Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Keluarga Cemara", Pengobat Rindu untuk Keluarga di Rumah

4 Januari 2019   11:12 Diperbarui: 5 Januari 2019   17:58 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KI-Ka: Yandi Laurenz, Zara JKT48 dan Ringgo Agus Rahmat saat meet & greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)

Keluarga, sebagian orang menjadikannya "rumah" untuk memadukan hati dan menciptakan nuansa manis. Ya, siapa yang tak ingin membuat keluarganya bahagia, terlebih oleh seorang kepala keluarga. Inilah sebuah kisah lama yang dikemas dalam nuansa baru. "Film ini seperti punya formula untuk menampar kita sebagai laki-laki agar selalu ingat keluarga...", ungkap Ringgo, pemeran Abah dalam film "Keluarga Cemara".

Masih ingat tayangan Keluarga Cemara di televisi? Saat saya kira-kira masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sinetron yang diproduksi oleh Atmo Productions ini memang menjadi ikon keharmonisan keluarga Indonesia. Pasalnya, kesederhanaan hidup Abah, Emak, Euis dan Ara ini tampak jelas hingga dianggap sebagai tayangan yang edukatif di era 90-an. 

Saya pun suka, sekalipun hanya mengekor bapak ibu yang secara rutin menikmati tayangan ini. Nah, kejutan dihadirkan kembali. Disulap menjadi tayangan layar lebar, film ini didedikasikan kepada seluruh keluarga Indonesia agar menghayati makna "kasih" dalam keluarga. Seakan mengobati rindu akan sinetron fenomenal ini, saya pun ikut ambil bagian untuk sikat beberapa kursi teater menonton bersama teman-teman.

Penasaran? Yuk intip trailernya: 

Titik Tersulit Pemain dalam Film Keluarga Cemara

Dalam acara Meet & Greet Keluarga Cemara di Atrium Plaza Ambarrukmo kemarin (04/01/19) bersama dua pemainnya, yaitu Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, juga Zara JKT 48 sebagai Euis, saya pun dibuat berdecak kagum dengan pengalaman mereka. Sementara pemeran Emak, Nirina Zubir dan juga si imut Ara, Widuri Putri Sasono, tak tampak karena menghadiri meet & greet di kota lainnya.

Bagi mereka, sebuah kehormatan besar bisa terpilih menjadi pemain dalam film hasil remake sinetron yang berakhir di sekitar tahun 2005 ini. Masing-masing mengaku memiliki tanggung jawab yang besar saat memerankan tokoh di film bergenre drama ini.

Bagaimana tidak, di masa lalu Keluarga Cemara sukses menarik hati para penontonnya. Emosi serasa diaduk-aduk, ada rasa bahagia, sedih, kecewa, susah, marah dsb. Ya, semua memang berkiblat dari fenomena nyata kehidupan berkeluarga.

KI-Ka: Yandi Laurenz, Zara JKT48 dan Ringgo Agus Rahmat saat meet & greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
KI-Ka: Yandi Laurenz, Zara JKT48 dan Ringgo Agus Rahmat saat meet & greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
Cobaan pasti ada, dan film ini mencoba mengangkat berberapa permasalahan dalam rumah tangga serta solusi yang diberikan untuk mengambalikan hubungan.

Ringgo mengatakan bahwa berakting dalam film ini bukanlah hal mudah. "Bagaimana saya terlihat seperti Abah, yaitu dapat mengantar rasa yang tepat ke penontonnya". Tak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa di film ini, ia berusaha memainkan sosok bapak bijaksana. "Menjadi sosok bapak-bapak, dimana saat ia punya anak dan istri bisa menjadi bapak (kepala keluarga) yang baik", pungkasnya.

Tak hanya Ringgo, Zara pun sempat mengalami kegalauan saat hendak memainkan sosok Euis. "Takut gak bisa memenuhi harapan penonton", ungkapnya. Menjadi film perdana yang dibintanginya cukup menjadi alasan kedua mengapa ia masih ragu dengan kemampuannya.

Namun dengan tekadnya yang tinggi untuk mendalami karakter Euis, akhirnya ia berhasil memainkan tokoh Euis dengan sangat baik. Bahkan Ringgo tak segan memberikan pujian kepada Zara karena aktingnya yang luar sukses membuat penonton berderai air mata, termasuk dirinya.

Keramaian Saat Meet & Greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
Keramaian Saat Meet & Greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
Jangan Lupa Bawa Tissue Saat Menonton Film ini

Memutuskan untuk menonton film ini berarti kamu sudah harus mempersiapkan konsekuensinya, yaitu merasakan emosi yang campur aduk mulai pertama hingga bagian terakhir. Saya pun merasakan hal sama, hati teriris kala melihat konflik dalam keluarga Abah. Berbagai masalah hadir seiring berjalannya kisah, mulai dari masalah perbedaan prinsip, pendidikan, sosial, kemanusiaan dsb.

Sekuat-kuatnya saya untuk menahan tangis, toh akhirnya air mata menetes juga. Teman-teman yang duduk sederet dengan saya pun tampak mengusap air mata berkali-kali, tanda bahwa mereka hanyut dalam kisah keluarga yang mengharukan ini. Jalan terjal kehidupan disuguhkan, mulai dari kondisi kehidupan mapan hingga akhirnya terpuruk karena masalah ekonomi. Nah, disanalah masalah terjadi.

Sebagai refleksi dan edukasi kehidupan, itulah benang merah yang bisa saya simpulkan dari film berdurasi kurang lebih 120 menit ini. Bagi saya pribadi, film ini mengandung unsur "kasih" yang begitu besar. Kasih orangtua kepada anak, kasih anak kepada orangtua serta kasih kita kepada sesama dan Tuhan.

Juga, unsur "syukur" juga tampak di film ini, dimana setiap bagian dalam kehidupan mampu dihadapi bersama-sama, walau harus melawat rasa sakit, egois dan hal negatif lainnya.

Keluarga Cemara (sumber: twitter @filmkelcemara)
Keluarga Cemara (sumber: twitter @filmkelcemara)
Bagaimana Pendapat Mereka? 

Nah, itu testimoni dari saya pribadi. Ada juga pengalaman mereka yang telah menonton film ini dan merasakan keharuan yang luar biasa. Adit, seorang kepala keluarga yang bekerja di Papua, sementara istri dan anaknya tinggal di Jogja, mengatakan hanyut dalam cerita film ini.

"Bagus banget. Saya tinggal jauh dari keluarga. Saya di Papua, keluarga di Jogja. Kebetulan ayah saya sudah meninggal, bener-bener sedih...", ungkapnya saat acara meet & greet. Bahkan, ia bersama istri menitikkan air mata saat menemukan adegan sedih di film ini. "Saya suka nonton film, tapi baru kali ini bisa nangis", pungkasnya dengan penuh haru.

Andi (baju hitam) mengungkap rasa haru usai menonton film Keluarga Cemara (Dok.Pri)
Andi (baju hitam) mengungkap rasa haru usai menonton film Keluarga Cemara (Dok.Pri)
Beda lagi dengan Ara, seorang mahasiswi yang kuliah di Jogja. Ia merasakan kerinduan yang luar biasa kepada keluarganya di luar pulau saat mengetahui adanya film ini. Hidup di perantauan, tentu menghadirkan drama kehidupan yang tak mudah baginya.

"Nonton traillernya saja sudah bikin saya nangis-nangis. Harus banget nonton filmnya, karena itu obat rindu untuk keluarga di rumah", tegasnya dengan semangat. 

***

Nah, itulah pengalaman menarik saya usai menonton film Keluarga Cemara. Pastinya, gak akan rugi deh menonton film ini. Justru kepuasan hati bisa didapat usai menikmatinya, utamanya adalah semakin cinta kepada keluarga.

Film ini juga mengangkat hashtag #KembalikeKeluarga di media sosial. Apa artinya? Nah, sang sutradara film ini, Yandy Laurens, mengungkapkan bahwa tagline yang diusung yaitu harta yang paling berharga adalah keluarga, seperti lirik dari soundtrack film ini. Padahal tak dapat dipungkiri, masyarakat zaman sekarang kebanyakan menghabiskan waktu untuk mencari nafkah.

Film yang diproduksi oleh Visinema Pictures ini bukan untuk menegaskan bahwa keluarga penting, sedangkan harta tidak penting. Namun, ia mengandung sebuah nilai hidup, bahwa nikmatilah hasil kerjamu bersama keluarga, karena disitulah harta dapat termanfaatkan dengan lebih baik.

Tiket Nonton Keluarga Cemara saat tayang perdana di Jogja (Dok.Pri)
Tiket Nonton Keluarga Cemara saat tayang perdana di Jogja (Dok.Pri)
Ingin mendapatkan energi positif dalam menjalani kehidupan bersama keluarga? Yuk nonton Keluarga Cemara.
Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun