Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

5 Pesan Joko Pinurbo tentang Menulis Puisi di Festival Patjar Merah

6 Maret 2019   21:46 Diperbarui: 8 Maret 2019   06:33 2169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Joko Pinurbo (berdiri) dan Fx. Rudy Gunawan (duduk) - Dok.Pri
Joko Pinurbo (berdiri) dan Fx. Rudy Gunawan (duduk) - Dok.Pri
Puisi itu terdiri dari 25% draft dan 75% penyuntingan
Nah, sebelum lokakarya ini dimulai, para peserta diminta mengirimkan puisi untuk "dibedah" bersama-sama saat acara. Namun hanya beberapa saja, mengingat waktu yang sangat terbatas.

Ia menegaskan, seorang penyair akan menghasilkan karya dengan proses unik, yaitu 25% membuat draft dan 75% menyuntingnya. Di sanalah seni berpuisi akan terasa.

Baginya, menulis puisi itu menantang tapi asyik, dan melalui penyuntingan ini, ia akan menunjukkan asyiknya di bagian mana. Singkat cerita, dipilihlah sebuah puisi berjudul "BANGKU CINTA", karya seorang peserta namun tak disebutkan namanya. Berikut puisinya:

Sudah terlalu lama
Kita duduk di bangku yang sama
Dengan aku menghadap belakang
Dan kau menghadap depan
Sampai-sampai kita saling lupa rupa. 

Menurut Jokpin, puisi ini "mahal" karena menggunakan kata-kata indah, apalagi menulis puisi pendek bukanlah pekerjaan mudah.

Walau begitu, ia mengatakan bahwa karya ini akan memiliki nilai yang lebih tinggi apabila disunting di beberapa bagian; bisa menggantinya dengan kata lain yang lebih dalam atau mengubahnya dengan kata yang lebih efektif. Baginya, mengutak-atik puisi adalah hal menyenangkan apalagi akan membuat puisi lebih sempurna.

Setelah 20 menit berjalan, didapatlah "BANGKU CINTA" versi baru ala Jokpin:

Sudah terlalu lama
Kita duduk di bangku yang sama
Aku menghadap barat, kau menghadap timur
Kita saling lupa rupa

Bagaimana menurut kamu? Terasa lebih enak dibaca bukan?

Nah, Jokpin mengharapkan agar para penulis masa kini dapat menjalani proses kreatif penyuntingan puisi ini dengan sabar. Tentu saja demi menghasilkan puisi yang lebih bagus. 

Beberapa buku yang dijual paketan di Festival Patjar Merah (Dok.Pri)
Beberapa buku yang dijual paketan di Festival Patjar Merah (Dok.Pri)
Puisi harus visual, memberi gambaran konkrit
Masih di acara lokakarya Festival Patjar Merah, Jokpin beralih ke puisi lain untuk dilakukan penyuntingan. Sebuah puisi panjang memenuhi kertas, yang jelas lebih ruwet dari puisi pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun