Jika seseorang menghadapi suatu rintangan atau hambatan dalam upayanya untuk mencapai tujuan, maka akan ada 2 kemungkinan, yaitu: seseorang akan semakin tertantang dan berupaya lebih untuk mencapai tujuan, atau seseorang akan kehilangan motivasi karena merasa tidak mampu menghadapi rintangan dan halangannya.
Bisa kita perhatikan, ada beberapa siswa kurang memiliki motivasi belajar. Hal tersebut tercermin dengan masih terdapat siswa yang tidak memerhatikan guru ketika menjelaskan materi saat jam pelajaran berlangsung di kelas, sering terlambat dan hal negatif lainnya.
Perhatian orang tua sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada beberapa bentuk perhatian yang bisa dilakukan orang tua terhadap anaknya: memberikan peringatan, teguran, nasihat, dan memenuhi kebutuhan untuk belajar. Perhatian orang tua adalah salah satu faktor yang memengaruhi motivasi belajar seorang anak.Â
Melalui perhatian seorang ayah dan ibu kepada anak akan membuat anak merasa diperhatikan, dengan demikian anak akan memberikan sebuah feedback berupa munculnya motivasi belajar untuk memberikan kebahagiaan kepada orang tua.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan membahas tentang "Pengaruh Pandemi Covid 19 Terhadap Motivasi Siswa SMP Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke SMA Di Lingkungan Desa Sumber Sari, Penawar Aji, Tulang Bawang, Lampung". Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pandemi Covid 19 Terhadap Motivasi Siswa SMP Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke SMA Di Lingkungan Desa Sumber Sari, Penawar Aji, Tulang Bawang, Lampung.
Pembahasan
Sumber Sari merupakan salah satu desa pelosok yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Pada masa pandemi Covid 19 ini banyak memengaruhi kegiatan masyarakat, salah satunya yaitu pendidikan.Â
Hal ini menyebabkan pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring. Letak desa Sumber Sari yang berada di pelosok dan memiliki jaringan internet yang sulit, menjadi salah satu kendala pembelajaran daring.Â
Dimana banyak siswa SMP yang tidak bisa memaksimalkan kegiatan belajar. Dengan demikian, banyak siswa memilih putus sekolah karena merasa bosan dengan pembelajaran daring.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di desa, selama pandemi covid 19 sekitar 50% anak yang duduk di bangku menengah pertama putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang menengah ke atas.Â
Para siswa yang putus sekolah menganggap bahwa mereka merasa jika pembelajaran daring yang memiliki banyak kendala membuat mereka putus asa.Â