Filosofi laron inilah yang dijadikan dasar untuk SRC dalam melancarkan pendampingan untuk para pengusaha toko kelontong yang ingin berkembang. Sistem usaha RBT ditetapkan, dimana ruang usaha diwajibkan untuk tertata Rapi, Bersih dan Terang. Bagaimana efek dari desain interior usaha yang mengaplikasikan filosofi ini? Luar biasa hasilnya :)
Ia sangat memegang teguh filosofi laron, dimana tempat usaha yang bersih dan terang akan mudah menarik konsumen untuk datang. Beras sekarung yang dulunya habis dalam waktu seminggu, kini dalam satu hari sudah ludes diborong konsumen. Tak hanya itu, pelaku usaha yang aktif ikut pertemuan paguyuban SRC tiap bulannya ini juga harus menyediakan stok mie instan 2-3 kali lipat lebih banyak karena permintaan konsumen meningkat.
"Pojok Lokal" Tampung Produk UKM Warga Sekitar
Dari setiap toko kelontong berlabel SRC, konsumen juga akan menemukan rak bertuliskan "Pojok lokal. Apa itu? Nah, ini merupakan rak khusus yang menawarkan produk-produk rumahan hasil UKM warga sekitar dalam paket lengkap SRC.
Kebetulan beberapa toko yang saya kunjungi kemarin kebanyakan memajang produk makanan, walaupun di tempat lain kita bisa menemukan sabun, pupuk ataupun produk lain dalam kategori home industries.
Nah, disinilah saya mengerti bahwa SRC tak hanya memberikan bimbingan bisnis kepada toko kelontong, namun juga menggandeng pelaku UKM untuk mendapatkan market yang lebih besar untuk produknya.
Apa saja Keuntungan Ikut Program SRC?Â
Nah, kira-kira sudah bisa memahami ya bahwa program SRC ini benar-benar membantu para pedagang retail untuk melambungkan bisnisnya. Pengalaman manis tentu mereka dapatkan bertubi-tubi, hingga banyak ilmu bisnis yang mereka sebut "mahal" yang pada akhirnya mengubah mindset jualan mereka secara lebih baik.
Biar gak penasaran, yuk kepoin pengalaman manis mereka sejak bergabung dengan SRC.
1. Pendampingan Usaha dan Ekspansi Bisnis
Ibu Bertarina Wati, atau yang sering disapa akrab dengan nama Bu Rina menuturkan bahwa belasan tahun ia berbinis brambang goreng, banyak sekali suka duka yang ia rasakan. Bertahun-tahun ia menitipkan produknya ke warung-warung kecil dengan kemasan rentengan. Namun belum juga ia bisa menabung untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Sekalipun sering diremehkan tetangga juga sempat tertipu Rp. 15 juta, semangat juangnya tak pernah pudar hingga Tuhan mempertemukannya dengan SRC. Kini, kemasan produknya makin menarik, memiliki label produk, dan brambang gorengnya sudah terbang hingga ke Surabaya, Jakarta dan sebentar lagi Karawang.