Potongan kalimat yang disampaikan pembicara sore itu seakan memberi peringatan kepada saya pribadi bahwa menulis itu tak sekadar menulis, tapi juga harus ada bobotnya. Iya, saya memang sering bermasalah saat menulis---kebanyakan kata. Agak mengerikan karena ini justru membuat tulisan makin kehilangan nyawanya. Ini penyakit lama dan kayaknya susah banget dihindari. Syukurlah, kemarin sore saya mendapat banyak wawasan baru, saya download ilmu-ilmunya, dan saya berjanji pada diri sendiri akan mulai mengaplikasikannya secara perlahan. Iya, janji :D
Sore itu Jogja cerah. Apa artinya? Ini yang saya suka--- berarti tak ada satu pun peserta workshop yang membatalkan ikut event ini gara-gara alasan, " Duh, di sini hujan deras kak...". Hihihi, saya pun bahagia bisa hadir dalam acara sharing ringan bertemakan 'Menulis Kreatif dan Efektif' ini. Tentu, ini karena saya butuh banget, menyadari bahwa selama ini belum bisa maksimal dalam menulis. Tambah semangat saat mereka pun antusias.
Jujur ya, pembicara yang satu ini bikin saya kagum. Di usianya yang relatif muda, ia benar-benar pandai mengisi setiap kesempatan untuk bisa mengembangkan diri. Ia bisa nulis, bisa nge-blog, aktif juga sebagai editor dan dia makin femes gara-gara suka nge-vlog juga. Nah, lengkap ya. Gadis yang kerap terlihat di berbagai acara blogger Jogja ini mau loh berbagi ilmu dan pengalaman dengan kompasianer jogja (KJOG) tentang cara membuat tulisan yang baik. Â
Ada banyak hal menarik yang dibahas sore itu. Tak hanya tentang bagaimana cara menyusun tulisan, namun ia menekankan bagaimana agar tulisan itu juga 'bernyawa'. Sangat masuk akal ya. Saya langsung melakukan refleksi atas ini, misalnya dalam sebuah kompetisi menulis. Jadi begini, dari pengalaman yang saya rasakan, para pemenang kompetisi tersebut tak selalu peserta yang tulisannya padat dan panjang lebar. Kadangkala, tulisan yang simple, gak panjang tapi tepat sasaran adalah yang jadi pemenangnya. So, saya mengamini prinsip yang diutarakan oleh pembicara.
Nah, untuk menyusun sebuah tulisan, dibutuhkan sebuah ide yang tuingggg bukan? Sulit gak untuk mendapatkannya? Ide itu akan datang sendiri apa perlu dicari? Itulah yang ditanyakan oleh pembicara. Dengan lirih saya menjawab, "Ya, tergantung...". Jawaban saya ini ternyata juga tak jauh beda dengan jawaban peserta workshopyang lain.
Kembali pembicara menanggapi secara bijak. Memang betul, ide itu datang sesuai situasi dan kondisi. Saat kita merasakan sesuatu secara natural, misal sedang jalan-jalan, sedang berada di dalam pesawat, mendengarkan curhatan orang, membaca buku atau sedang mandi sekalipun, ide itu bisa datang dengan cepat atau tiba-tiba. Bagi saya sih, ini adalah wahyu Tuhan, sebuah petunjuk kecil yang bisa menghasilkan tulisan 'besar'.
Pembicara menambahkan, ide juga bisa didatangkan secara paksa atau dengan kata lain harus dicari. Nah, pengaplikasiannya untuk menulis apa? Tentu saja, ini bisa dimanfaatkan bagi mereka yang gemar mengikuti kompetisi menulis. Biasanya tema sudah ditentukan oleh pihak panitia sehingga pesertanyapun mau tak mau harus mengikuti semua aturannya, termasuk menulis sesuai tema yang dipilih. Intinya, buatlah tulisan seperti yang diminta. Potensi untuk menang tentu akan semakin besar, begitulah kata pembicara yang juga kerap menang dalam kompetisi menulis beberapa tahun terakhir ini.
Nah, cara lain untuk mendatangkan ide untuk menulis adalah dengan mengamati atau merenung. Kadang aktivitas ini mendatangkan sebuah ide tak terduga. Selain itu, masa lalu ternyata tak harus selalu dilupakan loh, karena ini bisa menjadi komoditas yang baik untuk menulis. Ecieeeh :D Tapi please, jangan kebanyakan inget-inget mantan ya, bisa gagal nanti nulisnya :D
Menulis itu pekerjaan yang menyenangkan. Proses menulis itu juga bagian dari proses membuat seni. Â Dalam menulis, kita dituntut untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dari awal hingga akhir agar tulisan bisa disusun secara sistematis. Intinya, sebuah tulisan itu disusun dengan pilihan kata yang baik, bermuatan positif hingga akhirnya pembaca juga bisa memahami makna atau benang merah dari tulisan tersebut.
Nah, apa saja sih trik mudah agar tulisan kita itu menarik dan memberikan kesan positif bagi pembacanya (bernyawa)? Biar gak penasaran, berikut beberapa hal yang bisa saya ringkas dari informasi yang disampaikan oleh pembicara:
1. Fokus pada Ide Utama
Cara membuat ide yang baik adalah fokus pada ide utama. Hal ini harus menjadi prioritas karena beberapa penulis, termasuk saya, sering tidak fokus pada ide utama saat membuat tulisan. Lah, apa akibatnya? Tentu saja, arah menulis semakin pudar bahkan malah melebar kemana-kemana. Endingnya, tulisan kelebihan kata hingga harus memangkasnya secara perlahan. Hihihi... Jujur deh, acara ini membuat saya semakin 'menyadari' bahwa menulis itu harus fokus.
Pembicara juga menyarankan bahwa saat menemukan ide, disana akan ditemukan banyak sudut pandang dari hasil eksplor ide utama tadi. Nah, di sini si penulis dituntut 'cerdas' untuk mengembangkan tema tulisan sesuai dengan kemampuan pribadi, tanpa harus menjadi orang lain. Ingat, tanpa harus menjadi orang lain. Disitulah tulisan kita akan 'bernyawa'.
2. Wajib Caper (cari perhatian) pada Kalimat Pertama
Nah, ini juga menjadi catatan penting bagi penulis. Kalimat pertama seringkali menjadi kunci pemancing pembaca untuk meneruskan membaca ke kalimat atau paragraf berikutnya, bahkan  membabat habis seluruh isi tulisan kita. Bagaimana cara membuat tulisan yang menarik di awal kalimat? Pembicara menuturkan, kita bisa merangkainya dalam format quote, pekikan, kalimat seru, narasi, perkenalan atau sajian data menarik.
Membuat sebuah ironi juga bisa kita jadikan cara untuk membuat tulisan itu menarik di awal kalimat. Misalnya 'Jogja tak hanya diwarnai dengan hadirnya tempat wisata baru, namun pembangunan gedung-gedung tinggi semakin membuat kota gudeg ini semakin sesak'.
3. Sistematis, Jangan loncat-loncat
Nah, siapa yang sering menulis loncat-loncat? Maksudnya, saat membahas tema A, tiba-tiba penulis membahas tema B, C dan seterusnya. Nah, jujur saja deh, saya juga sering melakukan hal ini tanpa sadar. Ini sebenarnya bahaya karena menurut pembicara, tulisan yang tak sistematis akan membuat pembaca cepat bosan. Akibatnya, pesan dari tulisan kita tak sampai ke pembaca karena mereka hengkang duluan.
Nah, bagaimana cara mengakali agar tulisan rapi? Buat saja outline atau menyusun kerangka ide utama sebelum menulis utuh. Ini akan memudahkan kita dalam menyusun isi tulisan secara keseluruhan. Dan bonusnya, ini juga memberikan jawaban atas keresahan saya pribadi yang sering bermasalah dengan tulisan yang kebanyakan kata :D
Dalam membuat tulisan, terkadang kita harus memberikan diskripsi secara lengkap jika itu menggambarkan suatu tempat. Saat kita menulis tentang traveling, kita bisa memancing imajinasi pembaca dengan membahas perihal waktu, suasana, jumlah, jarak, kronologi dan materi terkait lainnya yang menarik.
Untuk memudahan pemahaman, pembicara memberikan contoh tentang ini. Andai ingin mendiskripsikan tenang pantai indah, kita tidak harus menuliskan 'pantai itu indah'. Untuk menambah tulisan agar semakin kaya, tambahkan kata-kata menarik lainnya untuk mewakili itu, misalnya: parkirnya gratis, gulungan ombaknya bikin damai, tidak ada sampah di pantai, banyak kapal menjaring ikan, langitnya biru dsb.
5. Tulisan padat dan Sajikan Data
Nah, poin terakhir ini membahas tentang tulisan berbobot seperti yang telah saya sampaikan di awal. Menurut pembicara, tulisan yang panjang belum tentu padat (berbobot), sedangkan tulisan pendek belum tentu tidak berbobot. Jadi, ini semua ditentukan oleh kualitas tulisan. Agar semakin mantab, jangan lupa pula untuk memberikan sajian data yang lengkap karena ini bisa mendukung atau menajamkan materi yang disampaikan.
***
Itulah ringkasan dari acara event workshop KJOG yang disajikan dalam format #DownloadIlmu dan Sharing Session bersama Qurotul Ayun, atau yang memiliki sapaan akrab 'Ayun'---sosok manis yang memiliki segudang pengalaman sebagai penulis, editor maupun blogger. Acara yang diselenggarakan kemarin sore (25/02/18) di resto Uma Dapur Indonesia ini berjalan meriah; mulai dari sesi pembukaan, sesi pemberian materi utama, sesi tanya jawab hingga penyerahan hadiah bagi pemenang lomba IG dan penanya terbaik.
Pesan yang dapat saya simpulkan dari acara ini adalah menulislah sesuai passion atau hal yang kita kuasai agar tulisan itu 'bernyawa'. Jangan memaksakan menulis sesuatu tapi ending-nya justru menghasilkan tulisan yang kurang baik atau bahkan bikin bingung pembaca. Rajin membaca adalah cara yang bisa dilakukan penulis untuk menambah perbendaharaan kata---dimana menurut KBBI versi V, ada sekitar 127.036 kata yang bisa kita gunakan untuk menulis. Tak perlu dihafal semuanya, cukup memahami pilihan kata yang cocok untuk tema tulisan kita.
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H