Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kembalinya Puluhan Naskah Keraton Yogyakarta yang Dulu Dijarah Raffles

3 April 2019   06:00 Diperbarui: 3 April 2019   12:43 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Naskah Keraton (foto manuskrip di Museum Sonobudoyo Yogyakarta - dok.pri)

Naskahnya sendiri disusun dari kertas-kertas berbahan agak tebal dan katanya sih masing-masing naskah ada watermark, dimana ini sebagai identitas kapan naskah ini dibuat. Saya sih gak bisa intip ya, secara dikemas manis dalam kotak kaca yang besar. Hihihi...

Untuk warna naskahnya, rata-rata memiliki warna putih ke arah buram, atau ada pula yang krem. Saya kurang paham, apakah warna ini terbentuk karena terlalu lama disimpan (usang) atau memang sudah seperti ini dari aslinya. 

Untuk isi teksnya, sebagian besar dipenuhi dengan aksara Jawa yang mayoritas digores dengan tinta warna hitam. Untuk ukuran dan tebal naskah memang bervariasi, mulai dari ukuran kecil hingga besar terpajang di sana.

Nah, beberapa naskah yang saya lihat juga mengandung keindahan, loh. Ada yang tahu kenapa? Karena sebagian tulisan di tiap lembarnya ada yang dihiasi dengan bingkai ornamen yang mungkin memiliki filosofi tertentu (saya belum memahami maknanya secara detail). 

Jujur, saya merasa senang dan bangga menjadi bagian dari generasi milenial yang masih berkesempatan untuk menyaksikan peninggalan bersejarah ini.

Setiap naskah yang dipamerkan dilengkapi dengan informasi singkat, dimana rata-rata berisi judul naskah, inti dari isi naskah, jumlah halaman, tahun terbit serta perpustakaan yang mengoleksi. Nah, jika dilihat dari tahun terbitnya, naskah-naskah bersejarah ini berasal dari periode yang tak sama.

Sastra Babad adalah salah satu yang menarik perhatian saya. Beberapa jenis Babad yang dipajang adalah Babad Ngayogyakarta: Hamengku Buwono l dumugi Hamengku Buwono III (1817), Babad Giyanti dumugi Geger Inggrisan Jumenengan HB l (1847), Babad Ngayogyokarta: Hamengku Buwono V, VI, VIl, VIll, hingga serat bercerita pewayangan, seperti Serat Bratayudha dan Serat Ariunasasrabahu.

Sebanyak 24 koleksi manuskrip asli Keraton Yogyakarta juga dipamerkan, disamping naskah seni pertunjukan yang berkembang pada masa Sultan HB VIl, seperti Serat Kandha Ringgit Tiyang: Lampahan Semar Bayong, Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi, serta Serat Pakem Wirama. 

Wah, beragam ya naskahnya, rugi loh kalau gak intip koleksinya. Kan gak tiap hari dipajang di Keraton.

Yuk Hadiri Pameran Naskah Keraton Sekarang

Nah, buat kamu para pecinta budaya dan sejarah, harus banget nih datang ke acara pameran manuskrip di Keraton. Akan ada banyak ilmu yang bakal didapat, terutama alur cerita mulai dari terjadinya peristiwa Geger Sapehi, penjarahan naskah Keraton hingga naskah-naskah ini kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun