Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Keluarga Cemara", Pengobat Rindu untuk Keluarga di Rumah

4 Januari 2019   11:12 Diperbarui: 5 Januari 2019   17:58 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andi (baju hitam) mengungkap rasa haru usai menonton film Keluarga Cemara (Dok.Pri)

Namun dengan tekadnya yang tinggi untuk mendalami karakter Euis, akhirnya ia berhasil memainkan tokoh Euis dengan sangat baik. Bahkan Ringgo tak segan memberikan pujian kepada Zara karena aktingnya yang luar sukses membuat penonton berderai air mata, termasuk dirinya.

Keramaian Saat Meet & Greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
Keramaian Saat Meet & Greet Keluarga Cemara di Jogja (Dok.Pri)
Jangan Lupa Bawa Tissue Saat Menonton Film ini

Memutuskan untuk menonton film ini berarti kamu sudah harus mempersiapkan konsekuensinya, yaitu merasakan emosi yang campur aduk mulai pertama hingga bagian terakhir. Saya pun merasakan hal sama, hati teriris kala melihat konflik dalam keluarga Abah. Berbagai masalah hadir seiring berjalannya kisah, mulai dari masalah perbedaan prinsip, pendidikan, sosial, kemanusiaan dsb.

Sekuat-kuatnya saya untuk menahan tangis, toh akhirnya air mata menetes juga. Teman-teman yang duduk sederet dengan saya pun tampak mengusap air mata berkali-kali, tanda bahwa mereka hanyut dalam kisah keluarga yang mengharukan ini. Jalan terjal kehidupan disuguhkan, mulai dari kondisi kehidupan mapan hingga akhirnya terpuruk karena masalah ekonomi. Nah, disanalah masalah terjadi.

Sebagai refleksi dan edukasi kehidupan, itulah benang merah yang bisa saya simpulkan dari film berdurasi kurang lebih 120 menit ini. Bagi saya pribadi, film ini mengandung unsur "kasih" yang begitu besar. Kasih orangtua kepada anak, kasih anak kepada orangtua serta kasih kita kepada sesama dan Tuhan.

Juga, unsur "syukur" juga tampak di film ini, dimana setiap bagian dalam kehidupan mampu dihadapi bersama-sama, walau harus melawat rasa sakit, egois dan hal negatif lainnya.

Keluarga Cemara (sumber: twitter @filmkelcemara)
Keluarga Cemara (sumber: twitter @filmkelcemara)
Bagaimana Pendapat Mereka? 

Nah, itu testimoni dari saya pribadi. Ada juga pengalaman mereka yang telah menonton film ini dan merasakan keharuan yang luar biasa. Adit, seorang kepala keluarga yang bekerja di Papua, sementara istri dan anaknya tinggal di Jogja, mengatakan hanyut dalam cerita film ini.

"Bagus banget. Saya tinggal jauh dari keluarga. Saya di Papua, keluarga di Jogja. Kebetulan ayah saya sudah meninggal, bener-bener sedih...", ungkapnya saat acara meet & greet. Bahkan, ia bersama istri menitikkan air mata saat menemukan adegan sedih di film ini. "Saya suka nonton film, tapi baru kali ini bisa nangis", pungkasnya dengan penuh haru.

Andi (baju hitam) mengungkap rasa haru usai menonton film Keluarga Cemara (Dok.Pri)
Andi (baju hitam) mengungkap rasa haru usai menonton film Keluarga Cemara (Dok.Pri)
Beda lagi dengan Ara, seorang mahasiswi yang kuliah di Jogja. Ia merasakan kerinduan yang luar biasa kepada keluarganya di luar pulau saat mengetahui adanya film ini. Hidup di perantauan, tentu menghadirkan drama kehidupan yang tak mudah baginya.

"Nonton traillernya saja sudah bikin saya nangis-nangis. Harus banget nonton filmnya, karena itu obat rindu untuk keluarga di rumah", tegasnya dengan semangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun