Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memeluk "Mother of Earth' (Gaia)", Cara Yogyakarta Hidupkan Seni

4 November 2017   23:52 Diperbarui: 5 November 2017   05:26 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ludira Yudha dan karyanya (Dokumentasi Pribadi)

Banyak orang sering menganggap seniman sebagai si 'pendiam' berdarah dingin. Tanpa banyak kata, mereka mampu meramu apapun menjadi sesuatu yang indah. Dengan kreatif dan inovatif pula, sebagian dari mereka mencoba ungkap realitas sosial kehidupan yang tak pernah 'basi' untuk disampaikan. Selain berbicara tentang manusia, beberapa diantaranya juga menjalin hubungan baik dengan alam semesta. Tak terkecuali lima seniman ini, mereka mencoba keluar dari comfort zone, merangkai pengalaman baru dengan melibatkan berbagai unsur kehidupan demi mengangungkan sang 'mother of earth' (Gaia).

Mother of earth atau ibu bumi (Gaia) telah merangkul unsur-unsur alam, seperti air, api, tanah dan udara hingga membentuk pola ekosistem kehidupan yang nyaman dan saling melengkapi. Unsur alam ini dipercaya dapat menyembuhkan, memperbaharui energi serta menghidupkan kembali jiwa yang lelah. Itulah alasan mengapa saat kita menikmati karya seni beraroma 'Gaia', seakan muncul rasa tenang, nyaman dan kagum terhadapnya.

Ya, keindahan seni memang tak ada habisnya untuk dibahas, apalagi jika dikaitkan dengan  'Gaia'. Kita pun bisa terkoneksi dengan ibu bumi loh dengar mendengarkan kicauan burung, menikmati gulungan ombak di laut, mengamati semut-semut berjalan, merasakan sejuknya semilir angin ataupun menikmati karya seni yang dibuat dari perpaduan unsur-unsur bumi.

Jumpa Pers untuk memeprkenalkan GAIA Art Movement (Dokumentasi Pribadi)
Jumpa Pers untuk memeprkenalkan GAIA Art Movement (Dokumentasi Pribadi)

GAIA Art Movement, Hidupkan Jejak Seni Lokal

Lima seniman lokal asal Jogja ini tampaknya serius menerima tantangan untuk membuat sesuatu yang beda. Mereka memeluk erat unsur keseimbangan alam semesta demi menghasilkan karya sesuai daya imajinasi. Dengan proses penyelesaian kurang lebih 60 hari, para seniman nyentrik ini berlomba untuk mencapai garis finish. Eitsss, ini bukan demi persaingan ya, namun kerinduan diri untuk segera menikmati wujud sang 'mother of earth' dari tangan mereka sendiri.

Dery Pratama, Apri Susanto, Dedy Shofianto, Ivan Bestari dan Ludira Yudha adalah wongJogja yang gila-gilaan berkreasi secara liar untuk mewujudkan karya-kaya monumental. Mereka tawarkan unsur 'mother of earth' ke dalam karya, satu bentuk nyata untuk terus merawat alam karena makin hari manusia makin mengabaikan makna kata 'ibu' pada bumi. Proses pengejawantahan unsur-unsur alam ini dapat kita nikmati dalam gerakan GAIA Art Movement: Rooted in Art, yang difasilitasi oleh GAIA Cosmo Hotel Yogyakarta.

Kental dengan mother of earth-nya, Inilah Karya-karya Mereka

1. Yang menjulang, mengkhawatirkan.....

Terinspirasi desain pada masa Barok dan Rokoko, masa dimana pengulangan naturalisme Renaissance kental dengan pesanan-pesanan raja sebagai patronage, Dery Pratama saat ini sedang memproses karya yang cukup unik. Pada abad ke-18, sofa hanya dimiliki oleh kaum bangsawan dengan desain yang rata-rata flat, tidak menggembung seperti sekarang yang bentuknya menyerupai bantal.  

Kini, Dery mengukir sejarah baru dengan mendesain karya berbentuk mirip bantal berbahan metal. Ia akan merangkai 300 pcs bantal ini dalam sebuah kemasan karya berukuran 2,5 meter x 1,8 meter dengan tinggi 7 meter. Menghasilkan warna se-elegant ini tapi tanpa sentuhan cat dan bahan kimia? Saya rasa karya perpaduan beberapa logam, termasuk metal, besi dan aluminium yang dipanaskan ini bakal menjadi karya indah yang sangat pantas untuk dinikmati.

Dery Pratama dan karyanya (Dokumentasi Pribadi)
Dery Pratama dan karyanya (Dokumentasi Pribadi)
Filosofi karya ini adalah tentang denyut nadi masyarakat serta lahan yang disulap menjadi bangunan tinggi yang secara perlahan 'mencekik' perekonomian masyarakat Jogja. So, sesuai realita zaman sekarang kan?

2. Sebuah cerita dan keindahan....

Kayu adalah elemen yang dipilih seniman Dedy Shofianto. Keras memang, tapi ia melayangkan imajinasi untuk menghasilkan karya yang 'gemulai' dari bahan ini. Tercetuslah sebuah ide untuk membuat karya kinetik berbentuk angsa namun sayapnya bisa bergerak naik turun sehingga tampak indah saat dipamerkan.

Sampel angsa karya Dedy Shofianto(Dokumentasi Pribadi)
Sampel angsa karya Dedy Shofianto(Dokumentasi Pribadi)
Seniman kocak ini mengaku bosan dengan karya seni yang statis. Untuk membuktikan eksistensinya, bersiaplah menikmati sekitar 5-7 karyanya yang akan merespon sebuah tangga naik di bagian resto dari hotel GAIA yang berdinding melengkung. Ia memastikan bahwa karya ini aman dari anak-anak, tak tersenggol orang saat melintasinya dan memiliki bahan berkualitas tinggi sehingga awet walau diterpa kondisi udara apapun.

Wujud angsa ini merupakan jelmaan sifat tegas dari pergerakan sayapnya yang simpan sebuah cerita dan keindahan.

3. Menjadi organik dan hidup.....

Saatnya kita menikmati yang bening-bening ala seniman Ivan Bestari. Ia merangkai karya dari serpihan kaca berukuran sama, dicairkan, lalu satu per satu dikaitkan dengan panas api. Tingkat kesulitan yang tinggi memaksa kejelian matanya untuk merangkai material ini agar tampak hidup. Menurutnya, ini tantangan hebat karena baru kali ini ia menyusun karya dalam skala besar.

Karya Ivan Bestari (Dokumentasi Pribadi)
Karya Ivan Bestari (Dokumentasi Pribadi)
Untuk mendapat bahan bakunya, hotel GAIA berkontribusi menyumbangkan ratusan bahkan ribuan botol sisa sehingga bisa didaur ulang menjadi karya yang bernilai seni tinggi. Sedang berprogres mencapai tinggi 80 cm untuk karyanya, seniman berkarakter supel ini ingin membuktikan bahwa ia bisa menciptakan yang 'bukan apa-apa' menjadi sesuatu yang bernilai.

Karya ini menyadarkan kita akan proses penciptaan yang takkan pernah berakhir selama Tuhan menghendaki. Penjelmaan benda mati menjadi sesuatu yang organik dan hidup, itu yang harus digarisbawahi.  

4. Pasang surut kehidupan.....

Apri Susanto, adalah seniman beruntung karena perwujudan karyanya ini didukung dengan material 'mother of earth' yang cukup lengkap. Bergelut dengan material keramik, ia pun tak tanggung-tanggung untuk terjun langsung ke salah satu desa penghasil keramik di Karanganyar.

Ada sekitar tiga dinding kosong di area kolam renang hotel dengan total ukuran 9 meter yang akan direspon dengan tampilan 600 pcs bulatan-bulatan dari bahan keramik berwarna biru langit. Bekerja sama dengan Dian Hardiyansyah Clay sebagai pencetus konsepnya, Apri berharap agar karya diinstal dengan kerangka besi ini bisa dinikmati dan memercikkan semangat baru. Saya melihat cahaya redup yang menerangi dinding karena pantulan warna birunya, sangat indah.

Karya ini menceritakan pasang surut kehidupan, seperti ombak dan riak di permukaan bumi. Semua berjalan dinamis.

5. Bumi menjadi pelindung......

Ludira Yudha dan karyanya (Dokumentasi Pribadi)
Ludira Yudha dan karyanya (Dokumentasi Pribadi)
Satu karya Ludira Yudha ini juga cukup mengagumkan. Ia mencoba merangkai kawat berbahan logam yang dikompilasi menjadi bentuk tertentu, seperti kepala kambing sebagai sampel yang dipamerkan di hotel GAIA beberapa waktu lalu. Seniman ini populer dengan karya organic series-nya, dimana lebih dari 200 kg kawat sudah habis dilalap. Bayangkan saja, jika kawatnya ditarik memanjang, sudah pasti jarak Jogja-Solo terlampaui. Hehehe...

Ludira mengaku bahwa merangkai kawat menjadi bentuk bulatan-bulatan rumit adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Namun semangatnya tak pernah goyah untuk mewujudkan karya impiannya ini. Ia akan lahirkan karya dengan visualisasi akar umbi-umbian berukuran 3,5 meter, memperindah suatu sudut dinding hotel dan disinyalir membuat 'wilayah' ini makin artistik. Bagi saya, karyanya juga mirip dengan banyak atom yang terjalin dalam satu ikatan kimia.

Karya ini mengandung filosofi tentang tanaman umbi, tubuhnya membesar karena nutrisi dalam tanah dan nasibnya pun tergantung pada pemeliharaan bumi.  

Nilai Seni yang akan Terus Hidup

Kelima karya ini mewakili 'mother of earth' yang akan terpajang cantik di GAIA Cosmo Hotel Yogyakarta, sebuah langkah untuk memperingati hari Sumpah pemuda ke-89. Masyarakat diajak untuk melihat seni secara langsung saat diolah sang seniman, bukan hanya tampilan finish di galeri seperti pada umumnya. Event penciptaan seni ini terealisasi atas gagasan matching antara konsep GAIA dengan imajinasi terpendam para seniman.

GAIA memberikan fasilitas kepada Benda Art Management beserta 5 orang seniman muda lokal Yogyakarta untuk bersatu dalam gerakan GAIA Art Movement: Rootend in Art. Tujuan utamanya adalah mengangkat kekuatan seni para seniman lokal agar lebih dikenal masyarakat, mulai nasional hingga internasional.

Bagi saya pribadi, ada banyak nilai yang dapat dipetik dari event yang menghadirkan alam sebagai bahan utama untuk menghasilkan karya apik ini.

  1. Saya semakin memahami bahwa seni bukanlah terbatas pada kertas, kanvas maupun berwujud patung bahan solid. Tapi limbah kaca, keramik, metal, kayu dan rajutan kawat logam pun bisa menjadi sesuatu yang indah dan bermanfaat. Sangat takjub dengan itu.
  2. Seni ternyata tak terbatas pada penciptaan ide, namun proses panjangnya adalah inti dari seni itu sendiri karena didalamnya bergelut proses kreatif yang sesungguhnya.
  3. Seni itu bisa terus hidup jika kita bisa menghidupi. Seperti kaca bekas maupun keramik yang diolah kembali jadi karya unik, disanalah 'nilai seni' bersemayam selamanya.
  4. Alam memberi inspirasi luar biasa bagi karya penciptaan para seniman dan terbukti dari hasil karya lima seniman muda ini.
  5. Mengamati proses berseni, ternyata banyak kejutan yang saya lihat, baik proses pembuatannya maupun hasil akhirnya. Seperti bantal metal yang tak membutuhkan bahan kimia dan cat saat finishing-nya, kok bisa menghasilkan karya secantik itu?

Kebersamaan kami dengan para seniman dan tim kreatif GAIA Cosmo Hotel Jogja (Dokumentasi Pribadii)
Kebersamaan kami dengan para seniman dan tim kreatif GAIA Cosmo Hotel Jogja (Dokumentasi Pribadii)
Jogja, sebuah kota kecil yang beruntung karena menampung banyak seniman hebat. Ini bisa membawa pengalaman luar biasa untuk melahirkan banyak karya baik, termasuk mereka yang hobi menyematkan unsur Gaia didalamnya. Peluklah alam dengan melingkarkan tangan Anda di sebuah pohon rindang ataupun terbangkan kembali kupu-kupu yang sempat rehat sejenak di jemari cantik Anda. Inilah cara Anda merasakan pelukan ibu bumi. Ini juga akan memberikan inspirasi nilai seni yang tak terbatas. Jiwa, hati dan pikiran Anda akan berterimakasih untuk itu.

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun