Tak dapat dipungkiri, hampir semua orang di dunia merasakan dampak pandemi yang hingga hari ini masih terus menghantam keseharian kita. Menghadapi kondisi demikian, jangan lupa seimbangkan diri dengan refreshing, mungkin bisa ke pantai, gunung, atau ke suatu tempat yang dirasa masih aman dari kerumunan.
Saya akan berbagi sedikit cerita tentang sebuah tempat, dimana ini membuat saya rindu akan rumah simbah di desa dengan suasana hijaunya. Ini adalah sebuah cerita tentang sebuah bangunan dengan kemasan joglo lawas yang menyambut kedatangan saya dan kawan-kawan sore itu, masih dalam suasana tahun baru.Â
Pintu masuknya klasik banget, dipenuhi dengan rongga-rongga khas gaya jadul yang penuh filosofi. Bangunan ini dulunya dimiliki oleh pasangan suami isteri di kisaran tahun 1850-an, dan kini telah dihuni oleh generasi ke-4.
Jika awalnya tempat ini hanya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal juga beberapa aktivitas sosial untuk kampung, kini bangunan yang kental dengan nuansa Jawa ini bisa dinikmati oleh semua orang yang ingin singgah, ya sekalian ngopi sambil menikmati aneka kudapan tradisional.
Nah, siapapun boleh melabeli ini sebagai tempat nongkrong vintage, sentra jajanan pasar, warung kopi jadoel, warung masakan simbah, atau apalah yang cocok disematkan untuk tempat ini. Gimana gaes, hawa-hawa rindu masakan jadul sudah mulai terasa sampai disini? Hihihi...
Warung Kopi Lumbung Mataram Sajikan Nuansa dan Masakan "Ndeso"Â
Di area dengan luas kira-kira 1 hektar ini berdiri beberapa bangunan original, yaitu pendopo joglo seperti yang telah disampaikan di atas juga beberapa rumah yang masih dimiliki oleh satu keluarga.Â
Ada pula area luar pendopo, berupa lahan kosong yang berdiri beberapa pohon besar, juga area di sisi lainnya yang ditanami beberapa bibit pohon setelah mendapat bantuan Dana Keistimewaan DIY.