Malioboro? Hampir setiap hari saya jatuh cinta padanya. Sebagai teras budaya keistimewaan Yogyakarta, penataan kawasan Malioboro selalu membuat saya kagum. Apalagi saat kawasan ini memberi ruang bagi para pejalan kaki, mengembangkan fasilitas ramah disabilitas serta meminimalkan kendaraan tanpa mesin.
Nah, berbicara tentang peminimalan kendaraan tanpa mesin, pemerintah kota Jogja rupanya mulai melakukan uji coba melalui program "Selasa Wage". Sebuah momen clear area di sepanjang jalan Malioboro, dimana kawasan ini bersih dari kendaraan bermotor (kecuali Bus Trans Jogja) serta Pedagang Kaki Lima (PKL).
Tahu sendiri kan kalau Malioboro itu tak pernah sepi pengunjung. Mana ada waktu bagi para PKL untuk beristirahat? Nah, inilah waktunya :)
27 Agustus 2019 menjadi momen "Selasa Wage" yang ke-3 setelah sebelumnya sukses diselenggarakan atas kerjasama berbagai pihak. Boleh lah, ini disebut car free day-nya Malioboro, secara hanya pejalan kaki yang bebas berekspresi di area yang memiliki nilai filosofis ini.
Saya pribadi sudah dua kali menikmati "Selasa Wage" dengan keunikannya masing-masing. Dan kemarin, saya benar-benar bisa "gulung-gulung" di jalanan Malioboro sambil bercanda ria bareng teman-teman yang juga ingin menikmati nuansanya. Â
Bukan anak milenial jika tak mengabadikan momen ini melalui ponsel pintarnya. Beragam lensa kamera beraksi, membidik ke beberapa sudut favorit, bahkan tertuju pada "foto model" dadakan dengan beragam gaya centilnya.
Tak hanya itu, aksi kocak beberapa orang juga sempat bikin geleng-geleng kepala, misalnya bergaya di depan tenda camping yang sengaja digelar di tengah jalan Malioboro. Hahaha.... Â
Nah, hati-hati juga ya jika ingin menyebrang jalan karena banyak pengendara kendaraan bermotor yang berlagak "raja jalanan". Ehmm, agak mengkhawatirkan sih karena area ini kan dipadati wisatawan juga. Yuk ah tertib demi kenyamanan bersama.
Saat duduk-duduk di kursi taman Malioboro, saya melihat keceriaan satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu serta dua anaknya, laki-laki dan perempuan.
Tampak girang, mereka sepertinya sengaja meluangkan waktu untuk berlibur ke Jogja. "Apa Pah namanya tadi?", tanya anak laki-laki sambil asik mainan smartphone-nya. Lalu sambil sibuk ber-selfie bareng anak gadisnya, si bapak menjawab, "Selasa Wage yaa....".
Lega juga saya mendengarnya. Jadi, seorang kawan sempat mengkhawatirkan tentang momen "Selasa Wage" ini. Orang Jogja mah seneng-seneng aja ya kalau Malioboro sepi, tapi bagaimana dengan wisatawan yang datang dari luar kota bahkan mancanegara? Apakah sesuai ekspektasi mereka bahwa Malioboro yang mendunia sebagai sentra belanja, hiburan dan budaya ini, kini justru "membisu" saat dikunjungi?.
Saya acungi jempol untuk pemerintah kota Jogja serta masyarakat lokal yang tak lelah mengkampanyekan "Selasa Wage" sebagai perhelatan unik karena Malioboro justru sangat asyik dikunjungi. What? Apa menariknya sih?
Para Pedagang Kaki Lima (PKL) Kerja Bakti di Sepanjang MalioboroÂ
Nah, ini yang ditunggu-tunggu. Jadi, "Selasa Wage" gak dibiarkan lengang begitu saja oleh Pemerintah Daerah kota Jogja. Beragam hiburan menarik disuguhkan di setiap sudutnya sehingga banyak kejutan yang bisa dinikmati.
Secara resmi, hiburan seni dan budaya Malioboro "Selasa Wage" ini direncanakan mulai jam 10.00 hingga 22.00 WIB.
Paginya gak ada acara? Jangan salah, Paguyuban PKL Malioboro justru memulai aksi sosial mereka sekalipun itu hari libur. Ya, mereka melakukan kerja bakti bersama agar Malioboro lebih bersih, dimulai dengan memunguti sampah-sampah liar, menyapu jalanan hingga menyirami tanaman-tanaman sebagai penghijau kawasan ini.
Hiburan menariknya apa saja sih? Kebetulan kemarin saya menyusuri kawasan Malioboro dari ujung ke ujung sehingga bisa menikmati suguhan acara menarik di setiap sudutnya.
Saya sempat menyaksikan audisi Bintang radio RRI, dimana evennya bisa dilihat langsung oleh orang yang melintas. Pesertanya banyak dan langsung dinilai oleh juri yang ditunjuk. Wah, lumayan bikin grogi juga sih. :D
Adiningrat Batik dan Sellie Coffee yang ada di sebelah gapura Dagen juga menyajikan hiburan musik akustikan yang  asyik & memikat banyak pejalan kaki.
Beneran deh, bikin merinding karena mereka berkostum sebagai tentara Belanda dan TNI yang berjuang melawan penjajah. Uniknya, di pos sejarah ini kita bisa berfoto ria dengan kostum-kostum perjuangan tanpa dipungut biaya, loh.
Berkostum kebaya lengkap dengan nuansa merah putih, aksi mereka sukses menarik perhatian banyak pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan dari luar.
Pastinya, momen "Selasa Wage" akan selalu dirindukan banyak orang. Kamu dan gebetan belum sempat menikmati? Tenang, tunggu 1 Oktober mendatang ya, ada banyak kejutan yang lebih dahsyat :D Â
Riana Dewie
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI