Awalnya, selaku orang pendek, saya selalu mengira bahwa pendek adalah sebuah anugerah. Silakan cari saja di google, ada banyak artikel yang mengulas keuntungan bertubuh pendek, diantaranya selalu dikira muda, mudah mencari pacar, terlihat lebih langsing, dan hidup dengan umur yang lebih panjang.
Ada lagi cerita dari teman saya yang sedang mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Umurnya saat itu adalah 17 tahun namun dikira 10 tahun. Dari segi fisik ia memang kalah jauh dari saudara angkatnya yang baru berumur 14 tahun. Terbukti, orang pendek selalu terlihat imut.
Namun ternyata pendek itu tak selamanya bagus. Meski terkesan imut, pendek alias kerdil alias stunting, adalah salah satu ciri tak tercukupinya gizi selama masa pertumbuhan emas, yakni 0-2 tahun. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan, apalagi stunting juga pertanda adanya kemungkinan perkembangan otak yang tak optimal. Â
Parahnya, negara Indonesia adalah negara yang memiliki angka stunting ke-4 tertinggi di dunia, yang berarti sekitar 9 juta anak balita Indonesia mengalami stunting.
Apa sih stunting itu?
Stunting adalah tanda dari kurangnya gizi dalam bentuk fisik. Jadi, bertubuh pendek belum pasti stunting. Â Tidak berkembangnya otak secara maksimal, rentan terhadap berbagai penyakit, sehingga berujung pada turunnya produktivitas di usia kerja adalah hal mendasar dari stunting yang sangat ditakuti. Â Secara luas, stunting juga turut menyumbang peran terhadap isu ketimpangan ekonomi, terhambatnya pertumbuhan ekonomi, dan produktivitas kerja yang tak optimal.
Stunting tidak hanya diderita keluarga yang tidak mampu. Sekitar 20% anak dari keluarga menengah ke atas pun menderita stunting. Jadi, jangan berhenti waspada ya, ibu-ibu.Â
Penyebab Stunting
Layanan kesehatan yang terbatas dan kurangnya antusiasme masyarakat dalam program Posyandu ikut melahirkan tingginya penderita stunting di Indonesia. Padahal program Posyandu adalah kaki-kaki pemerintah dalam menjamin kesehatan pada masyarakat akar rumput. Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan balita dan ibu hamil, Posyandu juga menjadi tempat yang tepat untuk melakukan konsultasi tumbuh kembang anak secara gratis. Bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan jika berkonsultasi di dokter spesialis anak?Â
Mahalnya harga makanan yang bergizi di Indonesia dan terbatasnya fasilitas sanitasi yang layak ikut memberi dampak pada kasus stunting. Data tahun 2013, makanan di Jakarta 93% lebih mahal ketimbang di New Delhi. Selain makanan, fasilitas sanitasi yang layak juga perlu mendapatkan perhatian pemerintah, karena Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah India dalam hal buang air besar di sembarang tempat.Â
Stunting di Indonesia
Di sejumlah daerah Indonesia Timur seperti NTT, lebih dari 50 persen anak yang menderita stunting (data tahun 2016). Sedihnya lagi, prevalensi stunting di Indonesia masih lebih tinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Â
Pencegahan Stunting
Pemberian MPASI yang bergizi seimbang pada usia tepat 6 bulan, ASI eksklusif selama 6 bulan yang  kemudian dilanjutkan sampai umur 2 tahun, adalah faktor yang mendasari keberhasilan tumbuh kembang anak. Selain itu, MPASI yang beragam juga perlu menjadi perhatian dalam mengedukasi masyarakat, misalnya mencontohkan bahwa makan nasi bukanlah suatu hal yang wajib. Bahan pangan lain pengganti nasi seperti kentang, jagung, singkong dan oat dapat menjadi alternatif yang baik.
Faktor penting lainnya yakni memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah disediakan pemerintah dengan sebaik-baiknya, seperti mendatangi Posyandu secara rutin, melakukan imunisasi gratis di Puskesmas terdekat, dan melakukan konsultasi tumbuh kembang anak. Ingatlah, di tangan kita ada tanggung jawab untuk memberikan hak tumbuh yang baik pada anak-anak. Jadi, yuk terus gali ilmu, ibu-ibu.
Kerangka Rencana Pencegahan Stunting oleh Pemerintah
Ada dua tipe pencegahan stunting yang direncanakan oleh pemerintah, yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Â Intervensi gizi spesifik menyasar pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Sedangkan intervensi gizi sensitif menyasar pada masyarakat secara umum, seperti membangun fasilitas sanitasi yang layak dan memberikan bantuan sosial pada keluarga miskin.
Kegiatan yang dilakukan dalam hal intervensi gizi spesifik:Â
1. Layanan terhadap ibu hamil yakni pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, Â mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium.
2. Layanan terhadap ibu menyusui dan bayi 0-6 bulan yakni mensosiliasasikan gerakan IMD (inisiasi Menyusui Dini) dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
3. Layanan terhadap ibu menyusui dan bayi 7-23 bulan yakni mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 Â bulan, pemberian MPASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Kegiatan yang dilakukan dalam hal intervensi gizi sensitif:
1. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.Â
2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.Â
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan.Â
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Â
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).Â
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.Â
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.Â
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.Â
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.Â
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.Â
12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Beberapa Terobosan dalam Menangani stunting
Pos gizi ialah kegiatan monitoring tumbuh kembang anak yang dimulai dengan pendataan berat badan pada calon peserta pos gizi. Kemudian, selama 12 hari, peserta pos gizi dipantau penambahan berat badannya, diajarkan personal hygiene, diajarkan memasak makanan berat menggunakan bahan pangan lokal, dan diajarkan beberapa permainan yang menstimulus tumbuh kembang anak. Kegiatan ini sangat baik dan patut dijadikan acuan dalam kegiatan Puskesmas di daerah lain.
Sekian, semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat.Â
Sumber:
sehatnegeriku.kemkes.go.id
100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk intervensi Anak Kerdil (Stunting).pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H