Di depan rumah, suami mengambil selang dan mengalirkan air keran ke mulutnya agar anjing kami muntah. Ya, cara ini lumayan berhasil karena sebagian makanannya berhasil dimuntahkan, setidaknya efek racun sedikit berkurang, pikir suami. Teknik ini pernah suami dapatkan dari beberapa referensi yang ia baca, juga rekan yang kebetulan bekerja di sebuah petshop.
Walau isi perutnya sudah berhasil kami keluarkan, namun anjing kami memang sudah dalam kondisi sekarat saat itu. Langsung saya bopong dia ke dalam rumah, saya elap dengan handuk badannya yang basah, lalu saya letakkan di atas kain kering agar dia lebih nyaman.Â
Beberapa menit sebelumnya, saya berlari ke minimarket, membeli minuman Be*r Brand yang pernah direkomendasikan oleh dokter hewan yang biasa merawat Poppy. Niatnya mau beli kelapa muda namun jam 7 pagi belum ada yang buka.
Sebelum susu diminumkan, sebagai usaha menawar racun di perutnya, suami mengambil Nor*t di kotak obat lalu menghaluskannya dan mencampurkannya dengan air. Katanya ini bisa menetralkan racun di tubuh. Segera diminumkan sedikit demi sedikit, namun sebagian besar tumpah karena responnya untuk menerima makanan berkurang.Â
Melihatnya sungguh tak tega, apalagi saat pertama saya menghampirinya dalam kondisi sekarat, kepalanya sedikit bergerak, matanya berlinang air mata dan seakan berteriak, "Mom, aku dijahatin orang. Ini sakit sekali, tolong mom, tolong......."
Saat mbak yang biasa bantu masak dirumah menghampiri, anabul ini juga melakukan hal sama. Kepalanya bergerak, matanya melihat ke arah si mbak dengan tatapan tajam... Seakan ingin berdiri namun tak bisa. Yaaaaa, lagi-lagi ia memberi isyarat bahwa dia sedang kesakitan.
Melihat Kesakitannya Sungguh MemilukanÂ
Melihat kondisi seperti ini, hati saya seperti disayat-sayat pisau yang sangat tajam. Sakit sekali. Saya memeluknya, sambil berbisik didekatnya, "Poppy yang kuat ya, sembuh ya nak. Besok kita mainan lagi.....". Namun saat itu, nafasnya sudah makin tersengal, bahkan tubuhnya kejang-kejang dalam waktu yang agak lama, berulang dalam waktu hampir satu jam.
Pikiran saya semakin kacau. Susu Be*r Brand saya minumkan sedikit, masih berharap dia selamat seperti anabul saya yang dulu. Namun tidak ada titik cerah, kondisi dia melemah. Saya yang semakin tegang meminta suami untuk mencari jalan lain untuk menyelamatkannya.Â
Dokter yang biasa menangani anabul kami juga belum on HP karena memang masih lumayan pagi. Itulah sebabnya kami tak ingin menyia-nyiakan waktu dengan mengatasi ini sebisa kami.