Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Anjing Saya Berteriak dari Surga, "Mom, I Love You Always..."

16 Januari 2021   04:30 Diperbarui: 16 Januari 2021   14:31 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poppy, anjing kesayangan keluarga (dok.pri)

Jika harapan setiap orang adalah melewati momen membahagiakan di awal tahun, saya justru merasakan sebaliknya. Tidak pernah terpikir akan kehilangan dia yang sangat saya cintai, bahkan yang sudah kami anggap sebagai anggota keluarga sendiri. 

Memanusiakan hewan itu gak salah kan? Ya, sayangnya beberapa hari lalu dia diberi sarapan lezat oleh orang tak dikenal, semenit setelahnya kejang-kejang dan hanya tersisa satu jam saja untuk memeluk raganya.    

Momen paling indah saat berjumpa dengan anabul adalah mengajaknya berbicara, bermain dan memberi makanan favoritnya. Dan momen paling menyayat hati adalah saat dia meninggalkan kami, terlebih dalam kondisi yang sungguh menyakitkan. 

Ya, saya melihatnya tersiksa luar biasa, mungkin organ tubuhnya bagian dalam yang telah menua itu seketika hancur usai menikmati "sarapan" pagi.  

Mana ada dia berpikir buruk tentang mereka? Dua orang asing yang menutupi wajah dengan sangat rapat telah menunggu dari kejauhan saat poppy, anjing kesayangan kami, keluar rumah untuk berjalan-jalan. 

Belum ada semenit, motor mereka menghampiri anabul kami, dan memancingnya mendekat sambil meletakkan campuran nasi dengan lauk ikan pindang lezat, yang sudah diuleni dengan racun tentunya.  

Seketika suami saya langsung memanggil anabul saat mencurigai orang asing yang langsung kabur tersebut, mungkin takut diketahui identitasnya. 

Dan poppy pun mengikuti panggilan suami hingga masuk kembali ke dalam rumah tanpa sempat mengendus makanan racun yang diletakkan di atas sobekan koran tersebut.

Sayangnya, suami yang berniat membuang makanan itu terkendala dengan rebusan air di atas kompor yang harus segera dimatikan, niatnya untuk menyeduh secangkir kopi kesukaannya. Setelah selesai, ia berjalan ke ruang tamu dan tak lagi mendapati anjing kesayangan kami.

Tanpa pikir panjang, ia keluar rumah dan sudah mendapati anjing kami teriak-teriak dengan sangat pilu menghampiri sumber air yang ada di depan rumah. Kondisi lemah dan terseok-seok hingga badan rubuh ke tanah.

Perjuangan Menyelamatkan Nyawa Selama Hampir 1 jam 

Di depan rumah, suami mengambil selang dan mengalirkan air keran ke mulutnya agar anjing kami muntah. Ya, cara ini lumayan berhasil karena sebagian makanannya berhasil dimuntahkan, setidaknya efek racun sedikit berkurang, pikir suami. Teknik ini pernah suami dapatkan dari beberapa referensi yang ia baca, juga rekan yang kebetulan bekerja di sebuah petshop.

Sisa makanan racun yang tertinggal (dok.pri)
Sisa makanan racun yang tertinggal (dok.pri)

Walau isi perutnya sudah berhasil kami keluarkan, namun anjing kami memang sudah dalam kondisi sekarat saat itu. Langsung saya bopong dia ke dalam rumah, saya elap dengan handuk badannya yang basah, lalu saya letakkan di atas kain kering agar dia lebih nyaman. 

Beberapa menit sebelumnya, saya berlari ke minimarket, membeli minuman Be*r Brand yang pernah direkomendasikan oleh dokter hewan yang biasa merawat Poppy. Niatnya mau beli kelapa muda namun jam 7 pagi belum ada yang buka.

Sebelum susu diminumkan, sebagai usaha menawar racun di perutnya, suami mengambil Nor*t di kotak obat lalu menghaluskannya dan mencampurkannya dengan air. Katanya ini bisa menetralkan racun di tubuh. Segera diminumkan sedikit demi sedikit, namun sebagian besar tumpah karena responnya untuk menerima makanan berkurang. 

Melihatnya sungguh tak tega, apalagi saat pertama saya menghampirinya dalam kondisi sekarat, kepalanya sedikit bergerak, matanya berlinang air mata dan seakan berteriak, "Mom, aku dijahatin orang. Ini sakit sekali, tolong mom, tolong......."

Saat mbak yang biasa bantu masak dirumah menghampiri, anabul ini juga melakukan hal sama. Kepalanya bergerak, matanya melihat ke arah si mbak dengan tatapan tajam... Seakan ingin berdiri namun tak bisa. Yaaaaa, lagi-lagi ia memberi isyarat bahwa dia sedang kesakitan.

Saat Poppy menemani saya bekerja (dok.pri)
Saat Poppy menemani saya bekerja (dok.pri)

Melihat Kesakitannya Sungguh Memilukan 

Melihat kondisi seperti ini, hati saya seperti disayat-sayat pisau yang sangat tajam. Sakit sekali. Saya memeluknya, sambil berbisik didekatnya, "Poppy yang kuat ya, sembuh ya nak. Besok kita mainan lagi.....". Namun saat itu, nafasnya sudah makin tersengal, bahkan tubuhnya kejang-kejang dalam waktu yang agak lama, berulang dalam waktu hampir satu jam.

Pikiran saya semakin kacau. Susu Be*r Brand saya minumkan sedikit, masih berharap dia selamat seperti anabul saya yang dulu. Namun tidak ada titik cerah, kondisi dia melemah. Saya yang semakin tegang meminta suami untuk mencari jalan lain untuk menyelamatkannya. 

Dokter yang biasa menangani anabul kami juga belum on HP karena memang masih lumayan pagi. Itulah sebabnya kami tak ingin menyia-nyiakan waktu dengan mengatasi ini sebisa kami.

Saat kejang terakhir terjadi, tubuhnya bergetar hebat. Saya yang semakin takut kehilangan tak berhenti melantunkan doa untuk "anak" kesayangan kami ini. Berdoa agar dia masih bisa diselamatkan dan saya berjanji akan merawatnya hingga sembuh. Namun saat itu saya rasakan tempo bernafasnya makin lambat.

Ya, melambat.... melambat.... Tak mau menyerah, saya masih aktif memanggil namanya, juga menggerakkan tubuhnya. Dan saat itu ia masih merespon, seperti respon menelan air saat kami memberinya minum. Tak lama, lidahnya menjulur keluar, ke arah kiri. Saya terus mengajaknya berbicara, memaksanya tetap mendengar suara-suara di sekitarnya.

Wajahnya memucat, lidahnya membiru, dan matanya makin sayu. Poppy tolong, jangan tinggalkan kami sekarang, kami minta maaf karena telah membuatmu seperti ini. Itulah teriakan hati saya saat detik-detik kehilangan menghampiri. Akhirnya, nafasnya makin lambat.... dan kini benar-benar hilang.

Anjing (pixabay.com)
Anjing (pixabay.com)

Dia Hilang untuk Selamanya....  

Awalnya saya belum bisa menerima ini dan berusaha melawan kondisi ini. Suami yang meneliti beberapa bagian tubuhnya meyakinkan saya bahwa ia telah tiada. Namun lagi-lagi saya menyanggah suami dengan mengatakan bahwa nafasnya hanya melambat. 

"Mas, ini dia masih bernafas, coba tunggu beberapa detik lagi, dia pasti gerak.....", ucap saya meyakinkan suami. Namun suami kembali mengucapkan hal menyedihkan itu, bahwa ia sudah gak ada. 

Mendengar ini, akhirnya saya menyerah dengan tumpahan air mata yang tak lagi bisa ditahan sambil mengelus kepalanya. Kenapa secepat ini, Tuhan? Saya seakan masih belum terima kehilangan dia. 

Ya, kami mengadopsinya 4 tahun lalu dari ownernya yang memang tidak bisa lagi merawatnya. Dari foto tampak kecil, ternyata setelah bertemu, "anak" memiliki tubuh semok, bulunya lebat dan sungguh menggemaskan. Seketika kami jatuh hati padanya. 

Suami dan Poppy (dok.pri)
Suami dan Poppy (dok.pri)

Butuh adaptasi yang tak sebentar untuk membuatnya percaya bahwa kami sungguh menyayanginya dan ingin merawatnya di sepanjang dia ada. Trauma masa lalu sungguh membuat "anak" ini memiliki karakter penakut sehingga ia suka mengekor kemanapun kami bergerak di sekitaran rumah. 

Saat kami bepergian, mungkin ini jadi momen buruk baginya karena dia akan merasa kesepian. Saat kami datang, ia menyamput penuh sukacita dengan kibasan ekor bertempo cepat.

Akhirnya, kami bahagia karena membuatnya percaya bahwa kami sungguh mencintainya. Tak hanya orang serumah, bahkan anak-anak kost kami bersahabat dengannya. Saat bermain diluar, mbak perawat yang bekerja di klinik sebelah rumah pun tak jarang berbagi makanan untuknya.

Saya bersyukur terlalu banyak yang menyayanginya karena "anak" ini memang baik, tak suka mengejar orang dan sangat sigap saat ada orang asing berada di sekitar rumah dengan gonggongannya yang lantang. Ya, tanda bahwa ia ingin melindungi seisi rumah dari orang jahat.

I Miss you, Poppy (dok.pri)
I Miss you, Poppy (dok.pri)

Berlari-larilah di Taman Surga, Cantikku..... 

Menyedihkan memang, ia sangat aktif melindungi keluarga kami, namun kami justru tak bisa melindunginya dari orang yang berbuat jahat padanya. Andai dia tahu bahwa itu racun, bahwa mereka adalah orang yang ingin membunuhnya, mungkin dia akan selamat. Atau, andai kami lebih gerak cepat untuk membuang racun itu, mungkin dia akan selamat.

Mungkin pengirim "sarapan pagi" itu tak tahu, betapa besar cinta kami padanya, betapa bahagia keluarga kami memilikinya, berkali-kali kami menyelamatkannya dari sakit dan akhirnya bisa berlari-lari lagi. Namun kini semua pupus dalam hitungan menit karena tindakan mereka yang hingga hari inipun kami masih belum tahu, mereka siapa dan apa motifnya.

pixabay.com
pixabay.com

Maaf ya cantik, selama bersama keluarga di rumah ini, kami tak bisa memberimu tempat khusus yang lebih aman buatmu. Tak ada rumah dengan pagar yang mengelilingi, tak ada tempat tidur mewah yang membuat mimpimu makin indah. Kami hanya punya cinta, cinta yang tak terbatas untuk sesama manusia saja, namun padamu juga yang telah kami manusiakan sejak awal.  

Kami mencintaimu tanpa batas waktu. Kami rindu untuk memasak lauk kesukaanmu, semur rempelo ati yang selalu membuat makanmu sangat lahap. 

Kami rindu bermain denganmu, tarik tangan kanan kiri yang membuatmu bersemangat untuk lari kesana kesini. Sangat rindu manjamu saat kami berbaring, kamu meletakkan kepala di atas perut kami sambil saling bertatap mata, dan kamu membisikkan, "Mom, i love u always..." 

Iya, kami juga mencintaimu Poppy. Separuh hati kami sudah kamu ambil kan waktu pertama kamu datang ke rumah? Dan masih sama hingga hari ini. Berbahagialah di taman surga, nak, bersama kakak-kakakmu yang telah dulu sampai sana.

Jangan khawatir, namamu takkan terhapus dari kenangan indah kami. Doakan mereka yang sudah menjahatimu agar Tuhan mengampuni. Iya, setiap perbuatan kan ada konsekuensi yang harus ditanggung, entah sekarang atau nanti.

Doakan kami juga ya... agar tak terlarut dalam kesedihan karena kehilanganmu. Air mata seakan tak pernah habis setiap kali mengingatmu. Janji ya, Pop, datang di mimpi kami malam ini, sambil berlari dan teriakkan kembaliiiiiii.... "Mom, i love u always..." 

Anjing berlari (Pixabay.com)
Anjing berlari (Pixabay.com)

Terimakasih sudah membaca curhatan ini, sebuah cara saya untuk mengurangi kesedihan yang masih saya rasakan hingga hari ini. #RIPpoppy 11.01.21

Sabtu, 16 Januari 2021

Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun