Bahkan ia merasa terharu saat Trie Utami dan musisi Sound of Borobudur membawakan lagu nasional "Indonesia Pusaka" dengan aransemen musik yang begitu indahnya.
Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah juga bersemangat memberikan sambutan via daring, dimana support akan terus diberikan untuk gerakan Sound of Borobudur dan memberikan apresiasi atas kerjasama tim yang begitu kuat.
Perwakilan dari MPR RI, DPR RI, UNESCO, juga musisi Purwa Caraka, Addie MS, Tantowi Yahya dan sejumlah narasumber lain juga tamu undangan turut memeriahkan konferensi ini, baik secara daring maupun luring.
Walaupun begitu, acara ini terselenggara sangat baik karena protokol kesehatan diterapkan secara ketat, bahkan setiap tamu yang hadir secara langsung diberi fasilitas swab antigen untuk menjaga kenyamanan bersama.
Merasakan "Energi" dari Harmonisasi Alat Musik Sound of Borobudur
Saat ini kita mengenal musik sebagai alat diplomasi, bahkan menjadi pemersatu bangsa. Ternyata kondisi demikian telah terjalin semenjak 13 abad yang lalu.
Musik telah sukses menjadi sebuah alat komunikasi dan ini ternyata memberikan pengaruh positif, baik dalam konteks lintas bangsa, maupun lintas daerah dan lintas etnis di nusantara.
Melalui musik, kita bisa melakukan diplomasi budaya melintasi bangsa-bangsa di dunia. Apalagi telah banyak juga yang mengetahui bahwa Borobudur menjadi lumbung ilmu pengetahuan & ilmu budaya semenjak dulu.
Memasuki satu dimensi saja pada reliefnya, kita akan mengetahui pergerakan manusia secara keseluruhan di masa lalu. Apalagi jika setiap relief dipelajari secara detail, tentu akan banyak informasi lain yang terkuak.
Dimana keberadaan alat-alat musik yang terpahat pada relief Candi Borobudur ini? Tentu saja tersebar kemana-mana. Hingga saat ini, beberapa alat musik ini masih dimainkan di 34 provinsi di Indonesia, serta di lebih dari 40 negara di seluruh dunia.
Sebagian lagi, alat-alat musik tersebut belum dapat ditemukan keberadaannya. Nah, hal inilah yang menginisiasi Trie Utami dan tim untuk mewujudkan alat musik baru sesuai dengan yang terpahat pada dinding Candi, tentu sesuai dengan interpretasi tertentu.