swt yang meliputi seluruh alam.  Ilmu Allah meliputi langit dan bumi beserta sekalian isinya. Allah Swt menulis segala peristiwa yang terjadi baik kepada alam maupun manusia. Ikan misalnya ditakdirkan halal untuk kita konsumsi. Ayam halal jika disemblih dengan basmalah. Kita pun hidup dengan takdir kita masing-masing. Jadi tak sewajarnya bila kita saling iri hati dan dengki karena ketetapan untuk kita sudah ada.
Dapatkah takdir kita ubah? Tidak. Nasib bisa kita ubah. Dari tidak berilmu bisa kta ubah diri kita menjadi berilmu. Dari malas bisa berubah menjadi rajin. Namun takdir tidak bisa memenuhi nafsu dan keinginan kita. Tapi kitalah yang harus meerima takdir kita meskipun tak sesuai ekspektasi kita. Karena Allah sengaja menetapkan demikian agar kita selalu berpikir, mencoba, berkreasi, dan berinovasi. Bayangkan jenuhnya hidup kita jika kita dapat menggapai segalanya. Pastilah gersang jika kita tidak dipermainkan oleh takdir.
Kita tahu cabe pedas karena kita coba. Kita tahu kue brownis enak ketika kita tak punya uang. Jika kita senantiasa punya uang, kita tak akan tahu arti hasrat dan keinginan. Itula beda takdir kita dengan hewan. Hewan makan tenang. Tapi manusia sudah makan ingin pula kerupuk, ingin pula buah, bahkan punya keinginan berganti-ganti menu. Hari ini ayam krispi besok ayam kecap. Hari ini ayam rendang besok ayam saus. Sudah dicoba seua versi olahan ayam. Ogah makan ayam lagi. Mau pepes ikan lagi. Semua berubah sesuai ketetapan Allah. Ketetapan inilah takdir itu. Takdir yang mesti kita nikmati. Takdir bisa dinikmati jika hati beriman kepada Allah dan akal senantiasa mengingat kebesaran Allah. Jika kita lupa buka kembali perkataan Allah Al Quran. Semua ada di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H