Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tarif Cukai Rokok Naik 10 Persen. Akankah Jumlah Perokok Menurun? Rokok vs Pinang Bagaimana?

15 Juni 2022   12:45 Diperbarui: 7 November 2022   04:24 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukai Rokok Naik 10 Persen, Efektifkah Tekan Jumlah Perokok?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Negara Republik Indonesia berecana membuka peluang untuk menaikkan tarif cukai rokok pada per  2023-2024 ini.

Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Kamis (3/11/2022), menyampaikan itu.

Tahun-tahun sebelumnya, pendirian untuk terus menaikkan tarif cukai rokok demi menekan konsumsi perokok juga dilakukan. Pemerintahpun secara resmi mengumumkan kenaikan tarif cukai rokok. Kenaikan berlaku 2 tahun berturut-turut di 2023 hingga 2024.

Rokok tentu tak asing lagi bagi kita. Terutama Bapak-Bapak. Rokok menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian mereka. Benda ini akan mereka butuhkan pas sudah makan, ketika pusing, atau lagi banyak pikiran.

Seperti orang bodoh jika tak memegang rokok, itulah salah satu keluhan rekan kerja. Ada pula yang mengatakan susah belajar merokok in, kak. Susah pula berhentinya. Terpaksa kita senyum menanggapinya.

Memang konon curhatan di antara Bapak-Bapak ini alangkah susahnya belajar merokok. Harus sembunyi-sembunyi baik dari orang tua, saudara, bahkan guru di sekolah. Batuk-batuk pun menyerang ketika belajar merokok. Tak jarang dada sesak karena asap rokok yang harus belajar ditelan.

Huh... bencong. Itulah ocehan dan bully teman mereka jika tak berhasil merokok tanpa asap keluar dari mulut dan hidung. Berat sekali dan sakit sekali dada pertama belajar menelan asap bernikotin itu.

Nah ketika berhasil menelan asap rokok itu barulah mereka dapat gelar hebat. Sungguh tantangan terberat bagi anak lelaki selaku perokok pemula. Hingga menggiring mereka menjadi pecandu abadi.

Sayangnya, perilaku merokok di atas tanpa disadari pelan-pelan asap laknat itu menggerogoti paru-paru. Ketagihan akibat nikotin pada asap rokok itu menyisakan getah pemicu berbagai penyakit kelak.

Meski peringatan ini sudah ditulis  pada kemasan rokok, mereka gak ngaru. Tetap laju merokok. Bahkan seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika pemerintah tetap pada pendirian untuk terus menaikkan tarif cukai rokok demi menekan konsumsi.

Akankah pengumuman kembali pemerintah secara resmi kenaikan tarif cukai rokok bisa menurunkan jumlah perokok? Rasanya nonsen dan imposible. Samalah seperti bensin. Sudah kebutuhan. Anggaran merokokpun sudah dianggarkan.

Lucunya lagi, ketika dua sahabat berjumpa atau pengusaha pulang ke kampung, maka ketika berbagi uang dengan sahabat dan rekan di kampung, "Ini sedikit buat nambah beli rokok." Katanya.

Ada pula yang pulang ke kampung malah membawa oleh-oleh rokok. Begitupun di Sumatera Barat ini, setiap ada undangan untuk menikah, bapak-bapak diundang dengan sebatang rokok. Pun di rumah pesta dan duka disediakan rokok dan asbak rokok.

Rokok memang keberadaannya di tengah masyarakat bak makan buah simala kama. Di satu sisi, rokok sudah menjadi budaya di tengah masyarakat, seperti ada musyawarah desa, memanggil Bapak-Bapak untuk acara nikahan dan Ibu-Ibu dipanggil dengan sirih. Di Sumatera rokok bagian adat istiadat.

Untuk negara sendiri, uang triliunan rupiah masuk ke kas negara setiap tahun dari cukai tembakau yang disumbang dari perputaran roda bisnis rokok.

Sektor industri rokok salah satu penopang bisnis konglomerasi kita di Indonesia dan pemiliknya menempati daftar orang terkaya di negara.

Rokokpun menjadi sumber utama pemasukan kas negara melalui cukai yang setiap tahun mencapai triliunan rupiah itu.

Sepuluh tahun terakhir, penerimaan negara dari cukai semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tren positif sejak 2007 dengan total penerimaan dari cukai sebesar Rp44,68 triliun dan terus bertambah hingga Rp145,53 triliun pada 2016.

Ada pula cerita anonim yang beredar di tengah masyarakat tentang rokok. Konon cerita mereka, ada seorang Bapak hidup di Nagar Singgalang Sumatera Barat, biasa Bapak ini perokok berat.

Suatu hari ia sakit. Lalu dokter menganjurkan untuk berhenti merokok. Menyuruh beliau menabungkan uang rokoknya. Bapak ini pun patuh tak merokok lagi. Tiap hari Bapak ini rajin menabung sebanyak uang untuk beli rokoknya.

Sudah puluhan tahun beliau menabung. Ternyata uang tabungannya yang disisihkan dari uang rokok itu sudah cukup untuk memperbaiki gubuknya menjadi rumah permanen.

Dibongkarlah tabungan itu lalu dibawa ke toko bangunan. Setelah konsultasi dengan pihak toko bangunan mulailah tukang bekerja. Dalam waktu tiga minggu rumah beliau selesai.

Satu minggu menghuni rumah baru tiba-tiba pada malam ke tujuh rumah tetangga beliau kebakaran dan api merambat ke rumahnya. Rumahnya pun hangus. Beliau frustasi lalu mengatakan, "Uang rokok memang harus untuk rokok."

Sejak itu beliau memutuskan merokok kembali. Tak mau berhenti merokok. Meskipun ia sakit.

Itu cerita anonim andalan laki-laki jika kita anjurkan mereka berhenti merokok. Tanpa mereka sadari rokok merusak kesehatan. Mungkin karena penyakit paru datang setelah berumur, anggapan mereka penyakit paru bukan karena rokok tapi karena faktor  'U' alias umur.

Sebetulnya ada pilihan sehat untuk perokok. Pinang. Buah ini bisa jadi pilihan mengganti rokok. Pinang ini memang punya rasa sedikit pahit. Hampir mirip dengan rokok. Rasa pahit ini lebih sehat daripada pahit pada asap rokok.

Pinang apa sih?

Pinang atau nangpi adalah salah satu jenis tumbuhan monokotil yang tergolong palem-paleman. Pohon pinang masuk ke dalam famili Arecaceae pada ordo Arecales.

Pohon ini merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomi dan potensi yang cukup tinggi. Menurut versi Wikipedia.

Khasiat pinang ini pun banyak. Bisa menguatkan gigi. Bisa menaikkan stamina. Kemudian bisa dan cukup enak dijadikan cemilan. Praktis bisa dimakan di mana-mana sambil mengobrol dan beraktivitas.

Di Pasaman, salah satu kabupaten di Sumatera Barat, pinang sudah dijadikan salah satu pilihan untuk mengganti rokok.

Pinang yang dijadikan cemilan sebaiknya pinang yang sudah tua dengan ciri khas biji di dalamnya sudah keras. Tak bisa dicubit atau dipotong pakai jari lagi. Sudah keras. 

Kemudian harus diseleksi pinangnya mana yang paling enak dipilih buat cemilan. Dengan ciri khas warna agak keputihan bukan kemerahan.Cara ngemilnya seperti kita ngemil permen.

Pinang yang siap dimakan sebagai ganti rokok: hallosehat.com
Pinang yang siap dimakan sebagai ganti rokok: hallosehat.com

Buah pinang dibelah dan bersihkan sabut dan kulit arinya dibuang. Potong kecil-kecil. Buah ini pun tak punya batas waktu kedaluarsa. Artinya tidak memiliki jangka kedaluarsa. 

Makin lama biji ini makin keras dan makin awet. Biaya yang kita keluarkan pun murah karena buah ini banyak dan murah.

 Diketahui kandungan gizi dan kalori pada buah pinang:

  • Kalori: 339 kkal
  • Protein: 5,2 gram
  • Lemak: 10,2 gram
  • Karbohidrat: 56,7 gram
  • Thiamin (vitamin B1): 19 miligram
  • Riboflavin (vitamin B2): 10 – 12 miligram
  • Niasin (vitamin B3): 31 miligram
  • Natrium: 76 miligram
  • Kalium: 450 miligram
  • Kalsium: 400 miligram
  • Fosfor: 89 miligram
  • Zat besi: 4,9 miligram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun