Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Polowijan, Sudah "Diuwongke" Sejak Zaman Dulu

31 Oktober 2018   23:57 Diperbarui: 1 November 2018   07:04 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Lokakarya bertema 'Agama, Budaya dan DIfabel'

Ia pun sebagai penulis buku "Difabel dari Kacamata Budaya Jawa" yang memberikan persepktif baru tentang kaum difabel. Kang Herman menyebut para penyandang disabilitas di masa lalu dengan istilah 'Polowijan'.

Ini semacam kosakata unik dan baginya hanya muncul dalam nalar eksotik Jawa ataupun Nusantara. Kaum difabel di masa lalu memiliki kontribusi dalam membangun negeri karena mereka dihargai oleh masyarakat pada umumnya.

Menariknya lagi, mungkin dari sekian banyak orang belum mengetahui bahwa mereka merupakan pengiring kesayangan Raja Jawa zaman dulu. Wow.

Mengikuti event menarik ini, saya menemukan beberapa benang merah tentang perkembangan polowijan yang ada di Indonesia. Inilah oleh-oleh saya. 

1. Kaum Difabel sudah 'diuwongke' (dihargai/dianggap ada) sejak dulu

Betul sekali. Polowijan telah diakui keberadaan sejak zaman dulu. Kita pasti mengetahui bahwa masyarakat Indonesia yang beranekaragam memiliki kearifan lokal terkait disabilitas, tak terkecuali Jawa. Khusus kota Jogja sendiri, Bergodo Polowijan sudah divakumkan sejak sekitar 20 tahun lalu, sejak Sri Sultan HB IX menjabat.

Menilik sejarah masa lalu, sejak tahun 1755, bahkan saat Kraton Jogja belum berdiri, semua Kraton di Jawa memiliki bergodo Polowijan alias Bergodo Cebolan alias Bergodo Panakawan. Nah, bukti kecil bahwa kaum disabilitas di Indonesia sangat dihargai keberadaannya di masa lalu.

Suasana Lokakarya bertema 'Agama, Budaya dan DIfabel'
Suasana Lokakarya bertema 'Agama, Budaya dan DIfabel'
2. Polowijan, Disayangi Raja-raja Jawa di Masa Lalu

Indonesia memang hebat dalam memberikan penghargaan terhadap kaum difabel. Saking mendapatkan tempat di hati para raja, bahkan mereka difasilitasi Ndalem Polowijan, disamping pemangku Palawijan. Setiap kali ada event kerajaan, mereka selalu berada pada baris paling depan, baru disusul prajurit lainnya.

Tak hanya itu, saat Raja atau Ratu membutuhkan nasihat atau solusi, kaum Polowijan adalah yang pertama dimintai pendapat. Ini karena raja menganggap mereka memiliki kelebihan, dibalik kekurangan fisik yang terlihat.

Difabel dalam struktur masyarakat zaman dulu memiliki peran yang sama dengan tanaman palawija, yaitu 'minangkani' atau memenuhi kebutuhan orang lain. Ini adalah satu nilai berharga yang harus kita pegang hingga sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun