Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hear Art", Pesta Seni untuk Angkat Seniman Muda Jogja

31 Maret 2018   21:54 Diperbarui: 31 Maret 2018   23:47 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspira Roasters GAIA Cosmo Hotel (Dok.Pri)

Banyak orang berpikir bahwa berbicara adalah cara untuk membuktikan bahwa kita pintar. Memang benar, secara kuantitas informasi mungkin tersampaikan ke orang lain, namun dari segi kualitas belum tentu. Padahal, cara paling efektif untuk memberikan informasi yang tepat kepada orang lain adalah dengan 'mendengarkan'. Di sini, kita akan lebih kaya akan informasi, karena secara perlahan kita jadi tahu tentang apa yang sebenarnya mereka cari, apa yang mereka sukai. Seperti lima aktor seni muda berikut ini, mereka awalnya memberikan perhatian yang lebih kepada dunia sekitarnya (mendengarkan), mencoba meresapi, berpikir, menganalisis kejadian, menarik sebuah kesimpulan logis, hingga akhirnya terwujudlah karya unik yang bisa kita nikmati dalam kemasan GAIA Art Movement: Hear Art.

Menurut Eric Aryanto, seni adalah kegiatan rohani atau aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain yang melihat atau mendengarkannya. Tentu, setiap orang bisa menginterpretasikan ini sesuai dengan opini masing-masing. Ada yang menilai seni dari bentuknya, ada yang dari warnanya, dari gerakannya, dari aromanya, dari volumenya dan sebagainya.

Oleh karenanya, kita tak bisa memaksakan orang lain saat menilai sebuah seni. Bisa jadi yang menurut kita indah, bagi dia biasa saja. Merujuk pada tema 'hear art' yang diangkat oleh GAIA Cosmo Hotel dalam pesta seninya, sepertinya saya mulai sepakat, yaitu bahwa kita harus belajar mendengarkan seni itu sendiri sehingga menerima makna yang tersirat dari karya ini, bukan justru mendebatkan perbedaan nilai yang diterima secara personal.

Apresiasi untuk Lima Seniman Muda Berbakat

Kembali gelaran event seni 'GAIA Movement Art' ini diselenggarakan, dimana karya lima seniman muda berbakat asal Jogja ini sudah bisa kita nikmati di setiap sudut ruang GAIA Cosmo Hotel. Lagi-lagi saya dibuat takjub saat memandang karya 'mahal' mereka, karena yang saya tahu, mereka ditantang untuk membuat karya gila-gilaan dalam kurun waktu yang lumayan singkat, yaitu sekitar 2-3 bulan saja.

Apri Susanto, Dery Pratama, Dedy Shofianto, Ludira Yudha, dan Ivan Bestari kembali menyapa ramah para awak media dan para tamu dari luar yang ingin ikut serta menghirup aroma seni yang tak biasa serta memberikan nuansa 'berbeda' di area ini. Ya, memang berbeda. Karya mereka ini sebelumnya belum pernah dipublikasikan. Andai mereka sempat membuat karya mirip di masa lalu, tentu energi yang menyelimuti karya seni yang dipamerkan ini jauh lebih kuat.

Kelima seniman mencoba menuangkan perasaan dalam wujud kreativitas masing-masing, baik itu dalam bentuk rupa, gerak maupun beberapa unsur keindahan hingga akhirnya mempengaruhi perasaan orang yang melihatnya. Dery Pratama sukses mewujudkan karya mirip bantal berbahan metal, begitupun Dedy Shofianto sukses  membuat karya kinetik berbentuk angsa. 

Lain lagi dengan Ivan Bestari yang menyulap serpihan kaca menjadi karya seni yang indah, tak jauh beda dengan Apri Susanto yang memperindah tepi kolam renang dengan gelang-gelang keramiknya. Terakhir, Ludira Yudha juga sukses merangkai lebih dari 200 kg kawat demi mewujudkan karya berbentuk umbi-umbian yang menurut imajinasi saya, proses pembuatannya begitu 'ruwet'. Hehe....

Mereka ungkapkan karya yang mengandung unsur 'mother of earth', dimana ini sekaligus menjadi kampanye untuk terus mengingat tentang 'bumi' yang senantiasa harus kita lestarikan. Tak hanya itu, desain interior dari GAIA Cosmo Hotel ini sendiri secara keseluruhan juga mengandung folosofi tentang 'alam'.  

Seni yang 'Fungsional' ala GAIA Cosmo Hotel Jogja

Beruntung, saya adalah salah satu rekan media yang diundang oleh GAIA Cosmo Hotel pada 24 Maret 2018 lalu untuk mengikuti berbagai rangkaian acara seni, yaitu mulai dari sesi workshop, Hotel Design & Art Tour, Artist Talk (ngobrol-ngobrol dengan seniman) serta Expert Discussion. Banyak informasi yang saya dapatkan terkait acara ini, terutama tentang seni yang fungsional. Seni akan lebih bermanfaat saat ia tak berdiri hanya sebagai seni yang dikatakan 'indah' oleh penikmatnya, namun ia memberi manfaat bagi manusia. Disinilah sebuah karya seni memiliki nilai yang tak terhingga.

Usai touring hingga mendengarkan pengalaman berharga para seniman, ada beberapa hal yang bisa saya ringkas tentang seni yang dimiliki oleh GAIA Cosmo Hotel Yogyakarta.

1. Mengangkat Karya yang 'Ergonomis'

Karya yang ergonomis artinya bahwa karya tersebut dapat memberikan kenyamanan bagi penikmat atau penggunanya. Saya jadi ingat dengan karya angsa kinetik milik Dedy Shofianto. Ia memajang karyanya tepat setelah tangga naik di bagian lobi hotel. Ini sangat menarik karena karyanya sensitif terhadap getaran.

Saat Staf Hotel GAIA menjelaskan tentang karya angsa kinetik (Dok.Pri)
Saat Staf Hotel GAIA menjelaskan tentang karya angsa kinetik (Dok.Pri)
Jika dilihat dari jauh, angsanya hanya semacam benda kriya yang terpajang anggun di tembok. Namun saat kita mendekatinya, ia otomatis menerima respon getaran hingga bergerak menyerupai angsa yang mengepakkan sayapnya. Karya ini memiliki sifat ergonomis karena sang seniman sudah memperhitungkan bahwa gerakan angsa karyanya ini tidak akan mengganggu jalan para tamu atau pengunjung hotel. Justru ini akan menyiratkan kesan dinamis desain interior GAIA Cosmo Hotel Jogja. 

Workshop membuat aksesoris kayu aa Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Workshop membuat aksesoris kayu aa Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Dari yang saya amati, karya ini sukses menarik perhatian para tamu saat melewatinya. 90% orang pasti berhenti didepannya saat melewati instalasi unik ini. Saya juga salah satu korbannya :D  

2. Seni yang mengandung 'Keluwesan'

Desain gari-garis pada dinding kaca GAIA Cosmo Hotel (Dok.Pri)
Desain gari-garis pada dinding kaca GAIA Cosmo Hotel (Dok.Pri)
Nah, GAIA Cosmo Hotel juga tampak menerapkan 'keluwesan' saat menanamkan seni pada beberapa desain interiornya. Ada desain bentuk garis saat menuju lobi hotel dan garis-garis tersebut ternyata mengangkat filosofi 'gamelan' Jogja. Jadi, garis-garisnya ada yang renggang dimana mengandung arti pola yang melambat, ada pula yang garisnya dempet yang mencerminkan pola cepat. Dari hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa GAIA cosmo hotel menerapkan fleksibilitas dalam memberikan pelayanan maksimal kepada tamu sesuai dengan permintaan.

Inspira Roasters GAIA Cosmo Hotel (Dok.Pri)
Inspira Roasters GAIA Cosmo Hotel (Dok.Pri)
Masih di area yang sama, saya melihat luwesnya desain praktis minimalis antara lobi hotel dengan restonya yang dipisahkan oleh sekat bergaya bar bertajuk Inspira Roasters--- ini untuk memproses roasting kopi secara langsung. Selain bertujuan menawarkan aroma wangi kopi kepada tamu yang datang, sekat ini juga memberikan kenyamanan dan konsep 'privasi' tamu lain yang sedang menikmati hidangan di resto sehingga tak terganggu oleh lalu lalang pengunjung.

Keluwesan lain yang saya dapatkan adalah bahwa SEMEJA Asian Kitchen, resto milik GAIA Cosmo Hotel ini, bisa dijadikan tempat kongkow oleh masyarakat umum, bukan untuk tamu hotel saja.

3. Prioritas 'Keamanan' untuk Instalasi Karya Seni

Selain indah dipandang mata, karya seni yang baik harus memenuhi syarat keamanan bagi semua orang yang menikmatinya atau dengan kata lain harus meminimalkan risiko kecelakaan. Tiba-tiba teringat dengan karya unik dari seniman nyentrik, Ludira Yudha. Ia sukses memasang karya mirip umbi-umbian di salah satu sudut lobi hotel dari hasil merangkai karya yang menghabiskan lebih dari 200 kg kawat. Seperti yang sudah diketahui, instalasi karya ini dengan cara digantung. Wah, amankah?

Karya Indah Ludira Yudha (Dok.Pri)
Karya Indah Ludira Yudha (Dok.Pri)
Setelah saya mencari informasi, pihak hotel dan seniman menjamin keamanan instalasi karya cantik ini karena sudah dilengkapi dengan perlengkapan gantung yang mampu menahan berat benda lebih dari 250 kg. Jadi, karya yang lumayan berat ini dijamin aman menggantung pada tempatnya dan risiko jatuh juga sangat kecil. Fix ya, unsur keamanan dari seni yang dipamerkan juga menjadi prioritas dari pesta seni bertajuk GAIA Art Movement ini.

4. Memanfaatkan Material 'Alam' untuk Mewujudkan Keindahan

Kekayaan alam Indonesia sangatlah berlimpah. Jadi tak heran jika GAIA Cosmo Hotel juga ikut memanfaatkan kekayaan alam untuk mewujudkan seni beraliran 'mother of earth' dari tangan lincah para seniman terpilih.

Karakteristik materi yang dipilih oleh seniman akan menentukan teknik pembuatan hinggu wujud karya seni yang dihasilkan. Tentu ini akan berpengaruh pada kualitas karya yang akan diproduksi. Kebetulan sekali, kemarin saya sempat ikut workshop yang diadakan oleh para seniman. Jika Dedy Shofianto menggunakan material kayu, lain lagi dengan Apri Susanto yang menggunakan material tanah untuk membuat keramiknya.

Dedy Shofianto berbaju hitam-pink dan karya gelang keramiknya (Dok.Pri)
Dedy Shofianto berbaju hitam-pink dan karya gelang keramiknya (Dok.Pri)
Saat workshop, seniman berbadan semok ini menuturkan bahwa tanah nusantara, dimana hasil olahannya biasa disebut gerabah, memiliki nilai seni dan keunikan tersendiri. Untuk membuat ratusan keramik yang kini terpajang cantik di pinggiran kolam renang, ia menggunakan tanah lokal. Proses pembuatannya menggunakan teknik cetak tuang, dimana kelebihannya bisa mengatur sendiri ketebalannya serta lebih hemat penggunaan tanahnya.

Workshop membuat karya seni dari tanah liat bersama Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Workshop membuat karya seni dari tanah liat bersama Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Proses pembuatannya bisa makan waktu sekitar 1 minggu, dimana alurnya meliputi proses pembentukan, lalu setelah hingga 3-4 hari dilakukan proses pembakaran biskuit (pertama) pada suhu 900 derajat celcius agar bodi lebih kuat. Setelah itu, seniman ini melakukan proses glasir atau pengecatan pada karya dan dibakar kembali untuk kedua kalinya. Untuk gelang keramiknya ini, Apri memilih tekstur mengkilap agar senada dengan tema air yang ada di kolam renang.

Nah, jadilah karya indah ini. Ia menegaskan, bisa saja jika pembakaran hanya dilakukan sekali namun risikonya lebih besar karena karya bisa lebih mudah pecah, retak atau bahkan glasir tidak menempel sempurna. Terbukti kan, material alam bisa menghadirkan karya seni yang sangat indah? :D

5.  Kreativitas Seniman Mempengaruhi Kualitas Karya

Setiap orang pada dasarnya memiliki karakter kuat yang terbentuk dari unsur internal maupun eksternal, begitu juga dengan seniman. Seniman yang baik dapat menghasilkan karya unik dan tentu memiliki bobot atau kualitas yang dapat dirasakan oleh penikmatnya. Bahkan jika karya seni itu bisa 'berbicara', maka tak jarang orang dapat 'mendengarkan' makna yang tersirat.

Dery Pratama adalah seorang seniman yang menurut saya memiliki kreativitas tinggi. Ia membangun sebuah karya unik yang dipajang di resto lantai 1 bagian smoking area--- dimana dari kejauhan karyanya tampak seperti bantal atau sofa empuk namun saat disentuh secara dekat, ternyata  keras karena berbahan dasar logam. Wow, sekreatif apa sih dia?  

Karya unik Dery Pratama (Dok.Pri)
Karya unik Dery Pratama (Dok.Pri)
Pertama, dia menggunakan bahan dasar plat mobil sehingga tak heran jika karya populernya ini diberi nama 778540 LK. Dery mengkolaborasikan aneka logam, diantaranya metal, untuk membuat karya klasik ini. Kedua, untuk memberikan kesan warna elegan, dia mencoba berbagai jenis campuran hingga klop menggunakan minyak goreng sebagai pelumas utamanya.

What? Ya, minyak goreng. Sebelumnya ia merasa gagal saat percobaan pertama---ternyata menggunakan oli bukanlah alternatif baik karena warna yang dihasilkan hitam kelam. Dery Pratama akhirnya mencoba alternatif lain dengan minyak goreng dan ini ternyata menghasilkan pancaran warna 'gold' yang tampak elegan di malam hari.

6. Memahami Teknik dan Tujuan yang ingin Dicapai

Karya dari serpihan kaca berbentuk bunga tulip (Dok.Pri)
Karya dari serpihan kaca berbentuk bunga tulip (Dok.Pri)

Dalam membuat seni rupa, ada beragam teknik seni yang bisa dilakukan sesuai dengan bahan maupun media yang akan digunakan. Dengan perencanaan yang matang, karya bernilai seni tinggi akan terwujud walaupun membutuhkan proses yang tak mudah. Begitu pula yang saya amati dari karya elegan Ivan Bestari, sang seniman kaca yang rela tertempa panas dalam perjuangannya menghasilkan karya. 

Sebuah karya di area meeting room GAIA Cosmo Hotel tampak gagah berkilau dari kejauhan. Walaupun karya ini terhitung mungil, tapi jangan heran jika proses pembutannya lumayan rumit dan lama. Ivan mencoba mengeksplor kemampuannya. yaitu dengan tekun menyambungkan satu per satu serpihan kaca yang dipanaskan dengan api hingga menjadi sebuah penampakan seni yang sangat mewah.

Saya mengagumi karya kaca Ivan Bestari (Dok. Retno)
Saya mengagumi karya kaca Ivan Bestari (Dok. Retno)
Mata, otak dan hati dipaksa bekerjasama dalam proses pembuatan karya bertema 'pertumbuhan' ini. Ia ingin menampilkan karya seni yang hidup, dan menurut saya, hasilnya memang benar-benar hidup. Atas dasar teknik pembuatan karya yang mumpuni beserta imajinasi terkuatnya, ia dapat membuahkan karya kaca yang menarik, lebih dari ekspektasinya. Sangat indah.

7. Selaras dengan Norma-Norma Seni yang Berlaku

Dari hampir seluruh pernak-pernik seni yang terpajang di GAIA Cosmo Hotel, baik buah karya lima seniman ini ataupun yang lainnya, bisa saya simpulkan bahwa secara keseluruhan selaras dengan norma-norma seni yang berlaku. Selain itu, para seniman dan kru hotel juga sukses membangun hotel dengan komposisi art yang indah dan sesuai dengan makna estetika.

Karya para seniman juga sesuai dengan fungsi sosial dari seni secara mendasar, yaitu mengandung unsur edukasi kepada masyarakat, memberikan hiburan mata sebagai aspek rekreasi, karya yang dihasilkan memiliki memiliki makna (komunikatif) serta memegang unsur religius sebagai makhluk Tuhan untuk mencintai sesama dan juga alam dengan pola dasar karya berfilosofi 'mother of earth'.

erayaan kesuksesan GAIA Art Movement. Ki-ka: Satya Brahmantya (Benda Art Management), Seniman Apri Susanto, Seniman Ivan Bestari, Seniman Dedy Shofianto, Christopher Widjaja (Creative Director, GAIA Cosmo Hotel), Seniman Dery Pratama, Seniman Bodas Ludira Yudha dan Yan Tirta (Benda Art Management) - Dokumentasi GAIA Cosmo Hotel Jogja
erayaan kesuksesan GAIA Art Movement. Ki-ka: Satya Brahmantya (Benda Art Management), Seniman Apri Susanto, Seniman Ivan Bestari, Seniman Dedy Shofianto, Christopher Widjaja (Creative Director, GAIA Cosmo Hotel), Seniman Dery Pratama, Seniman Bodas Ludira Yudha dan Yan Tirta (Benda Art Management) - Dokumentasi GAIA Cosmo Hotel Jogja
Mendukung prestasi karya lima seniman muda Jogja, ini menjadi salah satu cermin apresiasi seni dari GAIA Cosmo Hotel Yogyakarta bersama mitranya, Benda Art Management. Mereka bangga dapat mengangkat nilai para seniman lokal Jogja untuk menghasilkan beragam karya gila dan satu-satunya yang pernah ada. Tak heran jika apresiasi mereka dapatkan dari berbagai pihak, bahkan ada yang ingin 'meminang' diantaranya untuk dibawa pulang pengunjung. 

Puas rasanya bisa menjadi bagian dari pesta seni GAIA Art Movement ini. Hiduplah seniman mudah Jogja dan seniman lokal lainnya. Semoga makin banyak sponsor yang mau mengangkat prestasi mereka, baik di dalam maupun luar negeri :)

Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun